Warning!!!
Selamat berhalu dan membayangkan karakter pemeran ya... 😘
Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang gadis bernama Vina, yang dikenal sebagai gadis bar bar namun memiliki paras yang cantik. Ia tumbuh menjadi gadis yang keras kepala dan penuh semangat, dengan sikap yang tak kenal takut dan tak mudah diatur. Namun, kehidupan Vina berubah drastis ketika keluarganya terjerat hutang besar yang tak mampu mereka lunasi.
Untuk menyelamatkan keluarga dari kehancuran finansial, orang tua Vina memaksanya menikah dengan seorang pemuda kaya raya bernama Nathan. Nathan adalah putra tunggal dari keluarga terpandang yang memiliki harta melimpah. Meski tampan dan menawan, ada kelainan di dirinya dan sering bertingkah seperti banci. Tingkah lakunya yang lembut dan gemulai membuat banyak orang terkejut, termasuk Vina.
Bagaimana kisahnya? Yuk kita mulai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 - Awal Baru
Seminggu setelah kematian Wiliam, rumah Nathan mulai kembali diisi dengan kegiatan seperti biasanya. Widia yang kehilangan akal sehatnya, kini dirawat di rumah sakit jiwa khusus sebelum ia di nyatakan sehat untuk di beri hukuman.
Namun, kini Nathan merasa tidak nyaman lagi tinggal di rumah itu dan sering mengeluh pada Vina. Ia merasa, di rumah itu terlalu banyak kenangan pahit yang sering menghantuinya.
Setelah berdiskusi dengan Vina, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke rumah baru. Mereka ingin memulai hidup baru, merubah setiap aspek kehidupan mereka, termasuk fisik, watak, sifat, dan kebiasaan.
Setelah beberapa kali mengontrol rumah yang akan mereka beli dan tinggali, akhirnya Vina dan Nathan menemukan sebuah rumah yang sangat mereka sukai.
Rumah itu lebih kecil daripada rumah lama Nathan, tetapi memiliki keindahan dan kesan yang luar biasa. Rumah mewah modern dengan desain elegan.
"Wah... Nathan, rumah ini tidak lebih besar dari rumahmu dulu, tapi ini sangat indah dan mengesankan," seru Vina dengan mata berbinar.
Nathan pun tersenyum seraya berkata, "Aku setuju, ini tempat yang sempurna untuk memulai kembali."
Mereka mulai membeli keperluan rumah dan perabotan baru, memutuskan untuk tidak memindahkan barang-barang dari rumah lama karena meskipun mereka pindah, rumah lamanya itu akan tetap di jaga dan di tinggali beberapa asisten untuk mengurusnya.
Saat pindahan, Vina sengaja mengajak Nathan untuk ikut beres-beres rumah meskipun banyak asisten yang bekerja. Ia ingin menjadikan momen itu sebagai latihan tambahan untuk Nathan agar bisa menjadi laki-laki sejati yang kuat, mengingat Nathan masih berjalan gemulai dan tidak berotot.
"Nathan, bisa tolong angkat kotak ini?," tanya Vina sambil menunjuk kotak besar berisi buku.
Nathan melongo melihat kotak tersebut dan merasa tidak yakin. Tapi ia lalu mencoba mengangkat kotak itu namun gagal. "Wah, ini berat sekali!," serunya merasa lemah.
Melihat hal itu, Vina hanya tertawa namun terus memberinya semangat. "Ayo, kamu pasti bisa Nathan, angkat dengan lutut, bukan dengan punggung."
Nathan mengerutkan kening karena kurang paham dengan yang di katakan Vina. Lalu, ia mencoba lagi dengan cara yang benar. Kali ini, ia berhasil mengangkat kotak itu meski terlihat sedikit gemulai.
Vina mengangguk puas dan memberi apresiasi untuk Nathan. "Bagus! Lihat, kamu semakin kuat!," seru Vina, menyemangati Nathan.
Mereka terus bekerja, beres-beres rumah dengan penuh semangat. Di tengah-tengah kesibukan, mereka sering tertawa walaupun untuk hal kecil.
Nathan yang masih belajar beradaptasi dengan peran barunya, sering kali membuat kesalahan konyol. Misalnya saja...
"Nathan, kamu menaruh bantal di dapur? Harusnya di ruang tamu!," kata Vina sambil tertawa.
"Oh, maaf, aku pikir ini untuk tempat duduk dapur," jawab Nathan sambil menggaruk-garuk kepala dan tertawa kecil seraya menutupi mulutnya.
Namun, dengan setiap kesalahan dan tawa, mereka pun semakin dekat saling mengenal satu sama lain. Proses pindah rumah ini bukan hanya tentang mengatur barang-barang, tetapi juga tentang menguatkan ikatan mereka sebagai pasangan suami istri.
Saat malam tiba, mereka duduk di teras rumah baru mereka, menikmati angin malam yang sejuk. "Aku senang kita memutuskan untuk pindah," kata Nathan, sambil meminum segelas susu hangat.
"Aku juga, Ini awal yang baru untuk kita," jawab Vina, tersenyum. "Itu susu? Kamu belum pernah nyobain kopi? Lebih enak lho...," lanjutnya.
"Kopi? Nggak ah, kopi pahit, aku gak mau hidupku sepahit kopi, mending manis, semanis susu ini xi xi...."
"Kamu ini, kalau tau rasanya kopi, pasti ketagihan deh."
Mereka tersenyum berdua sambil memandangi bintang-bintang di langit, merasakan harapan baru untuk masa depan yang lebih cerah.
Rumah baru ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi simbol awal baru mereka, tempat di mana mereka bisa membangun kenangan indah bersama tanpa bayang-bayang masa lalu.
