Memeluk Luka

Bertemu denganmu, tak ada yang bisa merenggut seluruh atensi diriku setelahnya, kecuali kamu. 

Memutuskan untuk menghabiskan seluruh rasa cinta ini hanya untuk dirimu.

Memusatkan segala perhatianmu hanya kepadamu.

Raga ini, raga yang telah mengucapkan janji suci bersamamu di atas altar, tak akan pernah mengingkari janjinya hingga mati.

~jovandra.r.w

✓✓✓

"Kamu suka yang mana jo?" Tanya nilam kepada laki-laki yang sedang duduk di salah satu sofa single di dalam butik itu.

jovandra berfikir sejenak, sembari menimang untuk menentukan pilihan gaun yang mana yang akan dipakai oleh nilam ketika mengucap janji suci mereka di altar nantinya.

"kayaknya yang kamu pake nomer 3 tadi deh la, aku lebih suka itu, kelihatan lebih cocok sama badan kamu dan simple juga modelnya" final jovandra kepada nilam

setelah melakukan fitting baju bersama, kini keduanya berada di pinggiran danau, salah satu tempat favorit mereka untuk bertukar cerita maupun hanya bertemu satu sama lain.

nilam menggenggam hangat tangan milik jovandra, "kamu kenapa jo? ngga biasanya diem kaya gini?"

jovandra menoleh, menatap netra berwarna hitam kelam milik calon istrinya itu, "aku takut la, aku takut kalau suatu saat nanti aku ngga bisa menjadikan kamu ratu di istana yang kita bangun bersama"

nilam tak pernah merasa kaget ketika menyikapi penuturan jovandra. pasalnya, jovandra sering sekali mengatakan hal-hal yang tak yakin bisa laki-laki itu jalani untuk kedepannya.

nilam selalu tersenyum lembut menanggapi perkataan jovandra yang selalu diluar dugaannya itu, jemari lentik milik nilam membelai wajah jovandra, mengusap pipi tirus itu begitu lembut membuat pemiliknya hanyut akan suasana dan mulai melupakan perkataannya barusan

"kita akan jalanin semuanya sama-sama, ngga akan ada yang merasakan kekurangan disini nantinya, karna kita akan selalu melengkapi hidup kita berdua."

setelah menjawab, nilam memeluk raga yang terlihat kokoh namun selalu rapuh itu.

"aku takut kaya ayah la, aku takut..." tanpa sadar jovandra meneteskan air matanya perlahan

"ngga akan ada yang seperti ayah kamu jo, kamu ya kamu, ayahmu ya ayahmu, meskipun darah ayahmu mengalir di raga kamu, kamu tetep beda sama beliau, buktinya, kamu selalu bisa melindungi ibu kamu dan melindungi aku sampe sekarang"

seribu pertanyaan jovandra yang diluar dugaan, seribu satu cara juga nilam bisa menjawab rentetan pertanyaan itu dengan tenang, bahkan jovandra selalu luluh dan bisa ditenangkan kembali dengan jawaban dari tunangannya itu.

✓✓✓

jovandra duduk terdiam di sebuah makam, menatap sebuah batu nisan yang tertancap kokoh di hadapannya.

sebuah batu nisan dengan sebuah nama yang tertulis di sana, Irene Andiana, SH.MH. masih tak menyangka jika seorang wanita hebat yang sudah bertahan sejauh ini hanya demi dirinya kini sudah tak bisa ia peluk lagi raganya, sudah tak bisa ia genggam lagi tangan lembut itu ketika lelah, sudah tak bisa menyahut lagi ketika jovandra panggil dirinya.

"gimana kabar ibu di sana? sebentar lagi jovandra mau menikah bu, tolong doakan jovandra selalu dari atas sana, ya?"

tetes demi tetes lelehan air mata jovandra tak dapat lagi ia bendung, jovandra tak pernah merasa benar-benar telah merelakan sang ibu yang sudah diambil terlebih dahulu oleh tuhan.

tak ingin terlalu lama menyambangi tempat peristirahatan terakhir sang ibu, jovandra beranjak pergi dari area pemakaman, jujur saja jovandra tak mampu jika harus tinggal lebih lama di sana, jovandra tak mampu jika harus mengingat perjuangan ibu untuknya.

laki-laki jangkung itu kini sudah berada dalam mobil miliknya, berkendara dengan perlahan menuju ke rumah yang ia beli dengan sang ibu untuk ditinggali bersama.

setelah irene membawa jovandra pergi dari rumahnya dahulu, tak lama kemudian irene membeli rumah baru untuk ia tinggali bersama jovandra. dan saat genap satu tahun setelah resmi bercerai dengan sandy, irene menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit jakarta karna mengidap penyakit

Kanker tulang sumsum belakang stadium akhir.

jovandra sangat terpukul atas kepergian sang ibu saat itu. tapi nilam selalu menguatkan jovandra disampingnya, jovan juga membawa mbak sani pindah ke rumah barunya.

jovandra bahkan tak melihat sosok sang ayah saat berada di pemakaman ibu. jovan yang saat itu masih dalam suasana duka pun tak terlalu mengindahkan akan hal tersebut, jovan pikir mungkin karena mereka berdua sudah bercerai jadi sang ayah tak berniat menghadiri pemakaman mantan istrinya.

tapi lambat laun, jovandra tak kunjung mendapatkan kabar dari ayahnya barang sedikitpun. bahkan jovandra sempat bertanya dan mencari informasi kepada beberapa kolega bisnis ayahnya dulu, tapi mereka sama saja tak tahu menahu kabar sang ayah. mereka mengatakan bahwa mereka malah baru saja tau kalau ayahnya sudah bercerai dengan mendiang sang ibu.

hingga kini, dirinya sudah akan mempersunting sang kekasih pun, tak ada desas desus tentang keberadaan sang ayah. hal itu membuatnya sedikit muak dan tumbuh rasa benci pada sosok laki-laki itu.

sejak saat itu jovandra sudah tak mencari kabar maupun keberadaan tentang sang ayah, bahkan jovandra sudah berjanji pada dirinya sendiri tak akan pernah mau menemui ayahnya bahkan jika beliau sudah menjadi abu.

'aku bahkan berjanji untuk tidak jadi seperti ayah kelak'

✓✓✓

"saya jovandra rahandika wicaksono, meminta engkau, nilam agatha sebagai pendamping di hidup saya. sehat atau sakit, kaya atau miskin, lebih baik atau lebih buruk, hingga maut memisahkan kami berdua"

"saya nilam agatha, menerima engkau, jovandra rahandika wicaksono sebagai suami saya. sehat atau sakit, kaya atau miskin, lebih baik atau lebih buruk, hingga maut memisahkan kami berdua"

janji suci itu kini telah mereka ikrarkan diatas altar, keduanya telah memiliki hati serta raga dari masing-masing insan. senyuman hangat nilam yang akan selalu menyapa jovandra ketika bangun dari tidurnya, raga kokoh jovandra yang kini akan selalu bisa nilam peluk setiap saat ia butuh, serta saling melengkapi satu sama lain hingga hari esok seperti yang telah diucapkan saat janji suci.

berjanji untuk menyusuri setiap jalan dalam hidup mereka, berjanji untuk saling merawat serta melengkapi, berjanji untuk tak pernah meninggalkan satu sama lain tanpa terkecuali ketika maut yang memisahkan raga mereka berdua.

Tuhan kini telah menyatukan dua buah jiwa yang mempunyai luka menganga di dalamnya. Namun penyatuan itu justru yang akan membuat mereka berdua untuk bisa tetap bertahan hidup dengan takdir tuhan.

Mereka berdua sudah ditakdirkan untuk saling melengkapi satu sama lain. Melewati setiap badai di samudra dengan sebuah kapal yang menjadikan jovandra sebagai nahkoda disana.

Mereka sama-sama tau luka di dalam jiwa mereka. Keduanya bertekad untuk saling menyembuhkan, untuk tak membuat luka baru di sana.

✓✓✓

Beberapa orang memang ditakdirkan hidup berdampingan dengan sebuah kebahagiaan bersama pasangannya. Namun tak sedikit juga yang malah menemukan sebuah kesengsaraan dalam hubungan seperti itu.

Banyak dari mereka yang menyerah ketika sedang berada dalam bagian hidup yang datu itu. Ada juga yang memilih untuk berjuang demi kelangsungan hidup keduanya.

Kalau tuhan mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidup. Percayalah, Dia akan menggantinya dengan sesuatu yang tak pernah kau sangka akan kehadirannya.

To be continued...