NovelToon NovelToon
I Love You, I Am Happy

I Love You, I Am Happy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

"Biarkan aku mencoba membuatnya menjadi Ella yang dulu, Ella yang memiliki semangat hidup, aku hanya ingin meminta waktu sampai Ella mandiri lagi....".
"Aku mencintai Ella, aku bahagia hanya dengan mencintainya tanpa perlu Ella membalasnya, saat Ella bahagia akupun akan merasa bahagia, berikan aku sedikit kesempatan untuk membuatnya tersenyum kembali".

Kedua tanganku memegang wajah Ella, kami berciuman sampai kami mulai kehabisan nafas.
"Aku mencintaimu Ella", aku mengatakannya sambil masih memegang wajahnya.
Ia hanya tersenyum padaku.
Ya bagiku senyuman sudah cukup saat ini, aku tau suatu saat aku akan mendengar kalau ia juga mencintaiku.

"You."
And just like that, the greatest poem was written, in one word.
-Clinton-

Full of love from me,
Author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Piece by piece

POV Ella.

Aku menerima cincin warisan orangtua Deva, melalui Marvin, kukenakan pada jari manis tangan kananku, lalu kupandangi cincin itu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga Deva? Papa Deva memberikan cincin ini untuk mama Deva, apa beliau juga berada di situasi yang sama denganku saat ini?.

Seperti kata Deva padaku, aku akan baik-baik saja, aku akan menjalani hari-hariku seperti biasa seolah olah hubunganku dengan Deva sudah renggang. Saat ini aku akan fokus pada usaha waralaba dan skripsiku saja, agar aku bisa segera lulus dan membantu Deva, entah bantuan seperti apa, setidaknya aku akan menandai 1 checklist dalam dalam daftarku jika aku lulus.

Sesekali aku mendengar kabar dari Deva melalui Marvin. Deva untuk sementara tinggal di hotel yang agak jauh dari apartemen kami. Deva juga masih datang ke kantor sesekali, hanya untuk kepentingan bisnis saja. Aku sangat merindukan Deva, aku ingin menghubunginya, tetapi Deva mengatakan bahwa polisi menyadap handphonenya, jadi aku tidak bisa menghubunginya.

Suatu malam sepulangku dari rumah sakit untuk mengecek tokoku, seorang pria berusia 50 tahunan menungguku di ruang tamu rumah. Pria itu sedang mengobrol santai dengan papa, lalu ia memperkenalkan dirinya padaku.

"Selamat malam ibu Ella, perkenalkan saya pengacara dari keluarga Kurniawan", ia kemudian mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku.

"Malam", kataku sambil menjabat tangannya.

"Baik karena ibu Ella sudah pulang, saya akan langsung pada pokoknya saja. Kedatangan saya kesini adalah untuk mengurus perceraian bapak Deva dan ibu Ella. Silahkan ibu mempelajari dokumen dokumen yang saya bawa, saya akan meninggalkan nomor saya, jika ibu ada pertanyaan atau butuh bantuan lainnya".

Saat pengacara itu berkata padaku, aku menangis, meski aku sudah mengetahui hal ini akan terjadi, dan mengetahui ini hanya salah satu drama yang aku mainkan, tetapi aku tetap merasa sangat sedih dan tidak bisa menahan airmataku. Lalu aku mendengar pengacara itu berkata lagi,

"Mohon maaf ibu Ella jika saya harus membawa berita yang tidak berkenan dengan ibu".

"Baik saya akan mempelajarinya, nanti akan saya hubungi jika saya sudah siap dengan dokumen-dokumen tersebut".

"Terima kasih ibu Ella".

"Bagaimana kabar Deva sekarang?".

"Bapak Deva baik baik saja, beliau saat ini menyewa apartemen tidak jauh dari kantor perusahaan keluarga untuk mempermudah pengurusan beberapa dokumen".

Aku hanya menganggukkan kepala mendengar perkataannya.

Tidak lama ia pamit pulang dan aku langsung masuk kamarku.

Kuletakkan dokumen itu diatas meja dan berbaring di atas tempat tidurku, sambil memandangi dokumen itu. Tentu saja aku akan mengulur waktu untuk tidak menandatanganinya, berharap Deva bisa segera menyelesaikan urusannya. Andai aku tau apa saja yang Deva lakukan, aku juga ingin membantunya, aku ingin kembali bersama Deva.

1 Bulan berlalu, setiap pengacara itu menghubungiku menanyakan tentang dokumen itu, aku menolaknya, mengatakan aku akan menandatangani nya hanya jika Deva sudah bisa kembali mengingatku.

Saat ini aku sudah menyelesaikan ujian sidang skripsiku dan hanya menunggu waktu wisuda.

Jika dihitung dari Deva masuk ke rumah sakit, sudah hampir 3 bulan aku tidak bersama Deva. Besok siang aku akan menjalani wisudaku. Aku menginap di hotel tempat wisuda akan berlangsung. Aku malas harus bangun pagi untuk make up lalu menyetir ke hotel.

"Room service".

Aku bingung dengan adanya petugas hotel yang membunyikan bel kamarku.

Aku mengintip dari lubang pintuku, dia mengantar makanan, sedangkan aku tidak memesan apapun.

Kubuka pintunya dan petugas itu langsung masuk kekamarku dan menutup mulutku.

"Deva", teriakku dalam hati, aku langsung meneteskan air mata saat melihatnya.

Deva langsung menutup pintu dan mengunci pintu, lalu meletakkan nampan makanan di meja. Ia masih memberikan tanda padaku untuk tidak berbicara.

Ia menutup semua tirai, memeriksa keadaan kamar dan setiap sudutnya.

Lalu menggandeng tanganku berjalan ke arah kamar mandi, membuka keran wastafel dan shower lalu menutup pintu kamar mandi dan memelukku erat.

"Maafkan aku Ella, aku baru bisa menemuimu sekarang", Deva mengatakannya sambil meneteskan air mata juga.

Kulihat dia tampak lebih kurus dan sangat lelah. Aku menggelengkan kepalaku lalu berkata,

"Yang penting saat ini kamu bersamaku Dev".

"Ella mungkin aku terlalu ketakutan, tetapi aku takut mereka memperhatikanmu di kamar ini, maka dari itu kita hanya bisa mengobrol seperti ini La", Deva berusaha menjelaskan situasinya padaku.

"Tidak apa apa Dev", lalu aku mencium bibirnya agar ia lebih tenang.

Deva membalas ciumanku dengan lembut, kemudian berubah menuntut lebih. Ia mengangkat badanku duduk di meja wastafel, tangannya mulai mengeksplorasi tubuhku.

Ia mulai membuka kemeja seragam hotelnya, lalu membuka kaosku dan celana pendekku. Dengan tubuh polos kami, ia membimbingku berjalan ke arah shower.

Aku merindukan ciumannya juga sentuhan sentuhan yang ia berikan padaku. Deva sudah sangat mengenalku, ia tau ciuman dan sentuhan seperti apa yang bisa membuatku cepat melayang, ia mencium punggungku sambil meremas dadaku yang menghadap tembok.

Dibawah guyuran air, aku dan Deva saling menyatakan kerinduan kami.

Kemudian kami berpindah ke bath tube, bermain dengan posisi yang berbeda, kali ini aku yang memimpin, mulut Deva dengan rakus bermain dengan daerah dadaku, tidak lama kami mencapai klimaks lagi.

Setelah itu kami berpelukan.

"Ella bersabarlah sebentar lagi, aku sudah tidak bisa berlama lama berpura pura amnesia lagi, sebentar lagi aku akan menutup kasus ini, dan kita bisa bersama lagi Ella".

"Maafkan aku juga, besok aku tidak akan hadir melihat wisudamu Ella".

"Yang penting kamu baik-baik saja Dev, utamakan keselamatanmu ok", jawabku.

"Ella kita tidak bisa berlama lama bertemu, maafkan aku Ella. Aku mencintaimu, apapun yang terjadi ketahuilah bahwa cintaku tidak pernah berkurang sedikitpun Ella".

"Ya Deva aku tau itu, aku juga mencintaimu".

Kami berciuman, kemudian tidak lama ia keluar dari kamarku.

Setelah Deva keluar dari kamar, aku kembali ke kamar mandi lalu melihat diriku sendiri di cermin. Ya ini bukan mimpi, masih ada tanda kepemilikan Deva di dadaku, ini sungguh bukan mimpi. Kurasa saat ini, kunjungan singkat Deva tadi cukup untuk memberiku semangat untuk ke depannya. Aku percaya pada Deva, aku percaya sebentar lagi segalanya akan berakhir dan kami akan bersama kembali.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!