Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Bodoh!
HAPPY READING...
***
Kuliah telah selesai. jalanan juga dipadati dengan kendaraan lain. sesak, penat dan menjengkelkan bagi siapa saja.
Mika, Sasa dan Karin.
3 sabahat itu memilih untuk menikmati malam bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Mall. itulah tempat tujuan mereka saat ini. karena di sana adalah tempat yang cocok untuk mencuci mata.
tas belanja kecil tertenteng di tangan masing-masing. mungkin berisi make up karena terlihat jelas dari logo yang tertera.
"Jadi mau makan apa?" Sasa bersuara. gadis itu telah berjanji untuk mentraktir makan kali ini.
"Bagaimana kalau kita coba itu?" tunjuk Mika pada sebuah tempat makan milik salah satu Selebgram yang terkenal.
Mika penasaran dengan makanan disana yang belum pernah ia coba sama sekali.
"Hm..." Karin bertepuk tangan penuh semangat. ia setuju dengan pilihan Mika. apalagi menu di tempat itu memang ditujukan pada kaum muda seperti mereka. yang suka akan cita rasa pedas dan nagih.
"Oke... aku juga belum pernah mencobanya..." Sasa bersuara. pilihan Mika adalah hal yang tepat.
Merangkul kedua sahabatnya, Sasa berjalan menuju ke Tempat makan itu.
Baik Sasa, Mika maupun Karin sangat menikmati makanan malam ini. mereka benar-benar suka dengan makanan di sana. pas di lidah para Mahasiswi seperti mereka.
Bagi Mika, makanan ini sudah seperti mood booster. obat dari segala kekesalan yang ia rasakan akhir-akhir ini.
Sambil makan, mereka terus bercerita. membagi sebuah hal tanpa terkecuali. tapi Mika, gadis itu masih menyembunyikan rahasianya. tidak sedikitpun bercerita kalau sekarang dirinya sidha menikah.
"Ka..." Karin menyenggol bahu sahabatnya. mengkode Mika dengan apa yang ia lihat saat ini.
Apa? batin Mika bicara. menaikkan pandangannya ke arah yang Karin maksud dan "Uhukk...". seketika ia tersedak.
matanya membulat sempurna dengan apa yang Mika lihat saat ini.
"Apa yang kau lakukan disini?". pertanyaan yang ditujukan untuk Mika seorang. karena baik Sasa maupun Karin, mereka sama-sama tak mengenal pria yang menghampiri meja mereka saat ini.
Ha? Kenapa dia ada disini? batin Mika masih terkejut.
tak menyangka kalau Rehan berada di tempat yang sama dengannya.
Selera makan Mika seketika hilang.
"Ka... Dia?". Sasa mulai. menebak siapa pria yang datang itu.
membuat Mika langsung panik dan bangkit dadi duduknya menghampiri Rehan.
"Heheh... Dia, Dia Rehan... sepupuku..." ucap Mika memperkrnalkan Rehan kepada Karin dan Sasa sebagai sepupunya.
Sepupu? Rehan mengerutkan keningnya. walaupun sebenarnya ia juga tak mempermasalahkan mau mengenalkan apa kepada teman-teman Mika. Rehan tak begitu peduli.
Kenapa kau kesini sih? Mika melotot kepada pria itu. setidaknya jangan menghampirinya atau pura-pura tidak kenal saja.
"Rehan...".
"Sasa..".
"Karin".
Semua sudah memperkenalkan diri.
"Kau pulang tidak?" tanya Rehan pada Mika.
"Aku pulang nanti..." ucap Mika tapi langsung mendapat tatapan yang menyenangkan dari Rehan. pria itu seperti tak suka dengan jawaban Mika.
"Baiklah, aku pulang bersamamu..." ralat Mika. daripada kena marah Rehan. lebih baik mengalah saja.
"Sa, Rin.. aku pulang duluan ya..." ucap Mika penuh sesal. padahal ia masih ingin bersama sahabatnya.
semua ini gara-gara Rehan yang mengganggu waktunya. benar-benar menjengkelkan.
"Oke..." jawab Sasa.
"Hati-hati di jalan..." ucap Karin.
"Dahh...".
Pada akhirnya Mika dan Rehan keluar bersama. meninggalkan Mall dan menuju ke Parkiran.
"Lama sekali sih..." keluh seorang pria yang berdiri tak jauh dari mobil Rehan. dia adalah Sandi. ternyata Rehan ke tempat ini bersama temannya.
"Oh ini istri mu..." ucapnya tak menyangka kalau ternyata Rehan menyuruh Sandi untuk keluar lebih dulu untuk alasan ini. karena ingin menghampiri istrinya.
dan ini juga pertama kalinya Sandi bertemu dengan Mika.
"Sandi..." ucapnya memperkenalkan diri. tentu saja dengan ciri khas playboy yang selalu pria itu gunakan untuk menarik lawan jenis.
"Mika..". Keduanya berjabat tangan.
"Ayo..." ajak Rehan. "Kau duduk di depan San..." perintah Rehan. sedangkan Mika duduk di bangku belakang mereka.
Mobil melaju di jajanan.
"Kau kuliah dimana Mik?" tanya Sandi. terus saja cerewet dan kepo kepada gadis yang tengah duduk di belakangnya itu.
"Universitas X, kak..." jawab Mika sopan.
"Oh.. jurusan?".
"Kedokteran...".
"Wihh keren..." puji Sandi. "Kau benar-benar pintar dong...".
karena jurusan itu tentu saja untuk orang-orang dengan IQ di atas normal.
Mika hanya tersenyum mendengar pujian yang Sandi lontarkan.
"Aku juga dulunya kuliah disana..." ucap Sandi.
"Benarkah?" Mika terkejut.
"Tentu, cukup pintar kan? heheh...".
"Bisa diam tidak?". protes Rehan. pembicaraan antara Mika dan Sandi benar-benar mengganggunya.
"Ck... dia menyebalkan bukan?" ucap Sandi. meminta persetujuan Mika tentang sifat buruk Rehan itu.
Keduanya tersenyum. sedangkan Rehan melihat hal itu dari kaca spion di depannya.
Sepanjang perjalanan, Sandi benar-benar akrab dengan Mika. mereka membicarakan hal-hal sederhana tapi terdengar seru. beda dengan Rehan yang tipe pria membosankan. bahkan bersama pria itu, Mika hanya suka beradu argumen saja.
berbeda dengan Sandi yang terlihat asyik dan nyambung di ajak bicara.
bahkan karena asyik ngobrol, tak terasa mobil melaju dan sampai ke rumah Sandi.
"Turun!" perintah Rehan.
"Ha? cepat sekali..." protes Sandi. yang mengharuskan untuk turun dan menyudahi ceritanya pada Mika.
"Mika, aku turun ya..." pamit Sandi.
"Iya Kak..." jawab Mika.
"Kapan-kapan kita ketemu lagi...".
Ngapain? sorot mata Rehan bicara.
dan lebih menjengkelkan adalah Mika tersenyum karena hal itu.
Baru saja Sandi turun dan menutup kembali pintu. belum sempat mengatakan sesuatu pada Mika, mobil sudah melaju kembali. membuat pria itu mundur beberapa langkah menjauh.
dan Mika hanya bisa melongo, menengok ke belakang memastikan kalau pria bernama Sandi itu tidak apa-apa.
Dasar sinting! umpat Mika pada kelakuan Rehan barusan.
"Bagaimana kalau Kak Sandi terluka tadi?" protes Mika.
melajukan mobil secara tiba-tiba seperti yang Rehan lakukan barusan. benar-benar bahaya bukan?
"Jangan terlalu dekat dengannya..." ucap Rehan berbeda topik pembicaraan.
Ha?
"Kau dengar tidak?" ulangnya karena Mika tak merespon ucapannya barusan.
"Kenapa?".
Mika tak paham dengan apa yang dikatakan Rehan.
"Dia itu playboy..." ucap Rehan menjelaskan bagaimana seorang Sandi. entah apa maksudnya mengatakan itu kepada Mika.
hanya saja menurutnya, Mika berhak tau senakal apa Sandi.
"Bukan masalah apa.. hanya saja kau itu bodoh dan masih naif... gampang tertipu pria dimana saja..." ralat Rehan tentang ucapannya. takut kalau Mika menafsirkan lain.
"Bodoh?" Mika tak terima dengan ucapan Rehan barusan.
"Setidaknya Kak Sandi tau bagaimana cara memperlakukan seorang wanita dibandingkan denganmu!" umpat Mika kesal.
baginya Sandi lebih baik daripada Rehan yang selalu mengatai dirinya sesuka hati.
"Hei, aku itu sudah bernaik hati mengingatkanmu tentang pria itu... karena kau itu masih kecil dan bodoh..." ucap Rehan lagi.
Kata Bodoh itulah yang membuat Mika kesal. padahal ia tak sebodoh itu.
"Sudahlah! jangan mengajakku bicara. aku kesal pada mu.." jawab Mika.
"Ck.. dasar...".
Sepanjang perjalanan pulang, mereka benar-benar tak berbicara apapun. Mika hanya sibuk menatap jalanan malam hari dari balik jendela kaca. sedangkan Rehan sibuk mengemudi.
Sampai di rumah.
Mika menuju ke kamarnya hendak membersihkan diri sebelum tidur.
tapi saat ia ingin membuka pakaian atasnya, Tiba-tiba ia terkejut dengan kedatangan Rehan di kamarnya.
"Hei!" teriaknya panik. untung saja Mika belum membuka kaosnya.
"Kau itu kenapa sih! selalu masuk tanpa mengetuk pintu dulu..." protesnya. bukan kali pertama Rehan seperti ini. kemarin juga sama. malah saat Mika hanya berbalut handuk pria itu tiba-tiba masuk.
"Salah sendiri, tak mau mengunci pintu..." jawab Rehan tak mau di salahkan.
"Aku kan lupa..." jawab Mika tak mau kalah. karena saat masih tinggal bersama orang tuanya, Mika juga melakukan hal yang sama. tapi tak ada yang masuk ke kamarnya tanpa permisi seperti yang dilakukan Rehan.
"Apa kau emang suka mengintip?".
"Dih.. kepedean.. lagian apa yang bisa diintip darimu?" ucap Rehan dengan tatapan penuh ejek. seolah menertawakan fisik Mika.
"Si*lan! aggghhh.. sudah sana keluar, aku mau mandi..." usir Mika pada akhirnya.
mendorong Rehan keluar dari kamar dan langsung menguncinya dari dalam.
"Eh, Mia tunggu!" teriak Rehan tapi percuma. Mika benar-benar menutup pintu kamarnya.
***