Godaan Pelakor

( POV Syahnaz )

"Syah-Syahnaz...."Mas Raja dan Lily kaget melihat keberadaan aku yang sudah berada didepan pintu kamar Lily.

"Mbak..." Lirih Lily wajah nya seperti merasa bersalah menatap aku yang sudah basah dengan air mata.

Entah itu hanya akting dia saja atau kah bukan.

"Sayang....Mas bisa jelasin semua ini, ini salah faham, kamu jangan berpikir yang macam-macam dulu ya," Mas Raja mendekati aku ingin meraih tangan aku.

"Jahat kamu Mas...." Lirih ku dengan berlinang air mata, dada ku rasanya sesak sekali melihat pemandangan didepan mata ku ini.

Aku melihat dengan jelas mas Raja dan Lily berduaan didalam kamar, bahkan mereka terlihat begitu mesra.

"Sayang, dengerin penjelasan mas dulu....Tadi itu saat mas baru pulang, gak sengaja mendengar Lily berteriak dari dalam kamar nya. Pas mas lihat ternyata Lily hampir kesetrum, dan yang kamu lihat tadi itu gak begitu. Mas hampir jatuh, karena reflek makanya mas berpegangan sama Lily. Kamu percaya kan sama Mas?" Tanya nya mencoba menjelaskan semua nya sama aku.

"Gak usah banyak alasan kamu Mas....Aku bukan anak kecil yang dengan mudah bisa kamu bodohi, aku gak akan percaya sama kamu. Aku gak akan pernah memaafkan kamu Mas," Ucap ku dengan suara bergetar, aku benar-benar kecewa dan sakit hati sama mereka berdua.

Gak mudah bagi aku untuk bisa mempercayai mas Raja lagi, aku benar-benar muak melihat wajah mereka. Aku gak yakin sama apa yang mas Raja jelaskan tadi.

"Sayang, kamu ngomong apa sih? Kamu sudah salah faham, gak mungkin mas berbuat macam-macam sama Lily," Mas Raja masih terus berusaha menyakinkan aku.

Aku tersenyum getir menatap mas Raja."Wah benarkah? Apa aku harus percaya sama kalian? Bahkan kalian hanya berdua saja dirumah ini, aku gak yakin kalau mas Raja tidak tergoda dengan Lily." Ucap ku melirik penampilan Lily dari atas sampai bawah. Lily yang menyadari tatapan dari aku berusaha mencoba menarik dress pendek yang dia kenakan. Bahkan baju yang Lily pakai memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuh nya.

"Syahnaz....Jaga ucapan kamu ya! Kenapa sih kamu sekarang jadi begini?....Sudahlah, malas berdebat sama kamu yang keras kepala." Bentak mas Raja, membuat dada ku kian sesak mendengar bentakan nya. Air mataku kembali luruh membasahi pipi.

Bahkan dia sekarang membentak aku, mas Raja benar-benar sudah berubah. Dan aku sempat melirik kearah Lily dia seperti tersenyum mendengar mas Raja membentak aku. Mungkin dia senang dan merasa menang kali ini.

"Seharus nya aku yang marah mas bukan kamu? Aku semakin yakin kalau kalian berdua ada hubungan dibelakang aku, pantas saja kamu dengan senang hati menerima Lily tinggal dirumah ini.... Pengkhianat kamu Mas," Teriak ku penuh emosi dengan mata memerah menatap tajam mas Raja.

"Ya, itu karena kamu keras kepala Syahnaz, kamu gak mau dengarin Mas...." Suara nya kembali lembut, tapi aku sudah terlalu kecewa sama dia, aku gak akan mau percaya sama dia lagi.

Tanpa mempedulikan lagi mas Raja dan Lily, aku berlari kedalam kamar dengan perasaan sedih dan kecewa.

Ku hempas kan tubuh ku keatas kasur, menangis sejadi-jadinya disana.

Bahkan mas Raja tidak mengejar aku sama sekali keatas. Semakin membuat hati ku sakit dan sedih.

"Keterlaluan kamu Mas...." Teriak ku melempar apa saja benda yang bisa ku raih.

Selang beberapa lama.

Kreeeek....

"Sayang...."Tiba-tiba terdengar suara mas Raja memanggil.

Klek

 Mas Raja menghidupkan saklar lampu, aku yang memang sedari tadi belum tidur akhirnya bangun dan menatap marah mas Raja.

"Masih ingat kamar ini rupanya? Ku kira sudah lupa pintu masuk." Sindir ku tanpa mau menatap wajahnya.

"Sayang, ngomong apa sih kamu? Tadi setelah kamu pergi tiba-tiba Mama menelpon. Makanya Mas gak nyusul kamu kekamar. Maafin Mas ya." Ucap nya berasalan.

"Sayang," Mas Raja membelai rambut ku, dan mencium leh*r ku dengan lembut, nafas nya terdengar memburu. Aku tau mas Raja pasti ingin meminta hak nya. Tapi, aku lagi tidak mood sama sekali, apalagi setelah kejadian tadi.

"Mas, aku lagi gak enak badan....Aku mau tidur, ngantuk." Aku menepis tangan mas Raja, aku menolak keinginan nya, bisa kudengar Mas Raja menghela nafas kasar. Sepertinya dia kecewa karena keinginan nya tidak terpenuhi.

"Ya sudah, tidurlah..." Ucap nya menjauhkan tubuh nya dari aku. Hingga beberapa saat terdengar dengkuran halus dari mulut mas Raja.

"Maafin aku Mas, aku tau aku sudah berdosa karena menolak kamu. Tapi hati ku sakit dan masih kecewa sama kamu Mas," Batin ku menatap mas Raja yang sudah terlelap.

Entah sejak kapan aku terlelap, hingga akhirnya mataku terjaga. Aku melirik kearah jam, ternyata masih jam 2 Malam. Dan...

"Kemana mas Raja?" Aku baru sadar kalau mas Raja tidak ada disamping aku, ku cek kamar mandi juga kosong tidak ada mas Raja didalam.

"Kemana perginya dia tengah malam begini?" Batin ku mulai was-was dan curiga.

Tanpa pikir panjang aku keluar dari kamar mencari mas Raja, aku curiga apa jangan-jangan mas Raja kekamar Lily? Pikiran buruk mulai muncul di kepala ku.

"Sayang, kamu ngapain malam-malam keluar kamar?" Suara mas Raja membuat aku kaget. Aku melihat mas Raja sedang berjalan keluar dari arah dapur. Aku mengernyit heran, ngapain mas Raja malam-malam kedapur?

Braaak..

"Suara apa itu?" Aku hendak memeriksa, karena suara benda jatuh itu berasal dari arah dapur.

"Biarin saja sayang, palingan kucing," Mas Raja mencegah aku.

"Kamu ngapain kedapur malam-malam Mas?" tanya ku heran, tingkah laku mas Raja benar-benar membuat aku curiga. Apalagi penampilan nya yang terlihat berantakan sekali, dan juga nafasnya terdengar seperti orang baru habis melakukan pekerjaan berat.

"Eum, itu...Mas tadi haus, makanya kedapur buat minum," Balas nya, aku masih memperhatikan mas Raja.

"Kok kamu berkeringatan begitu? padahal ini cuacanya dingin banget loh mas?" Tanya ku penuh selidik. Mas Raja terlihat gugup dan menyeka sisa keringat di dahi nya.

"Iya nih, gak tau. Mas kepanasan dan juga haus, mungkin karena Mas kecapean kali ya,"Jawab mas Raja .

Aneh sekali, Gak masuk di akal. Bahkan ini diluar lagi hujan deras.

"Aku harap kamu gak lagi bohongin aku mas," Batin ku berharap.

"Ya sudah, ayo kita masuk saja." Mas Raja merangkul aku masuk kedalam kamar. Sempat kulirik kearah dapur, aku seperti melihat ada bayangan seseorang disana. Entah lah, apa itu hanya perasaan aku saja.

Semoga saja kecurigaan aku tidak lah benar.