Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 Leave me alone
Kai menggenggam erat tangan Aya, mengajaknya untuk pergi mencari sarapan. Tapi, Aya mencoba melepaskan tangannya, dia tidak suka diperlakukan seperti itu.
"Lepas!" Protes Aya.
"Kenapa?"
"Sakit."
"Aku menggenggam tanganmu dengan lembut loh." ujar Kai memperlihatkan caranya menggenggam tangan Aya.
"Aku tidak suka."
"Tapi aku suka. Dan kamu harus tau bahwa kamu satu satunya yang bisa merasakan genggaman tanganku ini." gumam Kai memberitahu yang berhasil membuat Aya salah tingkah bahkan dia menahan senyumannya.
"Ayo kita pergi cari sarapan."
Kai menarik tangan Aya untuk ikut melangkah bersama menuju kantin yang tidak jauh dan hanya cukup berjalan kaki saja.
Kantin ini sangat bersih dan nyaman. Biasanya sangat ramai dengan orang orang yang sarapan. Tapi saat ini kantin sudah sepi karena sudah siangan.
Sambil menunggu pesanan, Aya menyadari saat ini dia benar benar tampak kacau. Dia mencoba merapikan poni dan juga mengusap wajah yang terasa berminyak.
Kai terus memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan Aya. Dia menatap sambil tersenyum manis.
"Kenapa lihat lihat?" tanya Aya judes.
"Mmm, mata yang cantik, hidung yang indah, pipi yang lembut. Dan bibir kamu..." Kai menjilat bibirnya sendiri sambil menatap bibir Aya yang langsung dia tutupi dengan telapak tangannya.
"Bibir kamu sangat manis." lanjut Kai yang membuat Aya mendadak teringat saat bibir mereka saling bersentuhan waktu itu.
Kai tersenyum gemas melihat Aya yang mulai tampak merona. Dia tidak berhenti menggoda, saat ini kakinya di bawah meja mulai menyentuh kaki Aya yang membuat Aya kaget dan berusaha membalas dengan menendang kaki Kai, tapi Kai yang gesit menghindar membuat kaki Aya menendang kaki meja.
"Akhsss..." teriak Aya kesakitan bercampur kesal karena gagal membalas Kai.
"Apa kamu mau kaki kamu menghilang?" gertak Aya.
"Jangan sampai hilang dong. Aku masih membutuhkan kakiku untuk berkendaraan." jawab Kai, tapi dia belum berhenti menggoda.
"Bagaimana kalau..." Tangannya perlahan bergerak hendak menyentuh tangan Aya.
"Apa? Mau apa!" menjauhkan tangannya tepat sebelum Kai menyentuhnya.
"Keterlaluan. Rayuanku sama sekali tidak bisa membuat kamu luluh. Itu membuat harga diriku jatuh." gumam Kai berlagak merasa paling tersakiti.
"Aku lihat harga diri kamu baik baik saja. Dan aku sarankan berhenti memaksakan diri untuk menggodaku. Asal kamu tahu, aku tidak seperti yang kamu pikirkan."
"Aku tidak memaksakan diri untuk menggodamu. Aku benar benar menyukai rambut berantakan khas bangun tidurmu, mata yang masih mengantuk, piyama yang berantakan dan sandal jepit. Aku pikir kamu sangat menggemaskan."
Aya memperhatikan dirinya seperti yang diucapkan Kai. Dia baru menyadari ternyata Kai satu satunya pria yang bisa melihat tampilan dirinya dalam keadaan seperti ini. Ada perasaan malu, tapi dia tidak peduli, karena Kai tidak penting baginya.
"Dan yang lebih penting..." Kai menatap serius wajah Aya yang masih saja tampak kesal.
"Ini pertama kalinya aku kencan dengan seseorang yang berpenampilan sederhana, seadanya seperti kamu, Cahaya."
Kalimat itu terdengar begitu manis hingga membuat Aya tidak mampu menahan senyumannya dan pipinya ikut memperlihatkan rona merah yang samar.
"Satu lagi..." Kai menatap tepat kearah dada Aya. "Aku juga menyukainya..." goda Kai yang akhirnya berhasil membuat Aya malu.
Dia menyilangkan tangannya didada untuk menutupi tatapan mesum Kai. Sedangkan Kai, dia tersenyum senang karena berhasil membuat Aya merona dengan rayuannya.
Akhirnya pesanan mereka pun datang dan mereka menyantap sarapan pagi itu dengan nyaman tanpa ada obrolan sama sekali sampai Kai menyelesaikan sarapannya lebih dulu dari Aya.
"Baiklah, karena kamu tidak mau mengatakan apapun tentang diri kamu. Aku yang akan bicara." ujar Kai yang sama sekali tidak mengganggu Aya menikmati sarapannya yang hampir habis.
"Namaku Kai Abian Anggara. Aku rasa kamu sudah tau. Aku anak pertama dari tiga bersaudara, satu adik cewek usianya dua puluh lima tahun, satu lagi si bungsu usianya dua puluh satu tahun." Kai berhenti sejenak untuk melihat respon Aya yang malah sama sekali tidak menunjukkan apa pun. Dia hanya terus menyuap sarapannya.
"Aku menyelesaikan S1 dan S2 di UK. Sebelum menyelesaikan kuliah aku sudah memulai usahaku dibidang desain interior. Dan sekarang aku sudah punya perusahaanku sendiri yang aku rasa cukup untuk membiayai hidup kita dimasa depan."
"Gak peduli dan aku gak mau tau."
"Tapi aku mau kamu tahu."
"Aku gak mau tau!" tegas Aya bersamaan dengan suapan terakhirnya.
"Aku mau orang yang aku suka mengetahui semua tentangku. Dan aku juga mau tau semua tentang orang yang aku sukai." Jawab Kai serius yang membuat Aya sedikit tersentuh.
Tapi kemudian dia mereguk air minum, lalu dia berdiri, "aku sudah kenyang."
Aya keluar lebih dulu dari kantin setelah membayar makanannya. Kai pun langsung bergegas menyusulnya.
Langkah kaki Aya terburu buru, sesekali dia menoleh kebelakang dimana Kai yang terus mengikutinya.
Huh!
Aya mengdengus kesal, lalu dia menghentikan langkahnya untuk bicara pada Kai yang sudah berdiri tepat dihadapannya sambil tersenyum manis.
"Aku gak ngerti kenapa kamu mencoba mendekatiku. Tapi, kalau kamu mencari teman untuk diajak tidur, aku pikir anda datang ke orang yang salah." tegas Aya.
"Aku tidur dengan kamu malam itu karena aku sedang kacau saat itu. Dan aku pastikan tidak akan mengulangi untuk yang kedua kalinya." lanjutnya menegaskan.
"Kata katamu benar benar menyakitiku." ucap Kai dengan raut wajah tampak sedih dan itu membuat Aya tersenyum sinis.
"Gak peduli seberapa keras usaha anda untuk mendekatiku, jawabannya tetap sama. Jangan menggangguku lagi!"
Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat. Kai dengan tatapan sendunya dan Aya dengan tatapan sinisnya.
"Bagaimana kalau aku serius? Bagaimana kalau aku mendekatimu bukan sekedar untuk menjadi teman tidurku?" tanya Kai yang membuat Aya tertawa mengejeknya.
"Pria brengsek seperti anda tidak akan pernah komitmen dengan siapapun. Anda hanya menikmati dan bersenang senang melihat aku yang mungkin anda pikir gampangan."
Penolakan kali ini sungguh menyakiti hati Kai. Bukan lagi harga dirinya yang tersakiti, tapi dia sungguh merasa patah hati.
"Aku sudah mengatakan semuanya. Mulai sekarang jangan pernah menggangguku lagi. Jangan menyia nyiakan waktu anda yang berharga itu untuk sekedar menggodaku." ucap Aya, lalu dia pergi meninggalkan Kai yang terdiam patah hati karena penolakan dari pujaan hatinya itu.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪