NovelToon NovelToon
Rahasia Suami Lumpuhku

Rahasia Suami Lumpuhku

Status: tamat
Genre:Tamat / Dendam Kesumat / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:19M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu butuh bantuan?

Hari akhirnya berganti. Mentari sudah mengintip dari balik tirai awan dengan malu-malu. Cahayanya mulai membias masuk melalui celah-celah gorden tipis berwarna putih yang menjuntai di jendela kamar Arsen dan Aozora.

Kelopak mata Aozora terlihat mulai bergerak-gerak pertanda kalau sebentar lagi wanita itu akan membuka matanya.

Benar saja, mata wanita itu perlahan-lahan terbuka, namun ia tutup kembali karena matanya belum sepenuhnya bisa beradaptasi dengan cahaya yang baru saja tertangkap oleh matanya.

Aozora kembali perlahan membuka matanya. Namun alangkah kagetnya dia begitu melihat wajah Arsenio tepat di depan matanya, sedang tangan dan kakinya sedang memeluk pria itu layaknya bantal guling.

Aozora hampir saja berteriak, namun ia tersadar dan langsung menutup mulutnya.

"Dengan gerakan yang sangat hati-hati, ia mengangkat kakinya dari atas tubuh pria itu, lalu duduk.

"Kenapa aku bisa memeluknya sih? Dia tidak tahu kan?" Aozora mengibaskan-ngibaskan tangannya tepat di wajah Arsen.

"Huft, syukurlah dia masih tidur nyenyak. Setidaknya dia tidak tahu kalau aku memeluknya," batin Aozora, sembari mengembuskan napas lega.

Kemudian, wanita itu dengan sangat hati-hati mulai beranjak turun dari kasur, takut kalau pergerakannya nanti membangunkan pria itu.

"Ehem, mau kemana kamu?" Aozora sontak terjengkit kaget, begitu mendengar suara Arsen dari belakangnya.

"Ka-kamu sudah bangun?" suara Aozora terdengar gugup.

"Menurutmu? Apa kamu berharap aku tidak bangun lagi?" tukas Arsenio dengan nada dingin.

"Bu-bukan seperti itu! Aku hanya ...."

"Sudah, jangan banyak bicara lagi! Sekarang kamu bantu aku duduk. Badanku pegal karena ditimpa tanganmu!"

Mata Aozora membesar sempurna, terkesiap kaget tidak menyangka kalau ternyata suaminya itu tahu kalau dia tadi memeluk pria itu. Kalau dikatakan malu, tentu saja dia sangat malu. Kalau boleh, dia ingin menenggelamkan wajahnya ke dalam tanah, sampai kedalaman yang paling dasar.

"Hei, kenapa masih diam? Kamu dengar kan apa yang aku katakan tadi?" bentak Arsen, membuat Aozora terjengkit kaget.

"Iya, iya! Cerewet amat sih!" gumam Aozora, namun masih bisa didengar oleh telinga Arsenio.

"Aku mau mandi, badanku sudah gerah. Sepertinya selama koma aku tidak pernah mandi," ucap Arsen setelah tubuhnya sudah bersandar di sandaran ranjang.

"Tapi, setiap hari aku lap badan kamu kok," kali ini Aozora yang keceplosan.

"Hah, kamu membersihkan tubuhku?" Arsen berpura-pura kaget.

"Ti-tidak, kok!" sahut Aozora gugup.

Arsenio tersenyum smirk, melihat wajah Aozora yang memerah.

"Masih mau bohong lagi dia," bisik Arsen pada dirinya sendiri.

"Ya udah, aku mau mandi dulu. Sekarang, kamu bantu aku ambilkan kursi roda ku di sana!" Arsenio menunjuk ke arah sofa. Karena memang kursi roda pria itu ada di balik sofa.

Aozora tidak langsung pergi untuk mengambil kursi roda pria itu, karena hatinya kembali bertanya-tanya. "Kenapa dia tahu kalau kursi rodanya ada di situ? Dia baru saja bangun dari koma dan kursi roda itu tidak kelihatan dari sini," Aozora membatin dengan kening berkerut.

"Hei, apa bengong itu salah satu hobimu?" Arsenio kembali membentak.

Aozora mendengus, lalu berdecak kesal.

"Kamu itu bisa tidak kalau meminta sesuatu itu yang sopan? Tidak usah pakai bentak-membentak! Dan satu lagi, namaku Zora, bukan hei!" cetus Aozora sembari melangkahan kakinya untuk mengambil kursi roda.

"Nih, kursi roda kamu!" Aozora meletakkan kursi roda tepat di dekat Arsen.

Arsenio meraih kursi rodanya dan berusaha untuk bisa berpindah dari kasur ke kursi roda. Melihat suaminya yang kesusahan, Aozora berdecak dan memutuskan untuk membantu sang suami.

Begitu sudah berada di kursi rodanya, Arsen sama sekali tidak mengucapkan terima kasih, yang membuat Aozora berdecak kesal. Pria itu justru mulai bergerak hendak menuju kamar mandi.

"Cih, apa susahnya sih bilang terima kasih?" Aozora menggerutu dan tentu saja masih bisa didengar oleh Arsen.

"Mas, bisa tidak aku yang mandi lebih dulu?" tiba-tiba Aozora mencegah Arsen, sebelum pria itu benar-benar masuk kedalam kamar mandi.

"Tidak! kamu tunggu saja di luar!" tolak Arsen ketus.

"Tapi, Mas ..."

"Tidak ada tapi-tapi! Kalau aku bilang aku lebih dulu, jangan bantah! Kamu tunggu saja di luar!" Aozora sontak terdiam tidak mau membantah lagi. Namun, matanya mengarah ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih. "Haish, padahal aku mau masak. Tidak mungkin aku turun ke bawah tanpa bersih-bersih minimal gosok gigi," batin Aozora, sembari memberikan jalan pada Arsen.

"Emm, apa kamu butuh aku untuk membantumu mandi?" Aozora menawarkan diri, karena ia tidak mau kalau ada sesuatu yang terjadi nanti pada suaminya di di dalam.

"Tidak perlu! Aku bisa sendiri!" Arsenio menepis tangan Aozora yang sedang menahan kursi rodanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aozora mendorong kursi roda Arsen untuk keluar dari kamar dan turun ke bawah. Sudah lebih dari seminggu wanita itu di rumah ini, tapi sumpah demi apapun, baru kali ini dia tahu kalau rumah itu memiliki lift. Entah kapan dibuat, Aozora tidak tahu. Namun dia juga tidak mau bertanya, karena dia tidak mau pria yang sudah menjadi suaminya itu, menyemprotnya.

"Pagi, Ma!" sapa Aozora begitu sudah tiba di ruang meja makan.

"Pa __" Amber yang tadinya sedang membelakangi pintu, menoleh dan tiba-tiba menggantung ucapannya, begitu melihat kalau menantunya itu tidak datang sendiri melainkan dengan putranya.

"Arsen, kamu sudah bangun, Nak!" Amber sontak berdiri, berpura-pura excited melihat putra satu-satunya, bangun koma.

"Heh, Mama kenapa kaget? Bukannya mama sudah tahu?" Aozora memicingkan matanya, curiga.Sementara Arsenio sibuk mengedip-edipkan matanya ke arah Amber, untuk memberikan tanda pada wanita yang melahirkannya itu, untuk mengiyakan saja ucapan Aozora.

"Sudah tahu? Maksudnya?" Amber memicingkan matanya, bingung.

"Mama bagaimana sih? Tadi malam kan aku menghubungi Mama pakai ponselnya Daren, mengabari kalau aku sudah bangun dari koma. Dan mama sendiri kan yang bilang kalau aku sudah punya istri dan namanya Zora. Mama bahkan memintaku untuk bisa menerimanya. Mama masa lupa sih?" lagi-lagi Arsenio mengedip-edipkan matanya, berharap mamanya itu paham dengan tanda yang dia berikan.

"Astaga! mama lupa! Maklumlah Mama sudah tua. Pikiran Mama lagi banyak," akhirnya Amber mengerti dengan isyarat yang diberikan oleh Arsenio.

"Iya, Nak Zora. Mama sudah tahu, dan Mama tidak kasih tahu kamu sebagai kejutan untukmu. Mama juga tidak langsung ke kamar kalian tadi malam, untuk memberikan kalian kesempatan untuk berbicara. Bukan Mama tidak bahagia dan tidak ingin segera melihat Arsen, tapi mama sudah sedikit tenang, karena Mama sudah dengar dari Daren kalau kondisi Arsen baik-baik saja," tutur Amber panjang lebar tanpa jeda dengan ekspresi wajah semeyakinkan mungkin.

"Ya udah, ayo kita sarapan dulu!" imbuh Amber, mengalihkan pembicaraan.

Tbc

1
Ghufron Ali Sya'bana
jhaa bangun dia/Smile//Facepalm//Facepalm/
Ghufron Ali Sya'bana
meta?
Ghufron Ali Sya'bana
rasain nooo🤣
Ghufron Ali Sya'bana
ketar ketir gua bacax
Ghufron Ali Sya'bana
menarikk guys
Ghufron Ali Sya'bana
org sakit makax banyak kan luccuu😂😂
Silvia Hardianingsih
sukses selalu Thor, terus berkarya
Silvia Hardianingsih
semoga semuanya baik baik aja
Silvia Hardianingsih
gila apa itu orang minta tebusan 100milyar apa dia fikir uang itu hanya remahan roti
Silvia Hardianingsih
semoga Zora baik baik aja
Silvia Hardianingsih
salut untuk hanum
Silvia Hardianingsih
secara tidak langsung niko mengungkapkan perasaannya pada Bella
Ana Michael
Luar biasa
Ana Michael
Biasa
Silvia Hardianingsih
tanpa tsania dan bella yang memberi tahu kan arsen juga sudah tau
Silvia Hardianingsih
definisi di atas langit masih ada langit
Silvia Hardianingsih
siapa yang datang
Silvia Hardianingsih
emang enak rencana nya gagal👎☹👎
Silvia Hardianingsih
arsen emang nggak jelas mau nya. ngaku aja kalau sudah bucin
Silvia Hardianingsih
siapa ya yang datang ke makam kk Aozora
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!