Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kata maaf
"Ini semua salahku" Chika berpura-pura dengan wajah kesedihannya
"Why?" Arya malah menatapnya
"Karena aku, kamu jadi bertengkar dengan Nenek"
"Nenek memang selalu seperti itu." dia mencoba hibur gadis pujaan hatinya
"Tapi dia sangat menyayangi Vika, aku khawatir dia akan menjodohkan mu pada nya" Chika menunjukkan kemanjaannya
"Haha. pikiranmu itu ya, mana mungkin, Nenek sangat bersikeras untuk mewujudkan keinginan almarhum ayah. Aku dan kamu tidak akan bisa terpisah."
"Tapi Vika? aku merasa akhir-akhir ini ada yang janggal dengannya,"
"Nenek menyayanginya karena Rara" Arya masih terus memberi penjelasan demi Chika bisa tenang, padahal dia juga merasa apa yang dikatakan Chika memang sangat terlihat nyata
"Bisa tidak kalau kamu memecatnya saja?"
"Apa!!?" Arya langsung Rem mendadak "mana mungkin. Vika adalah karyawan terbaik di restoran, lagi pula aku tidak pernah mencampuri maslah pribadi ke dalam pekerjaan.. jangan seperti ini lah"
"Kamu jatuh cinta padanya?" Perkataan Chika membuat Arya terkejut
"Sekalipun aku gila, mana mungkin bisa jatuh cinta padanya, sebelum menuduh memangnya tidak bisa melihat perbandingan kamu dan dia seperti apa? sudah lah kenapa kita jadi berdebat karena Vika"
"Karena kamu juga terlalu membelanya" lagi-lagi Chika cemberut manja
"Dari mana aku membelanya? bukannya kamu lihat sendiri bahkan aku juga berdebat dengan Nenek, karena Nenek membelanya" Arya jadi marah
"Oke... Oke.. kenapa jadi kita yang berdebat.. aku minta maaf, dan tidak akan membahas karyawan itu lagi" kemudian dia mendekap pada Arya lalu melanjutkan lagi perjalannya
Setelah mengantar Chika pulang. Pria itu tidak mau balik ke rumah, setiap ada masalah hanya inilah yang bisa dilakukan. Bukan melarikan diri, tapi menenangkan diri..
Kini pria itu berada di apartemennya, membersihkan tubuh sambil menatap cermin dan seketika melihat luka di bibirnya, Arya meraba dengan ibu jari kemudian tersenyum. Lalu memejamkan mata, namun terlintas wajah Vika ketika sedang marah tadi. Dia membuka kembali matanya kemudian senyuman itu semakin luas..
"Kau pasti sangat membenciku. Tapi kenapa kemarahan mu membuat itu semakin lucu, dia memang sangat berbeda dari gadis yang pernah aku temui.. sekalipun Chika adalah wanita yang aku cintai dengan karir yang melambung tinggi. Tapi aku sama sekali tidak pernah membanggakannya"
Selesai mandi dia langsung ketempat tidur karena tubuhnya memang sudah sangat lelah akibat banyaknya pengunjung tadi. Namun lagi-lagi teringat Vika. Kejadian ini kenapa membuat dirinya gila dengan merasa bersalah atas apa yang sudah keluar dari mulutnya tadi.
"Aaaccchhh" Arya mengusap rambutnya kasar penuh frustasi. Hati dan cintanya memang untuk Chika tapi kebahagiaan dan kenyamanan malah dia dapatkan dari Vika.
Untuk menghindari penyesalannya agar tidak berkepanjangan. Dia mencoba menghilangkan itu semua dengan mengutak-atik ponsel, namun jemarinya nyasar pada sebuah Vidio yang ada di galerinya. Arya terkejut karena melihat dengan jelas, kejadian malam itu disaat mereka sama-sama mabuk, dan detail setiap adegan demi adegan terekam sempurna didalamnya
Arya sampai terkejut masih belum percaya itu adalah dirinya, bahkan tidak habis pikir dia melakukan hal sekeji itu tanpa kendali sampai berkali-kali. Kemudian timbul rasa bersalah karena sudah tadi berbicara kasar, menuduhnya, merendahkannya,menyakiti hatinya sampai menangis
"Sial" Arya beranjak dari tempat tidur langsung mengambil kunci mobil dan meninggalkan apartemennya untuk kembali kekediaman Mahesa. Dia memang terhasut oleh rayuan Chika sesaat. Namun hati bahkan pikirannya tidak bisa menghindar kalau dia memang peduli pada Vika, perasaan ini timbul semenjak dirinya merasa bersalah, walaupun sudah selesai dengan transferan, tapi manusiawi yang melekat dalam batinnya masih berfungsi dengan baik
Kediaman Mahesa
Mobil Arya masuk melewati gerbang dan terus melaju sampai menghilang ke basement rumah itu, sesegera mungkin dia menelpon Vika, karena tidak mau mengundur waktu lagi. Setelah mendapat persetujuan dari orang yang akan dia temui, kemudian Arya langsung menuju ke tempat dimana gadis itu berada.
Malam sudah menunjukan pukul 01:30, awalnya sempat takut bertemu pria itu lagi, namun pengecut bukanlah sifatnya. Lagi pula Arya sempat menjelaskan kalau dirinya hanya ingin minta maaf.. jadi Vika datang, tak lupa dengan ponsel yang akan merekam kalau ada kata-kata yang bisa dijadikan alat untuknya menang dari Arya
"Duduk" Arya memerintah, yang kebetulan di sana memang ada sepasang kursi untuk beristirahat
Kesambet setan apa dia, tiba-tiba berubah baik. Apa karena gigitan tadi, jadi urat syarafnya lempeng haha....
Vika tak bersuara selain mengikuti arahan yang Arya perintahkan. Dia duduk namun ponselnya tetap bekerja.
"Tidak seharusnya saya berkata seperti itu tadi" Arya memulai percakapannya
Saya?. haha sekarang malah jadi formal
"Jadi!! saya memanggilmu kesini hanya untuk minta maaf"
Enak aja.. baru berapa jam yang lalu hina aku gak pake hati. sekarang minta maaf.. sebenernya waktu perjalanan kesini dia terbentur apa sih?
"Mungkin kata-kata itu terlalu gampang terucap dan tidak sebanding dengan rasa sakit hatimu, tapi ini sangat tulus" Wajah Arya memang terlihat serius, dia benar-benar menyesal atas perbuatannya
Sayang sekali. mungkin aja nanti satu jam kedepan gilanya kambuh lagi. siapa yang tau otaknya bener-bener konslet
Vika berdiri dan menghampiri Arya yang jaraknya lumayan jauh. "Tidak perlu, saya tidak mau membahas ini lagi. Kita sama-sama dewasa. Antara Chef dan saya tidak harus diungkit kembali. Bukankah semuanya sudah selesai?"
Memang. Tapi rasanya sangat tidak pantas dengan melihat kejadian sebenarnya yang jelas-jelas kamu menolongku. Bahkan aku juga memaksa sampai kamu kehilangan sesuatu yang paling berharga. Tapi aku sendiri menuduh mu yang tidak-tidak
"Apapun itu.. tolong maafkan saya"
"Baik." Vika tersenyum paksa, lalu meninggalkan Arya sendiri dalam dinginnya tengah malam yang mencekam.. tanpa mau menoleh lagi yang akan mengakibatkan rasa iba nantinya
***
Keesokan harinya
Vika sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia juga merapihkan barang-barangnya terlebih dahulu untuk berangkat kuliah.. Tak lupa barang-barang Rara juga ikut dia rapihkan sebagai bentuk rasa terimakasihnya karena sudah baik dan senantiasa menampung dirinya.. Setelah itu Vika turun ke dapur kali ini tidak mengendap-endap lagi karena walaupun bertemu Arya, mungkin sekarang sudah mantap menganggap dia adalah bosnya.
Vika langsung membuat teh hangat, meski ada asisten rumah tangga yang sudah diperintahkan untuk melayani tamu mereka seperti majikannya, tapi dia lebih suka melakukannya sendiri.
"Kau sedang apa?" Tanya Nadia menghampiri dan mengejutkan semuanya
"Maaf Bu, Nona ini tidak mau saya bantu" Tutur kata sopan Bu Ina ( senior asisten rumah tangga)
"Tidak apa-apa.." jawab nyonya mereka "Dan kalau Rara mau teh.. suruh dia buat sendiri" tambahnya
"Tapi Bu, nanti non Rara marah"
"Biarkan saja. Memang sudah seharusnya dia mandiri seperti Vika" Nadia melirik lekat mengarah pada gadis yang dilihatnya sangat mandiri jauh di banding anak gadisnya Rara
"Gak apa-apa Bu, nanti Vika aja yang bikin teh buat Rara"
"Tidak usah biar dia belajar sendiri" Senyum manis Nadia benar-benar membuat Vika tenang dan teringat ibunya yang sudah tiada
"Kalau gitu aku bikin teh buat ibu aja ya?"
"Kamu nih.. Jangan, itu sudah tugas dia" Nadia mengarah pada asisten rumah tangga yang lainnya
"Ibu ku udah gak ada. Dari aku mulai dewasa, gak pernah ngerasain gimana rasanya berbakti sama orang tua, jadi sekali aja izinin aku bikin teh buat ibu ya?" Vika tersenyum dengan mata yang terpancar penuh ketulusan
Semangattttt Sehatttt
ya ampun.... kpanlah si vika itu bahagia ... kok deritanya seakan tak pernah berakhir
entar kena karma buruk loh 🙂
lha si vika dpt arya ya sobek parah... udah bekasannya si chika...
😀😀🙂