Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Rezeki Aska
Pagi ini aku bangun dengan senyum indah di bibir ku. Setelah membangun kan Aska aku pun menemani nya mandi ke sumur yang terletak di belakang rumah.
Kami tidak memiliki kamar mandi yang layak, sumur belakang rumah yang sudah tidak terpakai aku bersihkan dan dapat di gunakan kembali.
Aku membuat sendiri dinding-dinding kamar mandi dari anyaman daun kelapa sawit. Setidak nya bisa sedikit nyaman dan aman jika kami harus mandi disana.
Jangan tanya dimana kami harus membuang air besar, aku sendiri yang menggali lubang besar untuk di buat WC. Mengharap bang Burhan sama saja tidak mungkin. Laki-laki itu pasti akan terus-menerus mengomel sepanjang hari.
"Jadi wanita itu harus serba bisa Kemala! Jangan kau malas hanya tinggal meminta saja dari suami mu ini. Aku sudah lelah mencari nafkah, dan kau suruh lagi aku membantu mu dirumah."
Kalau sudah seperti itu aku pun lebih baik mengerjakan semuanya sendiri. Bisa sakit lama-lama telinga ku jika seharian harus mendengar hinaan dari nya.
"Bunda, kenapa air sumur ini tidak pernah habis ya? Makin hari makin banyak air yang keluar."
"Di dalam sumur ini, ada mata air yang terus-menerus mengeluarkan air. Makanya air tidak pernah kurang."
"Gimana kalau kita nggak punya air bunda?"
"Bunda juga nggak sanggup membayangkan nya nak. Yaudah air nya udah bunda ambilkan. Aska bisa kan mandi sendiri? Ingat ya nak, jangan melihat ke dalam sumur."
"Iya bunda."
Setelah mengambilkan air untuk Aska aku pun bergegas menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Hari ini aku akan mencari berondolan setengah hari saja.
Rencananya siang hari aku akan mencoba menggunakan kembali kemampuan ku yang sudah lama ku pendam.
"Wah, bau nasi goreng buatan bunda enak sekali. Aska jadi lapar ni."
"Yaudah yuk kita makan sayang. Habis ini bunda mau langsung mencari berondolan ya. Aska main dulu sebentar dirumah Wak nur. Bunda pergi nya cuma sebentar kok."
"Iya Bunda, Aska memang nggak mau ikut hari ini. Aska masih capek karena ikut Bunda kemarin."
Kemala hanya tertawa menanggapi perkataan anak nya itu.
Setelah membereskan beberapa karung bekas yang harus ku bawa, aku pun berangkat pergi mencari berondolan seperti biasanya.
Ternyata hari ini berondolan yang kudapatkan sangatlah banyak. Jika di hitung-hitung mungkin bisa sampai 50 kilo.
Memang lagi-lagi rejeki Aska kali ini. Ku lihat banyak buah sawit yang berbuah lebat kali ini.
"Mala, apa mau di bantu?"
"Boleh Pak, kalau segitu Mala nggak sanggup mengangkat nya."
"Iya, nanti tak bantuin angkatin ini punya mu ya. Mala.. Mala kasian betul nasib mu. Masih muda, suami sudah banyak uang tapi kamu masih saja kerja begini an."
Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Bapak tersebut. Beliau terkadang memang sering membantu ku membawa berondolan yang terkadang banyak jumlah nya.
Setelah menerima upah, aku pun pulang. Bahagia sekali rasanya karena hari ini dapat banyak. Aku akan menabung uang ini, karena untuk makan dirumah sudah cukup untuk beberapa hari kedepan.
Sebuah celengan yang terbuat dari bambu tempat aku menabung uang untuk masa depan Aska, namun kali ini aku begitu terkejut saat kulihat bang Burhan sedang mengamati celengan tersebut.
"Apa yang Abang lakukan di sini?"
"Pertanyaan kau itu sudah seperti nyonya rumah saja Kemala! Bukankah sudah ku bilang ini adalah rumah ku? Aku berhak atas apa yang ada di rumah ini."
"Memang kau berhak bang, sangat berhak. Namun hanya rumah yang seperti cangkang kosong ini. Apapun yang ada didalam nya adalah milik ku dan Aska."
Plak...plak..plak..
Tiga kali tamparan itu mendarat di pipi ku. Dar*h segar langsung keluar dari sudut bibir ku.
"Mau lagi? Masih kurang? Biar ku berikan kau bonus yang tidak akan kau lupakan seumur hidup mu."
Aku pun terdiam dan tidak ada keinginan lagi untuk menjawab perkataan nya itu. Aku takut tiba-tiba Aska pulang saat melihat kami bertengkar lagi.
Bang Burhan mengambil sebagian tabungan ku, tidak ia hiraukan tangis pilu yang menyayat hatiku. Se tega itu ia mengambil uang yang bukan hak nya.
"Itu uang ku! Kenapa Abang tega mengambilnya?"
"Anggap saja kau membayar kembali apa yang sudah ku berikan kepada mu selama ini."
"Apa rupanya yang sudah Abang berikan kepadaku? Penderita an yang tidak pernah usai."
"Apa kau menderita hidup denganku?"
"Lalu apa pernah Abang berikan aku kebahagiaan? Uang yang setiap hari Abang berikan akan Abang minta kembali. Apa rupanya yang sudah Abang berikan untuk ku? Jawab!"
Aku mulai hilang kendali saat itu. Baru kali ini juga ku keraskan suara ku sedemikian rupa. Aku tidak tahu entah keberanian dari mana ini. Inti nya aku sudah sangat tidak tahan lagi dengan semua lelucon kehidupan ini.
"Kau itu perempuan yang tidak tahu berterima kasih Kemala."
"Terima kasih? Untuk apa? Bahkan aku lebih baik malu sesaat saat itu daripada harus menikah dan menderita seumur hidup seperti ini denganmu bang. Kau itu laki-laki yang pelit dan tidak bertanggung jawab."
Bang Burhan langsung saja menerjang ku seperti biasanya. Bukan kah sudah ku bilang, bicara dengan nya itu percuma. Otak nya sudah tidak sampai lagi saat memahami perkataan ku.
Aku tidak menangis saat tendangan demi tendangan aku terima. Aku tertawa dengan segala luka yang aku terima selama ini.
"Burhan, Hentikan! Apa kau ingin membunuh istri mu? Aku akan melaporkan mu pada pihak berwajib jika kau tidak mau berhenti."
"Diam kau! Jangan ikut campur."
"Dulu aku memang tidak tahu apa-apa karena tidak mengerti hukum. Namun anak ku sekarang pengacara di kota. Jika seperti kamu ini suka menyiksa istri, pasti kau akan di hukum gantung."
Bang Burhan langsung berhenti memukul ku karena terkejut mendengar perkataan Wak Nur. Ternyata Aska lah yang menyelamatkan ku kali ini.
Wajah ku sudah tidak beraturan, bahkan mungkin tangan ku terkilir. Wak nur mencoba memapah ku ke atas tempat tidur. Ia melihat kesana kesini mencoba mengamati ruangan rumah ku yang tidak memiliki apapun.
selama ini Wak Nur memang tidak mau masuk ke rumah ku. alasannya takut kepada bang Burhan. tapi kali ini beliau benar-benar memberanikan dirinya menantang suamiku itu.
"Bunda, jangan tinggalin Aska. Aska nanti sama siapa kalau Bunda nggak ada!"
"Hush, ngomong apa Aska ini. Nggak boleh ngomong yang bukan-bukan ya nak. Bunda Aska nggak apa. Cuma capek aja tadi." Ucap Wak nur menenangkan Aska.
"Makasih ya Wak."
"Iya Mala, udah jangan banyak ngomong lagi kau itu. Istirahat aja ya, nanti wawak panggil kan tukang urut. Mana tahu ada yang terkilir itu tangan dan kaki kau."
"Iya Wak sekali lagi Mala ucapkan terima kasih."
"Berterima kasih lah sama Aska. Dia yang manggil wawak tadi. Semakin hari ku lihat si Burhan makin menjadi saja. Pisah saja lah kau dengan nya Mala."
"Kalau pisah dengan bang Burhan Mala mau kemana Wak? Pulang ke kampung pasti di marahi Mak bapak karena tidak bisa menjadi istri yang baik. Jadi janda pun akan selalu di olok-olok kayak si Aminah tetangga kita seberang jalan sana."
"Banyak juga pertimbangan kau itu ya Mala. Terus mau sampai kapan kau akan jadi tempat pelampiasan si Burhan itu? Kalau terjadi apa-apa dengan kau bagaimana nasib nya si Aska? Sekarang saja tidak di perdulikan nya anak mu ini. Gimana nanti jika kau tidak ada lagi di dunia ini. Bangkit lah Kemala! Jadi lah wanita kuat."
"Akan Mala pikir kan semua nasehat yang wawak berikan. Terima kasih Wak selama ini sudah ada untuk membantu Mala." Ucapku penuh dengan linangan air mata.
"Yasudah kalau begitu, wawak pulang dulu. Dapur sudah wawak bereskan. Aska, nanti ambilkan nasi dan lauk untuk Bunda mu ya nak. Wawak tadi ada sedikit rejeki. Jadi, wawak bagikan untuk kalian berdua."
"Alhamdulillah rejeki anak ku Aska."