Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aram dan 'Ibu'nya
“Dah! Lo bebas!” seru Kasep sambil melempar map ke depanku. “Gue dah bayar jaminan! Ah gila capek banget gue!!” ia tampak frustasi.
Si polisi muda di depanku tampak kesal.
“Tanpa pengadilan, ya.” Desisku mewanti-wanti. Masalahnya, aku banyak kerjaan, malas saja kalau harus bolak-balik ngurusin perkara.
“Makasih tuh ama si Si Temmy Cs. Mereka ke sukabumi ngancem keluarganya Angga biar menutup kasus ini, sekalian ngabarin keadaan. Lumpuh total tuh hewan. Terus gue... harus siapin berkas kesaksian Kayla, jaga-jaga kalau ada yang nuntut. Karena jelas-jelas dia di sini korban. Gue mau ajukan kalau keluarga si Angga memperpanjang masalah ini.” Kasep bicara dengan suara rendah.
“Pelaku yang lain gimana?”
“Pelaku atau korban? Korban kebiadaban lu.” Kasep menyeringai.
Aku hanya mendengus sinis.
“Mereka teman-teman Angga dari pabrik, tiga yang lain petugas sampah yang meloloskan Angga masuk ke sini. Mereka diiming—imingi duit, kayaknya Angga mau nguras isi tabungan lo buat bayar mereka. Ya tapi anggota tubuh mereka sekarang kagak ada yang utuh gara-gara lo. Kok bisa sih separah itu nggak ada yang mati?”
“Ada tekniknya bro.” Kataku sambil menyeringai.
Aku dari kecil kecanduan beladiri. Tentu tahu teknik melumpuhkan tanpa membunuh.
“Sekarang tinggal Kayla. Dia belum sadar.” Kata Kasep sambil memeriksa ponselnya. “Tapi nggak separah perkiraan awal. Menurut salah satu saksi, mereka belum sempat melecehkan Kayla, baru Angga aja, itu pun baru setengah ronde. Mereka baru mukulin dan grab-grab doang.”
“As u... gue pingin nonjok lagi...” aku jadi emosi mendengar kalimat itu.
“Duh gue salah ngomong... sori.” Kasep langsung mundur. “Intinya, Kayla baik-baik saja. Cuma kalau mentalnya yaaa, lo perlu pendekatan lagi kayaknya.”
Aku berdecak.
Lalu terdengar suara tangisan Aram.
Aku keluar dari ruang interogasi, dan menghampiri stroller Aram. Beberapa polwan sedang mengelilinginya berusaha menenangkannya.
Aku memeriksa popok Aram, dan dia ternyata buang air.
Kuganti saja di sana.
Kasep menghampiriku sambil memeriksa berkas Kayla.
“Tapi gila juga ya, kenapa Kayla nggak menuntut Angga dari dulu? Kejahatannya segudang loh.” Ujar Kasep.
“Duit bro... masaalah duit. Keadilan bagi orang miskin hanya mimpi. Sampe ortunya gantung diri juga dia nggak bisa nuntut ini itu. Padahal saksi banyak, bukti ada.” Dengusku. Sengaja kubesarkan perkataanku agar para penegak hukum di sini dengar. “Keluarga Angga sampai patungan biar Angga lepas dari jeratan hukum. Sampai akhirnya harus Kayla yang melarikan diri menjauhi Angga. Dia ditindas habis-habisan.”
“Tiga nyawa buat beginian. Bapak, ibu dan anak... kenapa sih lo nggak datang dari dulu?” desis Kasep sambil mengernyit padaku.
“Kalau kita ketemu lebih awal, gue malah nggak bisa nyelametin dia. Gue lagi bucin-bucinnya sama cewek setan.” Kataku.
Lalu keadaan hening.
“Lo habis bikin lumpuh orang... tapi lo lancar banget ganti popok bayi.” Bisik Kasep.
“Napa? Popok lo rembes? Mau gue gantiin sekalian? Tapi adanya ukuran S nih...” kekehku.
Kasep langsung balik badan dan meninggalkanku.
**
Wanita ini...
Kenapa cantik sekali?
Dalam posisi tidur, tak sadarkan diri, masker oksigen menutupi mulut dan hidungnya, kepala diperban, mata lebam. Tapi kenapa auranya sekan menggodaku agar selalu melihat ke arahnya.
“Zaki!” ibuku menarikku ke sudut ruangan sambil berbisik. Berbisik tapi suaranya kencang. “Dia itu perempuan bermasalah! Apa bedanya dengan Reina?! Yang ini malah lebih banyak mengundang masalah! Sama saja kan dia juga mengundang bahaya untuk Aram!”
Aku hanya menghela nafas. Mau kupotong perkataannya, tapi ini ibuku. Dan aku sayang padanya. Nanti aku dibilang anak durhaka lagi, padahal yang kuutarakan adalah sebuah fakta.
Bingung ah, mendingan diam saja.
“Sudahlah, kamu kali ini akan mama jodohkan dengan keponakannya Pak Zulfikar! Namanya Talitha. Kamu pasti kenal, dia sekretaris di kantor kamu kan ?! Kalian sudah kenal lama, lebih lama daripada si wanita itu. Walau pun kelakuannya agak nyeleneh, tapi Latar belakangnya lebih jelas, jadi kali ini nggak usah protes!”
Heh... lagi-lagi nama itu.
Bosan aku mendengarnya.
Bagusan juga kunamai dia si Bebe.
Karena ya dia B aja.
“Lagian, kalau kamu jadi masuk ke keluarga itu, kan bagus jadi punya hubungan jangka panjang dengan Pak Zulfikar! Keluarga Prabasampurna loh Zakiiii! Kesempatan buaagguuss ini buat perluasan bisnis!”
Ibuku ini tahu tidak sih kalau aku berhasil bekerja di Prabasampurna Grup karena dulu suka bantuin Baron bunuh-bunuhin penyusup di tambang? Aku malah lebih dulu kenal Pak Damaskus dibanding Pak Zulfikar. Jadi aku masuk ke perusahaan ini ya karena kemampuanku sendiri, bukan koneksi bapakku. Mau ngapain juga dihubung-hubungin sama Talitha?!
Lagian dia kan saudara jauh, bukan anaknya.
Jauhnya itu... ya jauh banget.
“Pak Zaki?” seseorang masuk ke kamar rawat Kayla.
Dokter Hayati.
Tapi dalam pakaian casual.
“Astaga Pak Zakiiii,” dia langsung mendekatiku dan memelukku. “Jantungan saya mendengar kabar Bu Kayla dari Pak Kasep! Pak Zaki baik-baik saja?”
Wah, baru kali ini ada yang menanyakan kabarku.
“Saya baik-baik saja kok Dok. Kok Bu Dokter bisa tahu kabar Kayla dari Kasep?”
“Baru saja Pak Kasep menghubungi saya perihal kasus lama Bu Kayla. Lalu dia cerita yang terjadi Pak!” Dokter hayati menghampiri tubuh tak berdaya Kayla.
Lalu dia menggenggam tangan Kayla sambil terisak.
“Ya Tuhan Ibuuuu, nasib kamu buuu, kenapa jadi begini?! Huk...” Dokter Hayati tampak sangat terpukul melihat keadaan Kayla. Dari sekian orang, baru kali ini aku melihat ada yang begitu peduli terhadap keadaan Kayla selain diriku.
Ibuku menarik-narik lengan bajuku sambil melirik julid ke Dokter Hayati. “Siapa?” bisiknya.
“Ah, ini Dokter Hayati, Bu. Dia menangani Kayla sejak Kayla luka-luka karena didorong suaminya ke truk padahal lagi hamil 8 bulan.”
Ibuku melongo.
“Hah?! Di... dorong ke truk...?” gumamnya shock.
“Bu Dokter, ini Ibu saya.” Kataku memperkenalkan mereka berdua.
“Ohh iya Buuu, nama saya Hayati, saya Dokter Spesialis Kandungan, beberapa saat saya sempat menangani Bu Kayla sampai saat terakhir dia akhirnya keguguran.” Kata Dokter Hayati.
“Apa yang terjadi...” ibuku masih shock.
Akhirnya perlahan, Dokter Hayati bercerita mengenai awal dia mengenal Kayla. Lalu bagaimana caranya aku dan Kayla bisa bertemu.
Ibuku sampai lemas mendengar ceritanya dan dia sampai berpegangan padaku karena kepalanya pusing,
Aku yakin, ia pun tidak menyangka mengenai perjuangan hidup Kayla bisa seberat ini. Dan luar biasanya, Kayla masih bisa bertahan dengan semua kegilaan dunia.
Kami berbincang selama kurang lebih satu jam lamanya.
Dokter Hayati menangis terus-terusan sampai habis setengah kotak Tisue. Ibuku hanya bisa tertegun mendengar ceritanya.
Sementara aku sibuk dengan Aram.
Aku mengambil Asi Beku dari cooler box di bawah stroller, lalu kupanaskan dengan cara mencairkannya pakai rendaman air panas. Aram ribut bilang ‘Neh’, ‘Neh’. Tandanya ia lapar. Tapi melengos saat kutempelkan dot.
Dia mau Kayla.
“Belum bisa Nak...” desisku merayu Aram.
Gawat...
Bibirnya mulai cemberut, tanda beberapa detik lagi tangisnya meledak.
“Ish, jagoan Ayah kok gitu... pakai dot dulu ya, nanti kalau ibu sudah bangun, baru nenen.” Rayuku.
“uh...Nnnnnnnn...”
Lah malah mewek.
“NEEEEEEHHHHHH!!”
Dan pecahlah tangisnya.
Ampun dah Ya Tuhan...
Ia meronta di gendonganku.
Ibuku ambil alih.
Tangisnya malah semakin kencang.
Dokter Hayati ambil alih.
Tetap saja ia meronta dan menangis.
Kami panik.
Menangani seorang bayi mungil lebih sulit daripada gebukin preman.
Setidaknya itu pendapatku ya...
Tapi dalam keriuhan itu... aku melihat Kayla membuka mata.
Lalu mengangkat tangannya sedikit.
Dan tangan itu jatuh lagi.
Aku bengong.
Alu aku mengucek-ngucek mataku.
Aku tak salah lihat kan? Kayla sudah sadarkah?
“Kayla?” panggilku sambil kembali menggendong Aram. “Kayla kamu sudah bangun?” tanyaku.
Dahi Kayla mengernyit.
Tangannya terangkat lagi.
Ke arah Aram.
Tangannya berusaha menggapai Aram yang ada di gendonganku.
“Dokter, Dokter bantuin!” seruku ke dokter Hayati. “Buka bajunya!” perintahku.
“Buka bajunya Pak?” kernyit Dokter Hayati.
“Iya, saya yakin sekali dia bilang kalau dia mau menyusui Aram.” Sahutku.
“Gimana cara dia bilangnya? Dia kan pakai masker oksigen!”
“Udah deh Dok, buka aja.” Geramku.
Dokter Hayati buru-buru melepas ikatan baju rumah sakit Kayla, lalu sedikit memiringkan tubuhnya.
Aram kuletakkan di sampingnya agar bisa menyusu.
Dan tangisan jagoan kecilku berhenti.
Ia sukses memeluk Kayla dan minum.
Mata Kayla terpejam, tapi tangannya berada di pan tat Aram, jemarinya bergerak pelan menepuk-nepuknya lembut seakan bilang “Tenang Nak, ibu di sini.”
Aku menengadahkan kepalaku ke atas.
Gawat... mataku kemasukan debu. Rasanya seperti berair.
“Saya... mau keluar sebentar mengabari dokter kalau Kayla sudah sadar.” Aku buru-buru keluar dari kamar.
maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,