NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manusia random

Saat jam istirahat telah usai, guru yang bersangkutan di jam selanjutnya mengajak Savinna dan teman sekelasnya untuk berpindah ke lab khusus untuk jurusan Administrasi Perkantoran dan memulai kegiatan belajar mengajar disana.

Karena lab itu sebelumnya sudah digunakan oleh kakak kelasnya dari kelas 11, alhasil Savinna dan teman-temannya harus menunggu selama beberapa menit terlebih dahulu sampai lab tersebut benar-benar kosong.

“Yuk, sekarang kita semua masuk dan duduk sesuai dengan nomor absennya ya!” arahan sang guru setelah memastikan jika ruangan itu sudah kosong sepenuhnya.

Savinna dan teman-temannya pun memasuki ruangan itu secara bergantian. Karena saat itu Savinna berada di barisan paling belakang diantara teman-temannya yang lain, alhasil Savinna menjadi giliran terakhir untuk bisa memasuki ruangan itu.

Puk ... puk ...

Savinna langsung menoleh ke belakang saat merasakan ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Ini cowok yang tadi pagi kan ya? batin Savinna.

“Hai, kita ketemu lagi,” sapa laki-laki yang setelah Savinna lirik badge namanya tertulis nama Nauval disana.

“Ada apa ya, Kak?” tanya Savinna to the point.

“Gue cuma mau kasih ini,” ucap Nauval seraya memberikan secarik kertas berukuran kecil yang baru saja ia keluarkan dari sakunya.

Nomor handphone? Tapi buat apa? tanya Savinna dalam hati.

“Buat tanya-tanya soal Fazriel.”

Savinna terkejut bukan main saat Nauval mengatakan itu. Savinna terkejut lantaran Nauval bisa menjawab pertanyaan yang hanya ia lontarkan dalam hatinya. Selain itu, Savinna juga terkejut karena Nauval bisa mengetahui perasaannya pada Kavi.

“Gue berteman sama Kavi udah lumayan lama, dan kebetulan kita ini satu kelas ... jadi kalo elo mau tanya-tanya tentang dia boleh chat gue,” jelas Nauval sebelum ia pergi dari hadapan Savinna.

Apa maksudnya semua ini? Kenapa dia bisa tau perasaan gue ke Kak Fazriel? Apa gerak gerik gue terlalu mencolok ya? batin Savinna.

***

Sepulang sekolah Savinna dan Katrina menyempatkan diri mereka untuk melaksanakan sholat dzuhur di masjid sekolah mereka.

Setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, keduanya pun kembali mengenakan sepatu mereka sebelum pulang.

“Lo beneran udah dijemput, Sav?” tanya Katrina sambil memasang kaos kakinya.

“Iya, udah ... emangnya kenapa sih?”

“Ya, gapapa sih cuma tanya aja, kalo emang belum dijemput, lo bisa pulang bareng gue.”

“Gak usah, Rin ... makasih banyak.”

“Permisi, aku mau ambil sepatu aku dulu, boleh?” sapa seorang perempuan dengan nada lembutnya.

“Oh, iya, Kak. Silakan,” balas Katrina sambil menggeser tubuhnya sedikit.

Ini kan cewek yang sama Kak Fazriel terus. Pantes aja Kak Fazriel suka sama dia, selain cantik dan imut ternyata dia juga sopan, batin Savinna yang juga ikut menggeser tubuhnya, memberi ruang untuk Amia agar ia bisa mengambil sepatunya.

Setelah mendapatkan sepatunya, Amia pun ikut duduk di dekat Savinna dan Katrina untuk memakai sepatunya.

“Amia!” panggil Kavi yang terlihat baru saja keluar dari masjid.

Tak hanya Amia yang menoleh saat mendengar panggilan dari Kavi itu, tapi Savinna dan Katrina pun ikut menoleh menatap Kavi.

“Tunggu sebentar, Kav ... gue mau pakai sepatu dulu,” sahut Amia.

“Buruan! Kalo lama gue tinggal ya!” seru Kavi disertai dengan ancaman.

Kavi saat itu memang sedang berinteraksi dengan Amia, namun entah kenapa matanya fokus menatap Savinna yang tengah sibuk mengikat tali sepatunya.

“Sabar, Kaviandra!”

Kira-kira, siapa nama cewek itu ya? Gue jadi penasaran deh, batin Kavi.

“Gue tunggu di parkiran ya, Mi,”

“Oke!”

Kenapa hari ini gue ketemu sama mereka terus sih? Gue tuh gak iri! Gue cuma risih aja kalo dikasih lihat keuwuan mereka terus, geram Savinna dalam hati.

***

Setelah mengantarkan Amia pulang, Kavi menyempatkan dirinya untuk berziarah ke makam Rania, kakaknya. Sambil mengusap batu nisannya, Kavi mulai meletakkan setangkai mawar merah yang sudah ia persiapkan sebelumnya.

“Gak terasa ya, Kak ... udah tiga tahun kakak pergi ninggalin Fazriel. Kenapa Allah ngambil Kak Rani duluan sih? Kenapa gak Fazriel aja yang diambil duluan? Papa terpukul banget semenjak Kak Rani pergi, Papa sampai gak mau ngomong sama Fazriel lagi saking marahnya. Kalo bisa tukar posisi, Fazriel mau kok gantiin Kak Rania disini, asal Papa bahagia dan mau maafin kesalahannya Fazriel.”

Tanpa sadar, Kavi mulai meneteskan air matanya. Rasanya, Kavi sudah tak kuasa menahan beban berat yang dilimpahkan ke pundaknya. Selama tiga tahun terakhir, Kavi selalu dihantui oleh perasaan bersalah karena Anton sang papa selalu menyalahkan dirinya atas kematian Rania.

Ya, Kavi akui kematian Rania memang ada sangkut pautnya dengan kelalaian Kavi. Saat itu Kavi lebih memprioritaskan gamenya daripada mengantar Rania untuk pergi ke minimarket. Kavi pun tidak pernah menyangka jika itu adalah permintaan terakhir Rania pada saat itu. Kavi pun sangat menyesal setelahnya, ia bahkan merasa enggan untuk memainkan sebuah game, entah itu di ponselnya atau dari playstation miliknya. Karena semenjak kematian Rania, Kavi menjadi sangat membenci game.

“Oh iya, Kak ... Fazriel baru aja nemuin satu perempuan yang unik banget. Dia manggil Fazriel dengan sebutan Fazriel, Kak. Sama kaya Kak Rania dulu. Dan kalo dilihat-lihat, dia sama cantiknya kayak Kak Rania loh ...” Kavi sempat tersenyum samar padahal kedua matanya sedang berlinang air mata. Rupanya Kavi terbayang dengan ekspresi lugu Savinna yang tak sengaja menyebut nama belakangnya tadi pagi.

“Kayaknya Fazriel suka sama dia, Kak ...” tanpa sadar Kavi mengucapkan itu dengan begitu lirihnya di depan makam Rania, Kakaknya.

Kavi memang sering sekali menceritakan perihal gadis pujaannya saat sedang berziarah ke makam Rania. Rami pun sering heran kenapa Kavi suka sekali berlama-lama di makam putrinya itu. Bahkan, Rami sendiri tidak pernah Kavi ceritakan perihal Amia sama sekali. Makam Rania pun seakan menjadi saksi bisu betapa pahitnya kisah asmara Kavi selama dua tahun belakangan ini. Dan hari ini, tepat di hari ulang tahun Rania yang ke 21 tahun, Kavi menceritakan gadis yang berbeda pada Rania.

Ya, topik pembicaraan Kavi sudah bukan Amia lagi, melainkan sudah berpindah pada seorang gadis yang belum sempat Kavi ketahui namanya namun sepertinya gadis itu sudah menggeser posisi Amia di hatinya.

***

Sepulang sekolah, Savinna kembali berkumpul dengan kedua sahabatnya. Kali ini bukan di sebuah cafe melainkan di rumah Cherry.

“Nih, akun instagramnya udah ketemu!” seru Kylie setelah ia berhasil menjadi stalker dadakan untuk sahabatnya sendiri.

“Anjay, cepat juga ...” puji Cherry.

“Buruan, Na ... buruan di follow akunnya!” usul Kylie.

Tak seperti kedua sahabatnya yang terlihat begitu antusias, yang bersangkutan malah terlihat tidak bersemangat. Bagaimana Savinna mau bersemangat kalau hari ini saja ia sudah melihat pemandangan kurang mengenakkan hatinya sebanyak dua kali. Bahkan saat dalam perjalanan pulang tadi, Savinna sudah ada pikiran untuk mundur sebelum rasa sukanya pada Kavi semakin besar.

“Kayaknya gue mau stop aja deh.”

“Lho ... maksudnya stop apa?” tanya Cherry bingung.

“Gue mau hapus perasaan gue ke Kak Fazriel,” jawab Savinna dengan mantap.

“Kok tiba-tiba sih, Na? Padahal gue udah susah-susah stalking akun instagramnya semalaman dan baru ketemu siang ini perkara lo salah nama. Tapi kenapa pas udah ketemu ... lo malah mau move on?” tanya Kylie dengan nada kecewa.

“Dia udah punya pacar, Ky. Lo tau sendiri kan, gue paling gak mau ngerusak kebahagiaan orang?”

Setelah mendengar itu, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Kylie ataupun Cherry. Mereka berdua sama-sama tahu kalau keputusan Savinna sangat sulit untuk dibantah.

“Terus, ini nomor kakak kelas lo mau diapain?” tanya Cherry.

“Buang aja, paling tuh cowok cuma mau modusin Savinna,” sahut Kylie.

“Entah apa tujuannya kakel itu ngasih gue nomor handphonenya, yang jelas gue gak akan ngechat dia, karena gue gak mau jadi semakin berharap sama Kak Fazriel,”

***

“Asli, deh, si Fazriel ganteng juga ya ternyata?” puji Cherry ditengah-tengah kegiatan mereka.

Padahal saat itu Savinna dan Kylie tengah sibuk membahas hal lain dan tidak ada sangkut pautnya dengan Kavi sama sekali.

“Wah, lo lagi ngestalk dia ya, Cher?” tuduh Kylie yang 100% benar adanya.

Cherry melirik Savinna yang terlihat sedikit jengkel, “Hehehe, iya, nih. Gue mau follow akunnya juga ah, mana tau di follback, kan?” goda Cherry.

“Iya sih, jujur aja gue ini bukan tipe cewek yang suka sama cowok kumis tipis, tapi khusus Kak Fazriel kayaknya bisa dibicarakan baik-baik deh,” ungkap Kylie yang mulai ikut memanas-manasi Savinna.

Savinna hanya menghela napas lalu meraih segelas lemon tea buatan Cherry dan meminumnya dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

“Iya, kan ... kumis tipisnya itu malah nambah kesan manis buat dia. Hebat banget lo, Na. Selera lo boleh juga,” kata Cherry disertai seringaian tipis di bibirnya.

“Wah, Cherry bahaya nih, Na. Kayaknya dia mau gantiin posisi lo deh.”

“Ya ... terserah, sih. Gue gak ada hak buat ngelarang. Dari awal prinsip kita emang udah beda, kan? Lo emang gak pernah peduli sama perasaan orang. Jadi lo gak akan ngerasa bersalah setelah ngerusak kebahagiaan orang lain,” sindiran Savinna berhasil menusuk persis di jantung kedua sahabatnya itu. Kata-katanya barusan benar-benar frontal dan pedas. Diantara mereka bertiga, Savinna memang terkenal paling pendiam. Namun saat gadis itu sedang kesal atau marah, kata-katanya bisa lebih tajam dari Cherry saat sedang melabrak seseorang.

“Ih, jangan gitu atuh, Na ... gue cuma bercanda kok,” Cherry langsung menyampaikan klarifikasinya saking takutnya.

“Gue balik duluan lah, mau ngerjain PR.”

Setelah itu, Savinna pun benar-benar pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Gimana gue mau move on? Baru digodain kayak tadi aja gue udah cemburu berat. Emang seharusnya dari awal gue gak usah naruh perasaan berlebih buat dia.

***

Sepulang sekolah, Kavi langsung mendapat teguran dari mamanya lantaran pulang dalam kondisi celana yang kotor karena tanah.

“Baju kamu kenapa kotor gitu, Kav? Kamu habis main futsal pakai seragam sekolah lagi?”

“Enggak, Ma ...” bantah Kavi tertahan. “Kavi habis ziarah ke makamnya Kak Rania.”

Rami pun terdiam sejenak setelah mendengar itu, kemarahannya tertahan mendengar alasan Kavi yang ternyata baru saja berziarah ke makam mendiang putri sulungnya.

“Ya sudah, sekarang kamu ganti baju terus langsung makan siang ya, ini udah hampir sore lho.”

Kavi pun mengangguk lalu pergi ke kamarnya, mengganti bajunya sebelum ia makan siang.

“Charger hanphone dulu deh sebelum turun ke bawah ...”

Belum sempat Kavi mengisi daya pada ponselnya tiba-tiba ponselnya itu bergetar karena menandakan ada sebuah pesan masuk dari sana. Karena penasaran, Kavi pun bergegas untuk membukanya, apalagi saat ia tahu jika pesan tersebut berasal dari Amia.

**Chat Whatsapp

Amia: Kav, lo udah sampai di rumah?

Kaviandra: Udah, kenapa?

Amia: Mau cuhat bentar boleh?

Kaviandra: Boleh.

Kavi benar-benar tidak pernah bisa menolak jika permintaan itu berasal dari Amia. Buktinya seperti sekarang, Kavi lebih mementingkan untuk mendengarkan curhatan dari Amia daripada mengisi perutnya terlebih dahulu.

Amia: Kayaknya, Kak Alby udah nemuin penggantinya Kak Stefy deh, Kav.

Amia: Gue dengar dia lagi dekat sama salah satu adik kelas jurusan AP.

Amia: Menurut lo, gue harus gimana?

Kaviandra: Ya, lo sendiri maunya gimana? Semua keputusan ada di tangan lo, Mi.

Amia: Gue bingung, Kav...

Kaviandra: Kenapa harus bingung? Lo tinggal mutusin aja mau lanjut atau move on dari dia.

Amia: Tapi kan gak segampang itu.

Amia: Apalagi gue masih berharap bisa jadi lebih dekat sama dia.

Kaviandra: Yaudah, kalo gitu lo gak perlu mundur. Lo cuma harus ngejar apa yang lo mau.

Kaviandra: Dan lo harus selalu ingat kalo usaha gak akan pernah mengkhianati hasil.

Dengan berat hati, Kavi harus menyarankan hal itu pada Amia. Tekad Kavi untuk move on dari Amia pun semakin bulat.

Silakan lo kejar dia, Mi. Biar gue yang mundur dan berhenti memperjuangkan lo. Semoga lo bahagia sama pilihan lo ini, batin Kavi.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!