Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 - Sembunyi di toilet pria
Zuya menarik napas lega. Akhirnya dia bisa keluar juga dari kelasnya si om jelek. Bodoh amat dengan pelajaran. Dia akan bermohon kepada profesor Sunan agar dirinya tetap belajar mata kuliah manajemen bisnis pada dosen tersebut. Zuya tidak mau yang mengajarinya om jelek tadi. Bisa-bisa dia dapat darah tinggi tiap hari lagi karena laki-laki itu.
"Jangan harap setelah keluar aku kembali lagi." kata Zuya tersenyum menang.
Memang cara minta ijin keluarnya lumayan bikin malu, tapi bodoh amat. Yang penting dia sudah berhasil keluar sekarang. Zuya menelpon Bowen, karena dia tahu jam segini cuma Bowen yang kemungkinan besar ada jam kosong. Keno dan Igo sibuk terus. Keduanya sangat serius untuk menggapai cita-cita mereka.
Sebenarnya Bowen juga sama. Tapi jam kosongnya memang lebih banyak saja dari Igo dan Keno. Anak olahraga tempatnya kebanyak di lapangan. Ketika Zuya menelpon Bowen, laki-laki itu lagi latihan di kolam renang kampus katanya. Zuya langsung menuju ke sana.
Waktu SMA Bowen memang suka basket. Tapi ketika lulus, cowok itu lebih memfokuskan dirinya ke renang. Cita-citanya sebenarnya ingin menjadi perenang profesional. Sudah ada club besar yang khusus merekrut para atlet renang yang mengontraknya. Tapi tahun depan ia baru resmi masuk ke club tersebut. Tinggal menunggu waktu saja.
"Hanya kamu sendiri? Temanmu yang biasa latihan bersama kamu kemana?" Zuya bertanya. Matanya memandangi sekeliling kolam, ada satu teman Bowen yang selalu latihan bersama Bowen.
Namanya Aska, senior Bowen dan sekaligus menjabat sebagai kapten tim renang kampus. Zuya bertanya karena gadis itu diam-diam nge-fans berat sama cowok itu. Dimatanya Aska sangat keren.
Jelas dong keren, idola kampus gitu loh. Bukan Zuya doang yang nge-fans sama dia, tapi hampir semua cewek di kampus ini.
Itulah salah satu alasan Zuya kenapa sering melihat Bowen latihan, karena dia pengen lihat Aska juga dari dekat.
"Aska lagi jadi pengawas lomba di SMA." jawab Bowen. Cowok itu keluar dari dalam kolam dan duduk di kursi santai dihadapan Zuya sambil menyeka tubuh basahnya mengenakkan handuk.
"Kelas kamu udah selesai memangnya?" giliran Bowen yang bertanya. Wajah Zuya langsung berubah.
"Belom,"
"Kamu bolos lagi? Kok bolos lagi Zu. Kita udah kuliah loh, nggak bisa main-main terus kayak masih SMA." tegur Bowen. Dia, Keno dan Igo sudah berkali-kali bilang agar Zuya belajar dengan serius biar jadi orang sukses dan membanggakan keluarga. Tapi dasar Zuya, di otaknya sekarang masih mau santai-santai terus. Tapi wajar sih kalau mengingat usianya baru delapan belas tahun.
Bowen, Keno dan Igo juga seumuran Zuya. Tapi ketiganya memang serius sekali kalau masalah pengen ngejar cita-cita.
"Aku nggak bolos Wen,"
"Terus?
"Ijin ke toilet tapi nggak pengen kembali lagi."
Bowen memutar bola matanya malas.
Sama saja kali.
"Itu tetap bolos namanya bocah." laki-laki bertubuh atletis itu mengetuk pelan kepala Zuya.
"Habisnya, aku kesel banget sama si om jelek. Masa aku masuk kelas tiba-tiba di suruh berdiri. Pas aku ketawa, dia bilang ..." Zuya mengatur suaranya.
"Aku tidak menyuruhmu tertawa, Zuya." gadis itu mengikuti gaya bicara dan ekspresi Shawn tadi.
"Gimana nggak kesel coba. Semua yang aku lakuin dikomentari sama dia. Ya udah, saking kesalnya aku minta ijin mau berak aja."
Kali ini Bowen yang dibuat tercengang dengan cerita sang sahabat.
"Om jelek yang kamu maksud itu siapa?" lelaki itu bertanya lagi. Merasa penasaran siapa om-om yang membuat Zuya kesal. Om-om yang menghukum gadis itu karena terlambat? Bukannya di dalam kelas yang berhak menghukum itu dosen ya? Jadi om-om siapa yang Zuya maksud?
"Ada. Dosen baru yang gantiin prof Sunan. Nggak sok ganteng, tapi sok galak." sahut Zuya.
"Namanya Shawn, kamu pernah lihat tapi nggak pengen aku jelasin kamu pernah lihat dia dimana. Yang jelas om jelek itu sudah aku cap sebagai musuh bebuyutan aku."
Bowen terkekeh. Zuya ini lucu sekali kalo lagi dongkol sambil ngomel-ngomel kayak sekarang ini.
"Udah jangan ngomel-ngomel lagi. Nanti kalo ada yang datang mereka pikir aku yang bikin kamu kesal lagi." ucap Bowen.
Ketika pandangan Zuya berpindah ke samping kiri, ia melihat ada beberapa orang dewasa yang berjalan ke arah kolam. Salah satu dosen perempuan yang dia kenal tengah berbicara dengan ...
Mata Zuya melotot lebar. Om jelek itu lagi m?!
Oh astaga. Tidak, dia harus cepat-cepat bersembunyi sebelum si laki-laki yang dia panggil om itu melihatnya. Bisa bahaya. Status laki-laki itu dosen, status Zuya mahasiswi. Dimana-mana status dosen jauh lebih tinggi dari mahasiswa.
"Bowen, sembunyiin aku dong? Mana tempat sembunyi di sini? Cepetan-cepetan!" seru Zuya dengan suara kecil yang terdengar panik.
Bowen bingung namun tetap ikut mencari-cari tempat persembunyian buat Zuya.
"Ada toilet." kata lelaki itu kemudian.
"Dimana?"
"Di sana." Zuya mengikuti arah telunjuk Bowen.
"Itu harus ngelewatin mereka Bow-Bow. Gimana aku bisa ngelewatin mereka, kan aku mau sembunyi dari salah satu dosen di sana. Itu tuh, si om jelek."
"Ya udah, kamu cuma punya dua pilihan sekarang." kata Bowen.
"Apa pilihannya?"
"Sembunyi di bawah air, atau di toilet pria."
Zuya melirik ke kedalaman kolam. Dia geli, tidak mungkin dia sembunyi dalam air karena dia tidak pintar berenang. Pilihan terakhir adalah toilet pria dekat situ. Ya, toilet saja. Lagian di sini hanya ada Bowen yang latihan. Dosen-dosen yang berjalan di ujung sana pasti datang cuma mau melihat-lihat sebentar lalu pergi.
Tanpa pikir panjang lagi Zuya pun berlari secepat kilat ke arah toilet pria. Ia yakin belum ada dari antara orang-orang itu yang menyadari keberadaannya. Zuya tidak sadar saja ternyata Shawn sudah melihatnya bahkan sebelum gadis itu menyadari keberadaannya.
"Bowen?"
Dosen perempuan bernama Tari memanggil Bowen. Wanita itu dosen pelajaran umum, umurnya 32 tahun.
"Hai bu," Bowen balas menyapa.
"Kamu latihan sendirian?"
"Iya bu."
"Ibu boleh minta tolong kamu tidak? Antarkan kunci ruang basket ini ke pak Rival. Dia ada di lapangan basket indoor. Nih kuncinya."
Bowen berpikir keras. Zuya masih di dalam toilet pria. Tapi bingung juga dia cari alasan apa buat menolak. Mau tak mau dia pun menurut saja. Mudah-mudahan orang-orang ini cepat pergi dan tidak ada orang lain yang datang ke sini.
"Bu Tari, anda saja yang antar mereka keluar. Saya mau ke toilet sebentar." kata Shawn setelah para dosen dari kampus yang lain puas melihat-lihat area kolam. Mereka datang ke sini buat survey tempat kegiatan lomba dua minggu lagi.
Shawn pun masuk ke dalam toilet yang dimasuki Zuya tadi.
Kita lihat sampai kapan kau akan sembunyi dedek.