Seorang wanita mandiri yang baru saja di selingkuhi oleh kekasihnya yang selama ini dia cintai dan satu-satunya orang yang dia andalkan sejak neneknya meninggal, namanya Jade.
Dia memutuskan untuk mencari pria kaya raya yang akan sudah siap untuk menikah, dia ingin mengakhiri hidupnya dengan tenang. Dan seorang teman nya di bar menjodohkan dia dengan seorang pria yang berusia delapan tahun lebih tua darinya. Tapi dia tidak menolak, dia akan mencoba.
Siapa sangka jika pria itu adalah kakak dari temannya, duda kaya raya tanpa anak. Namun ternyata pria itu bermasalah, dia impoten. Dan Jade harus bisa menyembuhkan nya jika dia ingin menjadi istri pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
[Aku diluar]
Satu pesan masuk langsung kubuka begitu aku terima. Ryan mengirim pesan padaku. Aku bercermin sekali lagi memastikan diriku sudah rapi. Aku mengikat rambutku. Terakhir, aku tersenyum pada pantulan diriku sebelum meninggalkan cermin, aku mengintip dari jendela.
Aku melihat Ryan sedang bersandar di mobilnya. Aku menarik nafas perlahan dan menghembuskannya ke udara sedikit demi sedikit. Aku keluar dari kamarku dengan hati yang tenang.
"Ryan," sapaku begitu keluar dari Villa dan berjalan mendekat padanya.
"Kau tampak bersemangat dan.. kau mengikat rambutmu." Ryan kembali membalas ku dengan senyum yang dia punya. Aku jarang sekali mengikat rambut saat bersamanya, mungkin karena itu dia mengomentari penampilanku.
"Ya, begitulah." Aku berdiri dengan percaya diri di samping Ryan.
"Ayo." Ryan berjalan melingkari mobilnya, dia tidak masuk. Aku tampak bingung dan dengan ragu mengikutinya.
Ternyata kami memang tidak pergi dengan mobil. Aku dan Ryan berjalan menyusuri jalan melewati pagar-pagar rumah orang yang beraneka ragam.
Ryan menjelaskan setiap detail yang dia tahu tentang pekerjaan yang ingin aku lamar, dia bilang aku bisa jadi kasir, barista atau pelayan di cafe itu dengan gaji mulai dari empat sampai enam dolar per jam. Kupikir itu menjanjikan.
Aku harus mengingat jalannya, lima rumah dari Villa. Kemudian belok kanan melewati gang dan terus bejalan hingga menemukan jalan beraspal lagi dan belok kanan lagi, aku bisa melihat sebuah Cafe di seberang jalan. Cafe Joey. Itu tempatnya, kami bisa langsung menyeberang karena tak banyak kendaraan yang lewat.
Kring. Kring....
Dering ponsel berbunyi nyaring dari dalam saku celana Ryan begitu kami sampai di depan Cafe. Dia memberi kode agar aku memberinya waktu untuk menjawab telepon, dia berjalan menjauh dariku dan berbicara di teleponnya. Aku mengintip dari luar, Cafenya cantik.
Mungkin mereka belum buka, aku belum melihat satu pun pelanggan. Mungkin karena belum waktunya makan siang. Aku melihat sekitarku, orang-orang tampak berlalu lalang di trotoar jalan. Bahkan ada yang dengan santainya memakai bikini dan celana dalam berjalan disana. Untungnya dia masih menutupi dirinya meskipun dengan cardigan tipis.
"Maaf Jade, aku harus pergi mengurus sesuatu." ucap Ryan dengan wajah yang menyuratkan rasa bersalah padaku.
"Tidak apa-apa. Pergilah, terimakasih sudah mengantarku." Aku menunjukkan ekspresi se-senang mungkin agar dia tak merasa aku kecewa. Tapi aku memang tidak kecewa dia pergi, aku tidak se-manja itu untuk di temani bekerja. Dan dia pasti punya kesibukan sendiri, dia datang jauh kesini saja aku sudah bersyukur.
"Oke. Semangat, semoga berhasil." ucapnya sebelum pergi.
"Terimakasih, hati-hati di jalan," balasku saat dia akan kembali menyeberang. Tampaknya dia menerima telepon mendesak, dia terlihat terburu-buru. Ya, semoga dia baik-baik saja.
Aku mengalihkan perhatianku dari Ryan dan berjalan mendekat ke pintu Cafe. Aku berdiri disana dan berdoa sebelum masuk. Kuharap aku bisa mendapatkan pekerjaan itu.
Sebuah lonceng berbunyi saat aku membuka pintu dan masuk. Tatapanku tertuju pada wanita berambut pendek yang sedang berdiri di depan meja yang sepertinya itu meja kasir. Aku berjalan mendekat padanya.
"Maaf nona, kami belum buka," ucap wanita itu ramah.
"Ah ya," aku mengangguk canggung sebelum berkata lagi, "Tapi maaf, aku tidak bermaksud ingin memesan. Aku disini untuk melamar pekerjaan."
Dia tampak bingung dan berpikir. "Oh kau pasti melihat selebaran di luar sana, aku tidak menyangka akan ada yang melamar pekerjaan. Aku sudah membagikan selebaran itu sejak sebulan yang lalu tapi tidak ada yang datang untuk melamar. Baiklah, apa kau bisa menggunakan kasir dan membuat minuman?"
"Ya tentu. Aku bisa," aku menjawab dengan penuh percaya diri. Aku pernah menjadi kasir saat bekerja paruh waktu selama kuliah, kasir toko dan kasir sebuah Cafe kecil. Jadi aku tahu bagaimana cara menjadi kasir yang baik dan sedikit paham untuk membuat minuman. Pengalaman itu yang membuatku percaya diri.
"Oke. Kau diterima."
Belum sempat aku berkata lagi, wanita itu menghilang dari hadapanku, aku bingung namun juga senang. Aku mendapatkan pekerjaan. Wanita itu berjalan melewati pintu kecil yang ada di sudut meja. Dia datang menghampiriku dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Aku Gea Kafael. Panggil saja Gea, kau bisa bekerja di kasir mulai hari saat mungkin aku juga membutuhkanmu sesekali di pantai, kami membuka stand minuman di sana dan aku kekurangan orang." Wanita itu tersenyum ramah padaku saat kami bersalaman.
"Aku Jade. Ya tentu tidak masalah."
"Baguslah. Ayo ikut aku, kami punya seragam Cafe," Gea menarik lengan baju merah yang berlambangkan Cafe Joey di punggungnya padaku. "Kau juga harus memakainya."
Aku mengangguk paham dan mengikuti langkahnya menuju pintu yang ada di pojok Cafe. Only staff. Tertulis di pintu itu. Dia masuk dan aku pun ikut masuk.
"Kami ada dua seragam, aku selalu memakai yang merah di Cafe, terkadang kalau cuaca dingin di aku juga memakainya di pantai. Kau punya tubuh yang ideal, kupikir ukuran baju ini pas denganmu. Kau bisa langsung memakainya," Gea memberikan baju berwarna merah maroon padaku sebelum dia mengambil baju lain yang tampak tipis dan sedikit terbuka.
Bukan, kurasa baju itu cukup seksi. Dia memberikannya padaku, "Dan ini, kau bisa memakainya saat di pantai, kau tahu betapa panasnya cuaca di pantai menjelang sore. Kau bisa memakainya nanti setelah jam makan siang saat kita akan ke pantai. Jangan khawatir baju ini masih tergolong sopan untuk dikenakan." Aku mengangguk.
"Oke, gantilah bajumu. Aku akan menunggu diluar," Gea melihat jam tangannya. "Sudah hampir jam makan siang," Gea tersenyum sebelum pergi meninggalkanku dengan dua seragam berada dalam dekapanku.
Jam makan siang tampak berjalan begitu lama, bukan. Aku bekerja tanpa henti karena banyak yang memesan. Aku berdiri di meja kasir dan mencatat setiap pesanan dan menerima uang sementara Gea dan seorang wanita lainnya tengah sibuk membuat dan mengantarkan pesanan.
Aku bertemu seorang wanita saat keluar dari ruang staff, dia pelayan disana. Namanya Hana, kami berkenalan beberapa saat lalu sebelum disibukkan oleh orang-orang yang lapar.
Kami bertiga duduk di salah satu meja untuk makan bersama karena tidak ada lagi pelanggan yang datang, ini sudah jam dua lewat tiga puluh menit. Semua meja tampak bersih dan rapi, Hana membersihkannya secepat kilat tiap orang selesai makan.
Aku lebih cepat senggang darinya, sehingga aku punya waktu untuk membantunya mencuci piring dan gelas yang kotor, jika dipikir kerja ku lebih santai dari mereka berdua. Sepertinya Cafe itu memang kekurangan orang dengan pelanggan yang cukup banyak.
"Hari ini cukup melelahkan," Gea kembali melihat jam tangannya. "Aku ada janji sore ini, jadi kita tak buka stand di pantai. Kalian pulanglah lebih awal."
Aku dan Hana mengangguk, kami tidak menjawab karena sedang menyuap nasi. Mulut kami berisi penuh.
...----------------...
gk rela sebenarnya klo hrus pisah sm mereka.. 😢😢
kira2 Ryan&Hana udh ada anak jg blm ya🙈😅
klo emg Rhine bkn jodoh nya,,, kasih Kade jodoh yg lebih baik lagi thoorrr