Novel ini menceritakan kisah tentang sebuah perjuangan cinta antara Shanum Afnan Al-Farisi dengan Ziyad Adnan Al-Farisi. Keduanya merupakan pasangan beda negara hingga berhasil meresmikan status mereka menjadi suami istri. Diawal hubungan keduanya terlihat bahagia dan berjalan dengan lancar. Namun, kisah yang mereka impikan tak seindah yang mereka bayangkan setelah menikah. Kira-kira apa yang terjadi pada hubungan mereka? Penasaran? Baca kisah perjuangan cinta mereka sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irha Hussnain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Memori Kembali
Hari ini merupakan hari keberangkatan Shanum dan nenek Uzma ke Italia. Mereka ke Italia menggunakan jet pribadi milik nenek Uzma. Shanum merasa senang dan sedikit gugup setelah berada di dalam jet.
“Aku merasa gugup karena pertama kali naik jet pribadi nek” ucap Shanum sambil menahan rasa malunya.
“Tidak apa-apa nak. Setiba di Roma, nenek akan membawamu ke tempat yang bagus untuk healing”ucap nenek Uzma sambil tersenyum dengan tulus
Nenek Uzma merasa sangat senang akan kehadiran Shanum walaupun awal kehadirannya tidak bagus. Mungkin karena Shanum mirip dan seusia dengan cucunya yang sudah meninggal yang seumuran dengan Shanum bahkan ia telah menganggap Shanum sebagai cucunya sendiri.
Setiba di Italia, Shanum dan nenek Uzma menuju ke sebuah apartemen milik nenek Uzma di kota Roma, Italia.
“Apa nenek sudah sering ke sini? tanya Shanum sambil duduk di sofa apartemen. Sementara itu, koper milik Shanum dan nenek Uzma sudah diantar ke kamar masing-masing oleh supir yang menjemput mereka di bandara internasional Leonardo Da Vinci.
“Iya sering karena cucu laki-laki nenek satu-satunya menetap dan mengurus salah satu perusahaan disini”jawab nenek Uzma sambil mendaratkan bokongnya di sofa yang sama di duduki Shanum.
“Oh begitu. Cucu nenek tidak tinggal di apartemen ini?”tanya Shanum lagi sambil melihat sekeliling isi ruang tamu apartemen milik nenek Uzma yang terlihat luxury.
“Dia nggak tahu kalau kita kesini. Nenek mau beri dia kejutan. Besok kita akan menghadiri acara pameran seninya dan bertemu dia disana” kata nenek Uzma sambil tersenyum kecil membayangkan reaksi cucunya ketika bertemu dengannya besok.
“Baik nek. Aku tidak sabar ingin mengunjungi pameran seni besok.” ucap Shanum terlihat senang membuat nenek Uzma tambah bahagia.
“ok sekarang ayo kita istirahat sebentar dan bertemu kembali saat makan malam” ucap nenek Uzma sambil mengecup pucuk rambut Shanum dengan penuh kasih sayang .
Shanum yang mendapatkan kasih sayang yang tulus tersebut sangat bersyukur telah bertemu nenek Uzma yang sangat baik terhadapnya walaupun dia tidak mengingat sama sekali tentang masa lalunya.
Abdullah Del Museo
Shanum dan nenek Uzma telah tiba di depan museum tempat pameran seni diadakan. Shanum merasa sangat bersemangat sambil menggandeng tangan nenek Uzma menuju pelataran museum setelah keluar dari mobil. Tidak ada rasa canggung diantara keduanya lagi.
Setelah memasuki ruangan acara pameran seni diadakan, Shanum dan nenek Uzma segera duduk di tempat yang sudah disiapkan bagi pengunjung.
Pada saat acara pembukaan dimulai, seorang pria gagah dengan setelan jas berwarna marun berdiri di atas panggung sambil membawakan presentasi mengenai pameran seninya.
“Pria yang berdiri disana adalah cucuku” ucap nenek Uzma kepada Shanum dengan bangga. Shanum hanya menatap pria tersebut dengan kagum.
Disela presentasi yang agak panjang namun tidak membosankan itu, tiba-tiba atensi Shanum melihat seorang pria muda yang sangat tampan menurutnya dan merasa familiar dengan wajah tersebut yang sedang duduk di kursi tamu yang tidak jauh dari tempatnya.
“Maaf nek. Apa nenek kenal dengan Pria yang memakai setelan jas biru navy itu?” tanya Shanum tiba-tiba penasaran dengan pria itu dan bertanya kepada nenek Uzma yang mengedarkan pandangannya pada seorang yang ditunjuk oleh Shanum.
“Oh itu Pak Ziyad salah satu CEO perusahaan yang berkerjasama dengan perusahaan kami. Dia juga berasal dari Malaysia sekaligus teman dekat cucu nenek” jawab nenek Uzma setelah melihat wajah yang ditunjuk oleh Shanum.
Shanum yang mendengar ucapan nenek Uzma tiba-tiba diam dan merasa jika dia pernah bertemu dengan pria itu dan entah dimana namun dia memiliki perasaan benci dan rindu kepada pria itu. Shanum mencoba mengingat siapa sebenarnya pria itu yang membuatnya merasa sesuatu yang aneh dan tiba-tiba kepalanya merasa sangat sakit.
“Nek. Kepalaku tiba-tiba sangat sakit” ucap Shanum dengan lirih sambil memegang kepalanya yang sakit.
“Astaghfirullah. Ayo kita ke rumah sakit sekarang” ucap nenek Uzma dengan panik sambil memberi kode kepada bodyguardnya untuk memapah Shanum ke mobil dengan tujuan ke rumah sakit.
“Kita ke apartemen saja nek. Sepertinya aku butuh istirahat karena habis mual tadi pagi” ucap Shanum dengan lirih sambil menahan rasa sakitnya.
Beberapa detik setelah itu, Shanum tiba-tiba pingsan dan segera ditangkap oleh salah satu bodyguard perempuan yang diutus oleh nenek Uzma untuk menjaga mereka saat berada di Italia. Shanum segera dilarikan ke rumah sakit dan ia sempat menjadi bahan tontonan. Pada saat yang sama presentasi tersebut selesai.
Khaleed yang sempat melihat neneknya, segera menghubungi neneknya lewat telfon karena merasa tidak enak jika tiba-tiba meninggalkan acaranya untuk bertemu dengan sang nenek yang sangat dirindukannya. Namun panggilan telfonnya tidak diangkat oleh sang nenek apalagi sekarang waktunya acara penting pertunjukan seni yang dirancang oleh Khaleed dan beberapa CEO perusahaan yang bekerjasama dengannya berdatangan sambil menyelamatinya.
“Congratulazioni fratello per questa magnifica mostra d’arte. Sono tentato da alcuni dei dipinti qui” ucap salah satu CEO yang merupakan teman lama Khaleed dalam bahasa Italia.
Terjemahan:
Selamat bro atas pameran seni yang megah ini. Aku tergiur dengan beberapa lukisan disini.
“Thanks bro. Bahasa Italiamu lancar juga ya. Sorry aku tidak sempat menghadiri acara pernikahanmu” ucap Khaleed sambil memegang bahu sebelah kanan sahabatnya itu
“tidak apa-apa. Habis ini kamu ada waktu nggak untuk ngobrol berdua?” tanya sahabat Khaleed yang tak lain ada Ziyad Adnan Al-farisi.
“Tentu. Sudah lama kita tidak bertemu. Kamu tambah keren dan menikah duluan mendahuluiku” ucap Khaleed sambil bercanda gurau dengan sahabat yang jarang bertemu.
“Bro. Pernikahan itu tidak penting siapa yang duluan yang paling penting itu seberapa lama kamu bisa bertahan dengan pernikahanmu tanpa berkhianat pada pasangan” ucap Ziyad sambil tersenyum pahit seakan curhat dengan masalahnya sendiri
“Apakah ini ucapan dari pengantin baru yang sedang berbunga-bunga dan hangat-hangat nya? Canda Khaleed lagi sambil menepuk pundak Ziyad
Ziyad hanya terdiam dan pada saat yang sama datang seseorang untuk menyelamati Khaleed sehingga ziyad meminta izin untuk meninggalkan tempat tersebut dan bertemu dengan Khaleed di tempat yang lain.
Di sisi lain, Shanum terbaring di ranjang rumah sakit. Nenek Uzma setia menunggu Shanum siuman sambil berdoa. Kata dokter Shanum baik-baik saja dan kemungkinan ingatannya akan kembali setelah siuman.
“Nek..nenek”panggil Shanum setelah sadar dari pingsannya.
“Kamu nggak apa-apa kan nak? Apa kepalamu masih sakit?” tanya nenek Uzma tiba-tiba dan berniat untuk memanggil dokter namun Shanum mencegahnya.
“Alhamdulillah aku baik-baik saja nek”ucap Shanum namun ekspresi berbanding terbalik dengan ucapannya.
“Apa kamu sudah mengingat semuanya nak?” tanya nenek Uzma dengan hati-hati
Shanum bangun dan bersandar di ranjang rumah sakit sambil dibantu nenek Uzma.
“iya nek. Aku sudah mengingat siapa diriku sebenarnya” jawab Shanum dengan sambil terisak ketika ingatan kelamnya kembali berputar di kepalanya.