Terjebak dalam pilihan, hal itu yang dirasakan Raisa saat berusaha menyelesaikan masalah keuangan di keluarganya.
Keputusannya untuk mengikuti saran mucikari, malah mempertemukan Raisa dengan sang hot duda, Diego.
Akankah Raisa berhasil mendapatkan keuntungan dan melepaskan dirinya dari pesona hot duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rya Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Diundang
"Selamat pagi semua, Mama, Diego, dan anak kecil ini pasti Denis 'kan? Kau sudah besar Sayang," ucap seorang wanita seksi dengan paras yang begitu cantik dan berkelas, yang sudah lama sekali tidak terlihat batang hidungnya dan saat ini malah muncul di hadapan mereka sebagai tamu tak diundang.
"Clarissa?" Gumam Denis dengan tatapan penuh kebencian.
"Bagaimana kau bisa ada di sini? Sejak kapan kau kembali? Bukannya kau berada di luar negeri?" Siska menimpalkan beberapa pertanyaan kepada wanita tesebut.
"Iya Ma, aku baru saja pulang tadi malam dan baru pagi ini aku menyempatkan diri untuk datang ke sini. Aku sangat merindukan kalian semua," terang Clarissa.
"Stop memanggilku dengan sebutan Mama karena kau bukan menantuku lagi," sergah Clarissa.
"Tante ini siapa Pa?" Tanya Denis kebingungan.
"Bukan siapa-siapa, dia hanya tamu tak di undang atau orang kesasar dan salah alamat datang ke sini," jawab Denis yang sama sekali tak menginginkan kehadiran mantan istrinya itu.
"Diego, kenapa kau berbicara seperti itu terhadap Denis? Seharusnya kau mengatakan siapa aku sebenarnya," timpal Raisa yang merasa terkejut akan pengakuan Diego. "Denis, ini Mama Sayang, Mama ke sini untuk melihat kamu," ucapnya yang mendekati Denis.
"Jangan mendekatiku," sergah Denis. "Mama? Kata Papa Mamaku sudah pergi jauh, berarti aku tidak punya Mama. Aku hanya punya Oma dan Papa." Tidak tahu siapa yang mengajari anak kecil tersebut tetapi jawabannya juga sudah membuat Clarissa merasa tertampar dan Diego merasa sangat puas.
Ting … tung …
Suara bel pintu terdengar kembali dan kali ini yang datang adalah Raisa, sesuai keinginan Diego. Malah Diego langsung yang membuka pintu untuk menghindari wanita yang dulu sangat tega meninggalkan keluarganya.
"Raisa, kau datang di waktu yang tepat," tutur Diego yang langsung saja membawanya masuk.
"Maaf Tuan aku tadi aku terkena macet, apakah aku sudah terlambat?" Tanya Raisa.
"Sama sekali tidak, sudah aku katakan kau datang di waktu yang tepat. Kebetulan aku baru saja mau pergi untuk mengantar Denis, kau ikut aku, pekerjaanmu di mulai dengan mengantar Denis pergi ke sekolah dulu bersamaku pagi ini," terang Diego hingga kini mereka pun sudah tiba di ruang makan.
"Raisa, perkenalkan itu Denis Anakku yang akan kau rawat dan ini adalah Mamaku, Mama Siska," ucap Diego sembari menunjuk dan memperkenalkan keluarganya. "Mama, ini adalah Raisa pengasuh atau Baby Sister yang aku maksud dan Denis ini adalah Mbak Raisa yang mulai sekarang akan merawatmu, penggantinya Mbak Ani. Jadi mulai sekarang kau harus mengikuti apa kata Mbak Raisa," ucapnya, tanpa memperdulikan Clarissa sama sekali.
"Oh iya. Selamat bekerja ya Raisa, untuk pembahasan lebih lanjut kita bahas nanti saja ya, takutnya Denis akan terlambat. Sekarang kalian langsung pergi saja," kata Siska.
"Iya Ma, sekarang kami memang harus pergi. Kebetulan aku juga ada meeting, takutnya nanti meeting-ku juga terlambat. Nanti biar supir yang menjemput Raisa dan Denis pulang sekolah. Aku pergi dulu ya Ma," ucap Diego yang berpamitan kepada ibunya, sengaja ingin menghindari Clarissa. Diikuti oleh Denis yang berpamitan dengan sang nenek.
"Terimakasih Nyonya, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Raisa.
Meskipun Raisa bingung kenapa Denis tak memperkenalkannya kepada wanita yang saat itu bersama mereka, tetapi tetap saja Raisa juga berpamitan dengan wanita itu walaupun Clarissa sama sekali tak menggubrisnya. Lalu Raisa pun yang langsung saja membawakan tas Denis menuju ke mobil, sedangkan Denis hanya terlihat diam dan mengikuti saja, tidak menanggapi tentang pengsuh barunya. Kemungkinan ia masih bingung soal Clarissa yang mengakui sebagai ibunya.
"Diego … aku belum selesai berbicara, kenapa kalian pergi meninggalkanku seperti itu?" Teriak Clarissa yang terlihat kesal.
Diego sama sekali tak menggubrisnya, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Diego untuk wanita tersebut, karena baginya Clarissa sudah lama menghilang dari hidupnya, bahkan ia juga sudah lama menganggap bahwa wanita tersebut sudah mati.
"Tante, siapa wanita tadi? kenapa sepertinya Diego terlihat begitu akrab?" Tanya Clarissa yang dapat melihat bagaimana Diego memperlakukan Raisa, ia yakin sudah pasti mereka sudah saling kenal sebelumnya.
"Apa kau tidak mendengarnya tadi saat Diego memperkenalkan wanita itu sebagai pengasuh barunya Denis karena pengasuh Denis yang lama baru saja pulang kampung," jawab Siska.
"Tapi Tante, mulai sekarang Denis tidak membutuhkan pengasuh lagi, ada aku. Aku yang akan merawatnya," kata Clarissa.
"Apa maksudmu berkata seperti itu, kau ingin mengambil Denis, begitu? Tidak akan bisa Clarissa, hak asuh Denis ada di tangan Diego. Lagipula selama ini Denis sudah tinggal bersama kami, dia juga tidak akan mau tinggal bersamamu. Sekedar informasi, Denis paling sulit untuk dekat dengan orang asing. Itu juga yang menyebabkan sudah beberapa tahun ini kami selalu bergonta-ganti pengasuh untuk Denis," kata Siska menegaskan.
"Tapi aku ini ibu kandungnya Tante, hanya butuh waktu beberapa hari saja pasti Denis sudah bisa merasakannya. Lagipula bukan itu maksud aku, bukan untuk merebut Denis dari kalian Tante. Aku datang ke sini ingin kembali bersama dengan keluarga kecilku, aku ingin kembali menjadi istri Diego dan aku juga ingin kembali merawat Anakku, Denis," ungkap Clarissa.
"Apa? Kemana saja kau selama ini dan sekarang kau mengatakan ingin kembali kepada keluargamu? Bagi mereka kau itu sama sekali sudah tidak ada Clarissa. Terutama Denis, Denis sama sekali tidak mengingatmu, Diego sama sekali tidak pernah memperkenalkanmu sebagai ibunya. Kalau kau tidak percaya, kau boleh masuk ke kamar Denis atau kau lihat di sekitar rumah ini, sama sekali tidak ada fotomu. Diego sudah benar-benar menganggap kau mati sejak 1 tahun kau tidak kembali dan malah surat perceraian yang datang. Setelah 5 tahun kau benar-benar menghilang tanpa kabar, sekarang kau datang mengatakan ingin kembali lagi, dimana otakmu Clarissa!" Bentak Siska yang ucapannya itu begitu tajam hingga menembus ke hati Clarissa, membuat wanita tersebut begitu sangat geram tetapi berusaha untuk menahan emosinya demi tujuannya saat ini.
"Tapi Tante, aku bisa menjelaskan semuanya, aku-"
"Sudahlah Carissa, Tante tidak mau mendengar penjelasan apapun. Lebih baik sekarang kau pergi dari sini. Tante juga tidak akan setuju jika kau kembali lagi dengan Diego. Pergi kau!" Usir Siska yang mencela ucapan Clarissa begitu saja
"Oke! Sekarang aku akan pergi, tapi nanti aku akan datang lagi untuk berbicara dengan Diego. Aku tidak perduli meskipun Tante tidak setuju, aku yakin Diego pasti akan setuju dan aku sangat yakin bahwa Diego masih sangat mencintaiku. Buktinya sampai saat ini dia masih sendiri 'kan?" Ucap Clarissa yang begitu yakin. Lalu ia pun segera pergi meninggalkan kediaman Abimana.
Siska tampak begitu syok, di saat Clarissa sudah tak lagi terlihat ia mendudukkan dirinya di kursi dengan nafasnya yang begitu tidak teratur. Bibi yang melihat akan hal itu pun segera saja memberikan minuman kepada Nyonya-nya itu sembari mengusap pelan pundaknya agar Siska merasa lebih tenang, seperti biasa yang dilakukannya.
"Terimakasih Bi," ucap Siska.
"Sama-sama Nyonya, apakah Nyonya baik-baik saja?" Tanya Bibi.
"Sudah lebih baik Bi, sekarang saya mau ke kamar, tolong antarkan saya ya Bi," pinta Siska dan Bibi pun langsung saja membantu Nyonya-nya itu untuk masuk ke dalam kamar dan beristirahat. Kesehatan Siska saat ini menjadi terganggu karena ulah mantan menantunya tersebut.
*****
Meskipun awalnya Denis menolak mati-matian dan juga bersikap jutek kepada Raisa, akan tetapi pada akhirnya Raisa pun berhasil mengantar denis sampai ke depan kelas. Kini Raisa melangkahkan kakinya hendak pergi meninggalkan kelas Denis menuju ke taman tempat dimana biasanya orang tua menunggu anak-anaknya yang sedang belajar.
Akan tetapi di saat itu ponsel Raisa berdering ada panggilan masuk dari Diego yang meminta untuk menemuinya di depan sekolah, sehingga Raisa pun segera saja pergi untuk menemui Diego terlebih dulu.
"Tuan, kenapa kau masih berada di sini? Bukankah kau buru-buru akan pergi ke kantor karena ada meeting?" Tanya Raisa.
"Sepertinya kau yang terlalu buru-buru sampai melupakan segalanya. Kau itu baru pertama kali kerja dan sekarang kau menunggu Denis di sini, lalu bagaimana pulangnya nanti. Kau tidak memiliki nomor supir di rumahku," tukas Diego.
"Ya kau benar Tuan, aku memang tidak memiliki nomor supir rumahmu, tapi aku juga tidak sebodoh itu Tuan. Aku bisa memesan taksi online atau aku juga bisa memberhentikan taksi yang lewat di depan sekolah Denis. Memang apa susahnya?" Ujar Raisa.
"Ya, kau bener juga. Tapi memberhentikan taksi yang lewat itu sama sekali tidak aman. Jadi kau jangan lupa menghubungi supir saja, aku akan mengirimkan nomor supir kepadamu," ucap Diego yang langsung mengirimkan nomor ponsel tersebut ke WhatsApp Raisa.
"Tuan Diego, aku rasa kau ini sedang mencari-cari alasan untuk bertemu denganku saja 'kan? Jika hanya untuk mengirim pesan seperti ini kau tidak perlu memanggilku ke sini Tuan. Soal supir, memangnya supir tidak tahu jadwal pulang sekolah Denis," ujar Raisa yang membuat Diego pun terlihat gugup tetapi berusaha untuk tidak penampakkannya di depan Raisa.
"Lagi-lagi kau merasa kegeeran Raisa. Sudahlah aku akan pergi ke kantor. Oh iya 1 lagi, tadi kau sangat beruntung karena Denis langsung mau pergi bersamamu meskipun ada drama-dramanya sedikit, karena keadaan di rumah sedang tidak baik. Tapi nanti di saat pulang sekolah, jika Denis menolakmu kau harus mencari cara bagaimana caranya agar Denis mau bersama denganmu," tukas Diego.
"Iya Tuan kau tenang saja, aku sudah mempunyai cara bagaimana supaya Denis mengikuti apa kataku," ucap Raisa.
"Cara apa? Kau jangan berbuat macam-macam ya, aku pasti akan memecatmu jika kau berani melakukan hal dibatas kewajaran," ancam Diego yang menatap Raisa dengan curiga.
"Ck, kau pikir aku ini wanita seperti apa Tuan, sampai tega menggunakan cara yang tidak baik untuk menaklukkan hati anak kecil. Kau tenang saja, bukankah kau menginginkan Anakmu dirawat olehku, jadi kau serahkan saja semua itu padaku," kata Raisa.
Diego menganggukkan kepalanya, "Oke aku akan percaya padamu. Jika dalam seminggu saja kau bisa membuat Denis takluk padamu, maka aku akan memberikanmu bonus yang sangat besar, langsung akan aku kirim ke rekeningmu." Diego mengucapkan janji yang membuat mata Raisa pun begitu berbinar mendengar kata bonus. Karena memang itulah yang ia inginkan saat ini, agar bisa memberikan kehidupan yang layak untuk neneknya.
"Oke, siapa takut. Oh ya Tuan, kalau aku boleh tahu wanita tadi siapa? Apakah itu istrimu, tapi kenapa sepertinya kau menghindarinya?" Tanya Raisa, entah kenapa ia sangat ingin tahu.
"Kau tidak perlu tahu. Sekarang aku akan pergi ke perusahaan, jaga Denis baik-baik. Ingat, jika terjadi sesuatu dengan Denis makan aku tidak akan memaafkanmu," ancam Denis, lalu segera saja menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan Raisa.
"Heh, selalu saja mengancam. Bisa aja bukan hanya anakmu tapi kau juga akan takluk padaku," gumam Raisa berandai-andai.
Bersambung …