Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Tiga
"Apa maksud kamu, An? Ibu yakin kamu sudah memiliki rumah. Tak mungkin seseorang yang memiliki perusahaan tapi tak bisa beli rumah!" seru Ibu Rida.
Ibu Rida, dan yang lainnya belum tahu jika Ana belum menikah. Mereka berpikir jika Rakha adalah suami gadis itu.
"Ini rumah peninggalan orang tuaku, jadi berapa pun dan sebesar apa pun rumah yang aku miliki tak akan bisa menggantikan kenangan tentang rumah ini. Aku harap Ibu dan Ayu bisa merawatnya, jika aku mendapatkan kabar rumah ini tak terjaga dengan baik, aku akan meminta Ibu dan Ayu segera keluar dari rumah ini!" seru Ana.
Ibu Rida hanya bisa menarik napas berat. Dia tak mau berdebat karena melihat mobil Rakha yang mulai memasuki pekarangan rumah mereka.
Rakha menggendong putrinya yang duduk di bawah pohon. Gadis cilik itu langsung mengadu apa yang dia lihat.
"Papi, mami marah-marah dengan orang jahat itu," tunjuk Chelsea pada Ayu. Hal itu membuat wajah Ayu memerah.
"Sayang, kamu salah sangka. Kapan Tante marah? Yang ada mami kamu yang marah-marah dengan Tante," ucap Ayu.
Rakha lalu mendekati Ana. Dia memandangi wajah gadis itu dengan tatapan tajam meminta penjelasan darinya.
"Sayang, mami bukan marah. Mami cuma mau mengatakan pada nenek dan Tante ini, jika mereka masih mau tetap tinggal di sini, harus bisa merawat rumah ini. Hanya itu," ucap Ana. Dia agak malu karena Chelsea yang mengatakan dirinya marah-marah.
"Ayu, ini surat dari rumah sakit. Setiap kamu berobat, kamu tinggal tunjukan ini saja. Semua tagihan akan masuk ke saya. Jadi kamu tak perlu memikirkan bayaran. Bawa berobat hingga sembuh!" seru Rakha dengan suara datar.
Rakha memang susah mengekspresikan sikapnya dengan orang baru. Dia cenderung pendiam dan sedikit sombong jika bagi yang mengenal pribadinya.
Setelah memberikan surat itu, Rakha lalu mengeluarkan amplop dan menyerahkan pada Ibu Rida. Mendapat amplop yang pasti berisi uang, Ibu tiri Ana itu langsung tersenyum. Begitu juga dengan Ayu.
"Itu uang untuk biaya transportasi ke rumah sakit. Kamu harus memberikan foto setiap berobat ke ponsel Kevin. Aku akan menarik semua fasilitas yang diberikan jika ternyata kamu tak serius membawa Chika berobat. Aku rasa cukup obrolan ini. Aku harus segera pamit!" seru Rakha.
"Ingat Bu, jaga rumah ini baik-baik jika masih ingin tetap di sini!" ucap Ana sebelum meninggalkan kedua wanita itu. Erik hanya bisa menatap kepergian Ana dengan rasa penyesalan yang mendalam.
Jika di tanya perasaannya saat ini, tentu saja dia merasa sangat menyesali semua yang pernah dilakukan. Dia merasa sangat bodoh karena telah membuang berlian demi sebutir batu kerikil.
Ana dan Rakha serta Chelsea duduk di jok belakang. Seperti keluarga kecil yang bahagia. Gadis cilik itu selalu berceloteh sepanjang perjalanan. Sedangkan Ana tampak mengantuk, tanpa dia sadari matanya terpejam dan dia lalu terlelap.
"Mami sudah tidur, ya?" tanya Chelsea begitu menyadari Ana tak merespon apa yang dia ucapkan.
"Iya, Sayang. Apa kamu mau tidur juga?' tanya Rakha. Chelsea lalu mengangguk. Dia tidur di pangkuan sang papi. Kepala Ana lalu di sandarkan ke bahunya. Sepertinya Rakha sudah mulai tertarik dengan gadis itu.
Tujuh jam perjalanan akhirnya mereka sampai di kota kembali. Tadi sempat berhenti buat makan. Ana minta di antar ke kost. Dia ingin segera keluar dari mobil melihat Chelsea yang masih terlelap. Namun, sebelumnya, Ana ingin mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih, Pak. Aku tak tau harus membalas dengan apa, semua yang bapak lakukan kemarin sangat berarti untukku. Hanya Tuhan saja yang bisa membalas semuanya," ucap Ana dengan tulus.
"Semua yang aku lakukan tak seberapa dibandingkan dengan kebahagiaan Chelsea. Aku juga mengucapkan terima kasih karena kamu mau menyayanginya dengan tulus. Aku hanya ada satu permintaan," ucap Rakha.
"Apa itu, Pak?" tanya Ana. Dia merasa gugup karena takut Rakha meminta sesuatu yang sulit baginya.
"Mulai besok, jika tak ada karyawan lain, kamu cukup panggil aku dengan Mas atau kakak. Dan aku juga ingin mengajak kamu makan malam. Apakah kamu keberatan?" tanya Rakha dengan suara pelan. Takut jika suaranya membangunkan Chelsea.
"Kalau hanya itu, aku masih sanggup, Pak," jawab Ana.
"Sanggup, tapi masih panggil Pak," balas Rakha.
"Eh, iya. Maaf Pak, eh Mas," ucap Ana dengan gugup.
"Besok kamu tak perlu kerja. Pasti masih capek. Besok malam jam tujuh, aku jemput," ujar Rakha lagi.
"Baiklah, Mas. Terima kasih," balas Ana.
Ana lalu pamit dan tak lupa mengucapkan terima kasih dengan Kevin juga. "Terima kasih, Kevin. Semoga apa yang kamu dan Mas Rakha lakukan, di balas Tuhan dengan kebaikan yang berlipat."
"Tak perlu berterima kasih denganku Ana. Semua itu Pak Rakha yang melakukan, aku hanya membantu," balas Kevin.
"Tetap saja aku ingin berterima kasih. Hati-hati," ucap Ana. Setelah itu barulah dia melangkah menuju pintu kostnya.
Kevin melajukan mobil setelah melihat pintu kost dibuka Meyda.
Sampai di kamar Ana langsung membaringkan tubuhnya. Meyda ikutan berbaring di samping sahabatnya itu.
"Maaf, Ana. Aku tak bisa menyusul kamu ke kampung saat mendengar ayahmu tiada. Aku hanya bisa mengucapkan bela sungkawa, semoga ayahmu ditempatkan di tempat terindah," ucap Meyda.
"Aamiin. Terima kasih doanya," ucap Ana.
"Bagaimana dengan si bos selama di kampung kamu. Beruntung banget kamu dicintai secara ugal-ugalan sama tuh bocah, sehingga papinya pasti juga akhirnya akan luluh denganmu dan mencintai kamu tak kalah ugal-ugalan nya," ucap Meyda.
"Kamu bicara apa sih? Meyda, waktu di kampung semua orang mengira aku sudah menikah dengan Pak Rakha, karena Chelsea yang memanggilku mami. Apa lagi saat Ibu bertanya, Pak Rakha tidak mengelak atau membantah ketika semua bertanya, apakah dia suamiku. Pak Rakha justru seolah membenarkan semua dugaan mereka. Bahkan dia yang menyiapkan semua acara tahlilan buat ayah," ucap Ana dengan rasa terharu mengingat semua itu.
"Aku merasa memiliki keluarga yang mencintaiku lagi. Jika tidak ada kehadiran Chelsea dan Pak Rakha, pasti aku akan makin sedih dan terpuruk saat ayah pergi. Karena Ayu yang selalu membalikkan fakta dan menuduh aku ingin merebut Erik suaminya itu," ucap Ana selanjutnya.
"Aku rasa Pak Rakha sudah mulai jatuh cinta denganmu," ucap Meyda.
"Jangan berpikir terlalu jauh, Meyda. Aku sudah mengantuk. Besok lanjut ceritanya. Oh, ya. Besok aku masih diizinkan untuk libur. Kamu masih harus sendiri ke kantor," kata Ana.
"Tak apa! kamu memang masih butuh istirahat," balas Meyda.
"Tapi malamnya aku akan keluar. Pak Rakha mengajak makan malam di restoran favoritnya," ucap Ana.
"Demi apa kamu di ajak makan malam. Pasti Pak Rakha ingin melamar kamu, Ana. Astaga, sebentar lagi aku akan menjadi sahabat dari istri bos," ucap Meyda dengan perasaan bahagia banget.
"Sudah aku katakan Mey, jangan berpikir terlalu jauh," balas Ana.
"Aku berani taruhan, jika besok malam pasti Pak Rakha melamar kamu!" seru Meyda.
Ana tak tahu harus menjawab apa pernyataan dari sahabatnya Meyda. Dia hanya terdiam dan jadi berpikir tentang ucapan sahabatnya itu.
***
Selamat Pagi buat semua pembaca setia novel ini.. Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih .
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...