Bayi Rahasia Yang Di Tinggalkan

Setelah meninggalkan restoran tempat mereka makan. Gio membawa Nata berkeliling naik motor. Sebelah tangan Gio menggenggam erat tangan lentik Nata seolah dia takut Nata tiba-tiba akan jatuh atau menghilang. Nata menyandar kan kepala nya di punggung Gio.

Mereka sangat menikmati waktu yang mereka lalui. Gio membawa salah satu jari Nata ke mulutnya dan menggigitnya lembut. Nata tersentak reflek menarik tangan.

"Gio..." Teriak Nata kesal karena sering kali di permainkan oleh Gio.

"Kenapa sayang..? Gio menjawab tanpa rasa bersalah dan terkikik kecil.

"Kenapa kamu selalu mempermainkan aku ? Sembur Nata kesal. Karena bagi Nata tindakan Gio adalah hal yang berbahaya untuk jantungnya.

"Aku suka melihat kamu yang seperti ini, imut sekali.." ingin rasanya Gio mencubit pipi Nata tapi sayang dia lagi mengendarai motor.

"Tapi aku tidak suka, itu berbahaya untuk kesehatan jantungku.." Nata makin cemberut.

Gio tidak menggoda Nata lagi karena dia tidak mau wanitanya cemberut terus. Gio membelokkan motornya ke arah taman dan memarkirnya.

"Ayo turun.." Gio meraih tangan Nata untuk mengikuti langkahnya.

Nata hanya pasrah saja mengikuti langkah Gio yang terus memegangnya, dalam hati Nata tersenyum hangat melihat punggung Gio di depannya. Sebenarnya Nata tidak benar-benar marah, Nata hanya terlalu malu dengan sikap Gio yang terus menggodanya

Sampai di sebuah kursi taman, Gio menyuruh Nata untuk duduk sementara Gio jongkok melepaskan sepatu yang di pakai Nata. Gio memijit lembut telapak kaki Nata. Tentu saja Nata kaget dengan perlakuan Gio yang seperti itu.

"Gio.. apa yang kamu lakukan..? Ayo berdiri.." Nata menepuk sebelah nya agar Gio menempati sebelahnya yang kosong.

"Aku sedang memijit kaki calon ibu anak ku.." jawab Gio tersenyum ke arah Nata. Hal itu sukses membuat Nata tersipu malu.

"Siapa yang mau jadi calon ibu anak mu ? Nata menunduk kan wajahnya menahan malu ada rasa senang saat Nata mendengar ucapan Gio untuknya.

"Orang lain aku tidak mau.. tapi kalau kamu aku juga tidak akan menolak.." sahut Gio menggelitik kaki Nata. Hingga Nata tertawa kegelian.

"Gio hentikan..ahhaaha.. gio.. hentikan..", Nata terus tertawa karena Gio terus menggelitik kakinya.

"Tidak akan.. sampai kamu mau jadi ibu anak ku.." lanjut Gio yang ikut tertawa melihat Nata kegelian.

"Gio..hentikan.. aku lelah.." Nata tertawa sampai mengeluarkan air mata.

Melihat Nata yang kelelahan Gio menghentikan dan memilih duduk di sebelah mata. Gio merebahkan badannya dan berbaring di paha Nata.

"Ucapan aku yang tadi serius..", Gio mendongakkan wajahnya untuk melihat Nata.

"Kenapa kamu bisa seyakin itu dengan ucapan mu, bagaimana jika besok atau lusa kamu mengingat masa lalu mu ? Dan pergi meninggal kan ku ? Ucap Nata lirih.

"Aku takut untuk terlalu bahagia Gio.. takut itu hanya awal dari lukaku..", Nata menatap dalam ke mata Gio.

"Kalau begitu, sebaiknya aku lebih memilih tidak mengingat siapa aku di masa lalu biar aku tidak melupakan semua tentang kita..' Gio menarik tangan Nata, di kecup nya telapak tangan Nata.

"Apa kamu tidak ingin kembali pada keluarga mu ? Mungkin saja sekarang orang tua mu sangat bersedih karena kehilangan mu.." ujar Nata tidak mau memaksakan pilihan Gio.

"Aku akan memulai kehidupan ku yang baru, besok aku juga akan membuat pengakuan kepada paman dan bibi tentang hubungan kita..", ucap Gio meyakinkan Nata

Nata terharu dan matanya berkaca-kaca, ada perasaan hangat yang memenuhi hatinya. Kemudian Nata mengangguk dan tersenyum.

Walaupun masih banyak keraguan di hati Nata tapi mendengar Gio yang serius dengan nya membuat Nata tidak memperhitungkan nya lagi. Melihat ekspresi sulit wajah Nata membuat Gio duduk dan beralih menghadap Nata.

''Katakan ? Keraguan apa lagi yang ada di hatimu ? Tanya gio menatap mata Nata.

''Bagaimana dengan keluarga yang sekarang tidak kamu ingat ? Seperti.... Mama dan juga papa mu ? Nata mencari jawaban dari ekspresi wajah gio.

"Aku tidak tau, karena sekarang aku tidak bisa mengingat apapun. Aku merasa seperti hidup sendiri. Karena sampai sekarang tidak ada yang mencari ku.." Gio tampak sangat menyedihkan..

"Tidak apa.. kamu masih memiliki kami di rumah.." Nata menangkup wajah Gio dan mencubit nya agar Gio tidak memikirkan perkataan mereka barusan.

"Kalau suatu saat aku mengingat orang tua ku, maka aku akan membawa mu bersama ku. Aku akan membuat orang tua ku menerima hubungan kita." jawab Gio yakin

Menghabiskan waktu berdua dengan Nata, bagi Gio yang lagi bucinnya, membuat waktu berjalan begitu cepat hingga sore sudah menjelang. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang. Gio meraih tangan Nata dan menautkan jari mereka untuk saling menggenggam.

Saat Gio melewati jalan yang biasa mereka lewati. Gio memejamkan matanya dan berdoa dalam hati. Gio berharap agar dia bisa terus mengingat setiap momen yang dia lewati dengan Nata. Gio merekam semua kenangan mereka dan menempatkan nya di lubuk hati terdalamnya, agar suatu saat jika gio kembali mengingat masa lalunya, dia juga mengingat momen indahnya dengan nata.

Gio tidak ingin melupakan semua tentang Nata. Keduanya larut dengan pemikiran mereka masing-masing sampai mereka tiba dirumah. Papa Nata lagi duduk diteras rumah sambil minum kopi.

Gio mematikan motornya dan langsung ikut bergabung dengan orang sudah dia anggap paman itu.

"Waah.. ternyata kamu punya bakat yang terpendam juga yaa.." Anwar meletakan cangkir kopinya yang baru diseduh nya.

"Tidak terlalu paman, itu juga kerena tingkat kerusakan motor paman tidak terlalu parah makanya aku bisa memperbaiki nya.." Gio berusaha merendah.

"Ahaha..kamu sengaja merendah untuk menutupi bakat mu.." Anwar tertawa mendengar penjelasan Gio yang tidak mengakui bakatnya.. "Jangan terlalu bermulut manis nanti ada yang diabetes.." sindir Anwar melirik putrinya yang sedang melepas kan sepatunya.

Yang di tatap memutar malas bola matanya, dengan malas Nata membalas ucapan papanya..l

"Kenapa jadi aku..? Nata berusaha protes pada papanya.

"Iyakah..? Apakah tidak ?? Papanya terus menggoda Nata yang semakin cemberut.

Gio yang mendengar ucapan pamannya hanya bisa diam dan pasrah, karena memang dia menyukai putri pamannya. Jadi dia tidak akan memberi bantahan. Sudut bibir Gio sedikit terangkat menahan senyum.

"Buatkan secangkir kopi untuk Gio.. dia akan menemani papa sebentar..", ucap pak Anwar pada Nata yang di balas dengan helaan nafas pasrah..

Tidak berapa lama Nata kembali keluar dengan secangkir kopi ditangannya.

"Ikutlah duduk..", perintah Anwar pada putrinya. Nata hanya bisa menurut dan menarik kursi dan duduk di sebelah papa nya.

"Siapa yang mau memulai terlebih dulu..? Tanya Anwar menyesap kopinya hitam nya.

Nata dan Gio saling pandang mendengar pertanyaan papa nya ambigu.