Nurmala Larasati yang lebih dikenal dengan nama Lala adalah seorang OB Antam Group yang terkenal sangat lugu.
Pekerjaan itu Lala dapatkan karena sebuah keberuntungan. Setelah Lala bertaruh nyawa menyelamatkan seorang wanita tua yang hendak ditabrak mobil.
Di dalam lingkungan bekerja banyak yang menyukai Lala, namun tidak sedikit pula yang mengerjai Lala karena keluguannya.
Termasuk Ethan Agam, CEO sekaligus pemilik Antam Group.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Lala, Si OB Lugu
Lala mengajukan satu syarat untuk bisa menerima kebaikan mereka kali ini. Satu syarat itu adalah, Lala akan bekerja di rumah itu setiap akhir pekan. Atau kalau pada hari biasa Lala akan bekerja semampunya. Karena untuk mengajukan syarat ingin menempati kamar pembantu sudah tidak bisa. Sebab kamar tidur sudah ditentukan Grandma Sierra yaitu bersebelahan persis dengan kamar Ethan.
Mereka pun bisa tidur dengan sangat nyenyak malam ini, apalagi Ethan. Tahu Lala berada bersebelahan dengannya walau terhalang dinding. Namun tidak bagi Lala, harus menyesuaikan diri lagi.
Keesokan paginya...
Elena yang tidak ikut sarapan tidak tahu kalau ada penghuni baru di rumah itu sama seperti dirinya. Dia tahu saat melihat ingin menghampiri Ethan namun sudah ada gadis culun yang menempel pada Ethan seperti parasit.
Elena pun langsung menanyai pembantu yang sedang bekerja membersihkan halaman.
"Hei, kau kemari."
"Iya, Nona Elena."
"Kau tahu gadis culun yang baru pergi bersama Ethan? Kenapa sudah ada di sini?."
"Maksudnya, Lala?."
"Hmmm."
"Lala dari semalam sudah tinggal di sini."
"What???." Elena sangat syok. Masa hanya karena pernah menolong Grandma Sierra tiba-tiba gadis culun itu berubah menjadi putri ratu.
"Kau boleh pergi."
"Iya, Nona Elena."
Elena kembali masuk ke rumah guna mencari informasi lebih dari Grandma Sierra tentang Lala.
Sementara itu mobil yang dikendarai Ethan baru tiba di tempat parkir.
Lala melihat sekeliling, memastikan ada orang atau tidak jika dia keluar saat ini juga. Ternyata tidak ada siapa-siapa dan itu pasti sangat aman untuknya.
"Tuan Ethan terimakasih tumpangannya."
"Hmmm...tidak gratis, La."
"Hah?." Sejurus kemudian Lala menoleh ke arah Tuan nya.
"Iya, ada bayarannya."
"Berapa Lala harus bayar?." Lala sudah mengeluarkan uang pecahan lima dan sepuluh ribu dari saku kemeja.
"Ha...ha...ha..."
Kemudian Ethan menggeleng sambil tersenyum, "Bukan pakai uang bayarnya, Lala."
"Terus pakai apa?." Tanya Lala penasaran.
"Susu cap nona, La" ucap Ethan pelan namun masih sanggup di dengar Lala.
Bugh
Seketika Lala meninjau lengan kokoh Ethan dengan kepalan tangan mungilnya.
"Ha...ha...ha...." Ethan kembali terbahak-bahak.
"Kenapa Tuan Ethan seperti ini?." Keluh Lala dengan mengerucutkan mulutnya lalu turun dari mobil mewah milik Tuan nya.
"Untung saja kau sudah keluar, La. Kalau enggak sudah aku comot tuh bibir tipisnya." Gumam Ethan sambil mengusap bibirnya yang belum pernah berciuman lagi setelah dari Laura.
Lala berjalan setengah berlari guna menghindari bertemu orang-orang penting lainnya yang parkir di tempat yang sama dengan Tuan nya.
Karena saking terburu-burunya, Lala menabrak seseorang yang datang dari arah berlawanan pas di belokan koridor.
Bugh
"Aw..." Lala cukup terpental beberapa langkah lalu mengaduh sambil memegangi jidatnya. Karena terasa sakit di area sana.
"Oh, Lala. Kenapa jalannya buru-buru, Pa?." Tanya pria yang merupakan peserta meeting beberapa hari lalu.
"Maaf, Pak Rafli. Saya tidak hati-hati jadi menabrak." Ucap Lala sopan.
Pak Rafli tersenyum sambil mengamati Lala sangat intens. Mulai dari bawah hingga atas, lalu ke bawah lagi dan berakhir pada wajah imut Lala.
"Kamu sangat manis, Lala." Gombal Pak Refli.
Lala mengerutkan keningnya, tidak pernah menyangka akan mendapatkan gombalan dari Pak Rafli yang terkenal sebagai raja menggombal. Kalau kata orang-orang sih, Pak Rafli seorang duda lapuk yang sudah lama. Jadinya genit pada wanita-wanita yang ada di kantor.
"Serius, La. Kamu itu lebih cantik dari wanita-wanita yang bekerja di sini." Ucapnya lagi meningkatkan kegombalannya guna meyakinkan Lala supaya mau diajak enak-enak olehnya.
"Kemarin Ibu Dewi yang Pak Rafli puji. Sekarang saya" ucap Lala sambil tersenyum.
"Emang iya ya? mungkin salah kali tuh." Sangkal Pak Rafli. Hingga yang mereka bicarakan datang menghampiri. Seketika Pak Rafli pun segera pergi dari hadapan Lala.
Ibu Dewi menatap penuh curiga pada pria yang kemarin menggodanya juga.
"Aneh ya? Kok ada orang sehat seperti itu?." Cibir Ibu Dewi masih menatap heran pada Pak Rafli yang sudah menghilang.
"He...he...he..." Lala hanya tersenyum saja.
"Duda karatan begitu tuh" ucap Ibu Dewi lagi masih kesal pada pria itu.
Lalu keduanya berjalan beriringan sampai di ruangan OB. Lala segera berganti seragam, sementara Ibu Dewi yang sudah berseragam dari rumah langsung pergi lagi memulai pekerjaannya.
Pun dengan Lala yang segara meluncur ke ruangan Tuan nya. Lala mulai membersihkan ruangan yang sepertinya belum berpenghuni. Karena Lala tahu, ini masih terlalu pagi untuk seorang CEO tiba di kantor.
Ruangannya sudah harum wangi, bersih mengkilap dan tertata rapi setiap benda yang ada di sana. Lala bergegas keluar dengan perlengkapan kebersihan pada kedua tanganya.
Lala memasukkan tubuh mungilnya diantar celah pintu yang terbuka sedikit dan tanpa Lala tahu dari arah luar ada Ethan yang berjalan tergesa-gesa.
Alhasil tabrakan manja pun tidak terhindarkan lagi.
"Aaahhhh..." jerit keduanya bersamaan namun tidak ada yang terluka. Hanya posisi mereka yang menjadi lebih dekat saja.
Tatapan keduanya seketika mengunci, Ethan menatap lekat wajah biasa aja namun cukup menganggu hati dan pikirannya. Bibir pucat tanpa gincu yang begitu tipis, hidung mancung yang entah diwariskan dari siapa dan bulu mata lentik yang baru disadari Ethan ternyata sangat cantik menghiasi kedua mata Lala.
Lala pun demikian, untuk pertama kalinya menyadari ketampanan Tuan nya. Bukan hanya itu saja, alis tebal berwarna hitam seperti ulat bulu. Hampir sebagian wajahnya dipenuhi bulu-bulu halus yang bisa ditanami kutu.
Lala tersenyum tipis dengan pikirannya, berbeda dengan Ethan yang salah mengartikannya. Dikira Lala sudah terpesona dengan dirinya.
Sehingga dengan berani bin lancang tangan Ethan sudah bertengger pada wajah Lala. Karena dorongan dari dalam hati, perlahan jari-jari besar Ethan menyusuri wajah imut Lala. Semua tidak luput dari jari-jari Ethan. Sampai ibu jari Ethan berhenti tepat pada bibir bawah Lala.
Ethan menelan ludahnya kasar, jakun pria ikut turun naik. Menandakan adanya sebuah dorongan yang lebih besar lagi untuk Ethan lebih berani pada Lala. Memberikan sentuhan atau tindakan yang tidak akan pernah Lala lupakan seumur hidupnya.
Detak jantung Lala mulai berisik di dalam sana, seperti berisiknya dada Tuan Ethan yang semalam.
Nyaman dan aman itu yang sangat dirasakan Lala saat berdekatan dengan Tuan nya. Pria dewasa itu sangat baik walau sedikit usil padanya.
"Kau berdebar, La?." Tanya Ethan memecah keheningan. Terdengar jelas debaran jantung Lala yang berpacu sangat cepat.
Gadis itu pasti telah merasakan apa yang dirasakannya juga. Ternyata tidak sesulit dengan apa yang dipikirkannya.
"Iya, seperti Tuan Ethan semalam."
Ethan tersenyum sambil menggerakkan ibu jarinya, mengusap permukaan bibir atas bawah Lala.
"Tuan Ethan, tolong cium Lala."
Bersambung
Terima kasih untuk dukungannya 🙏🙏😘😘