“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 Sekali Interview
Disra begitu serius mengerjakan perintah dari Raska. Jarinya menari indah mengetikan listing program untuk menghasilkan output yang diinginkan oleh Raska.
Raska hanya memainkan ponsel tanpa ada niat untuk melihat apa yang dikerjakan oleh Disra. Baginya, tidak masalah gadis itu menggunakan coding seperti apa, yang terpenting adalah hasil akhirnya.
Private Sub Command1_Click()
If Text1 \= "ADM01" And Text2 \= "123" Then
Form2.Show
Form1.Visible \= False
Unload Me
Else
MsgBox "Login Gagal! Username atau Password yang Anda Masukkan salah" _
& vbNewLine & "Silahkan Coba lagi!", vbCritical, "Peringatan"
Text1 \= ""
Text2 \= ""
Text1.SetFocus
Deretan listing program berbaris indah. Namun, belum juga selesai jarinya berselancar, Raska sudah membuyarkan konsentrasi Disra.
“Hei, apa yang sedang dikerjakan?” tanya Raska melihat layar kompurter Disra.
“Buat login, Pak,” jawab Disra.
Raska mengorek telinganya. “Jangan panggil gua ‘Pak’, panggil aja Kakak, usia kita juga kayanya nggak terlalu jauh,” tutur Raska. Dia langsung berbicara tak formal terhadap Disra setelah kepergian Bagas.
“Baik, Kak.”
“Terus loe ngapain bikin login begitu?”
“Bukannya sesuai dengan template yang Kakak minta?” tanya Disra menunjukan modul pada Raska.
“Ya nggak usah dibuat loginnya kali, buat aja langsung ke inti. Buang-buang waktu aja!” dengus Raska.
“Kenapa? Bukankah login penting?” tanya Disra lagi. Ya, meskipun beberapa programmer ada yang langsung membuat main program dan membuat login dan report sebagai akhir. Namun, bagi Disra login merupakan hal penting juga yang harus diutamakan.
“Loe kira ini sekolah? Di sini itu software house! Bukan cuma sekedar pembuatan login!” hardik Raska.
“Bukankah Kakak tadi meminta saya mengerjakannya?”
Huft! Raska mengehembuskan napasnya kasar. “Pemula juga bisa mengerjakan itu! Langsung saja ke main program!”
“Apa Kakak tidak mau melihat dulu hasil pembuatan login saya?”
“Untuk apa? Bukankah sama saja setiap login akan seperti itu? Loe pasti cuma buat kalau user yang tak terdaftar maka login akan gagal. Kalau user benar maka akan ke form selanjutnya.”
"Jika login memiliki keamanan yang lemah dan bisa dengan mudah diretas. Maka, form selanjutnya yang dianggap penting akan ikut memiliki resiko kerugian," jelas Disra.
Raska melirik sepintas pada layar monitor Disra. "Tapi, apa yang loe buat begitu standar. Semua yang kuliah di bidang IT sangat mudah membuat login seperti itu," tukas Raska.
"Bagaimana bisa menilai kalau Kakak hanya melihat sebagin listing coding saya? Coding ini belum selesai Kak," jelas Disra.
Raska diam sejenak. "Baiklah, lanjutkan. Tapi jangan lupa masih ada yang harus kamu lakukan setelah pembuatan form login."
"Ya, saya tahu."
Disra melanjutkan apa yang diminta Raska, bukan suatu hal rumit. Namun, cukup membuat otaknya pusing. Tidak hanya form login. Namun, masih harus mengerjakan yang lainnya.
Dua jam berlalu, Disra selesai mengerjakan apa yang diperintah oleh Raska. “Sudah selesai, Kak.”
Raska yang sedari tadi memainkan ponselnya, teralihkan setelah mendengar suara Disra. Dia meletakan ponselnya dan menarik monitor Disra agar menghadap dirinya. Jari Raska langsung mengetikan di keyboard. Beberapa kali dia mencoba untuk meretas login tersebut dan hasilnya masih gagal menembus pertahanan login itu.
Tak meminta user dan password yang dibuat oleh Disra, tujuannya adalah mengecek apakah sistem keamanan sudah berjalan dengan benar. Raska menaikan alisnya sebelah, mengakui bahwa gadis di sampingnya lumayan cerdas. Namun, belum bisa menandinginya. Setelah lima kali percobaan, Raska berhasil menjebol sistem keamanan tersebut. “Sudah masuk,” ujar Raska.
“Ya, sistem keamanannya belum sempurna,” jelas Disra menundukan kepalanya.
“Sudah kukatakan, semua juga bisa membuat login!”
“Tapi, dengan kemampuan Kakak. Jika yang membuat orang yang lebih amatir dari saya. Saya yakin, Kakak tidak membutuhkan lima kali percobaan untuk menjebol form login,” ucap Disra tersenyum smirk.
Ada suatu sindiran halus dalam perkataan Disra yang seharusnya Raska bisa menjebol form loginnya hanya dalam satu kali percobaan.
Raska tertawa. “Loe mau bilang gue kurang ahli?”
“Aku tidak bilang seperti itu. Hanya ingin memberitahu, tidak semua orang bisa membuat form login, terkadang anak yang sekolah dijurusan IT belum tentu bisa membuatnya.”
“Anak kampus mana yang tidak bisa membuatnya?” ejek Raska.
Disra hanya mengangkat bahunya saja. “Tidak semua orang kuliah dengan benar. Mungkin, ada sebagian orang yang kuliah hanya untuk menghabiskan waktu,” timpal Disra. Ya, bukan omong kosong belaka, dia sudah melihat mahasiswa yang tidak benar-benar mengikuti perkuliahan. Mereka tipe anak-anak pemalas yang hanya menghabiskan uang orang tuanya.
Raska hanya menganggukkan kepala dan meneruskan mengecek pekerjaan Disra. “Oke, loe tunggu di luar. Biar nanti Pak Bagas yang akan menghubungi loe.”
“Saya boleh pulang, Kak?”
“Loe nggak denger? Tadi gua bilang tunggu dulu di luar!”
Disra hanya tersenyum. “Iya, Kak. Baik, saya tunggu diluar.”
Disra berdiri dan izin keluar ruangan. Dalam hatinya sangat merutuki Raska yang bersikap sinis padanya. Suatu saat dia akan membalas perlakuan Raska tersebut. Dia menunggu di ruang tunggu. Tidak sampai 30 menit, dirinya sudah diminta masuk ke dalam ruangan.
Sudah ada Bagas di dalam ruangan tersebut. “Silakan duduk, Dis.”
“Iya, Pak,” ujar Disra seraya duduk di tempat yang sudah dipersilakan.
“Berapa gaji yang kamu pinta?”
“Bapak berani memberi gaji saya berapa?”
“Saya yang bertanya terlebih dahulu pada kamu.”
“Bapak sudah menilai saya. Saya juga yakin kalau Bapak sudah melihat apa yang sudah saya kerjakan. Dari hasil yang saya buat, Bapak bisa menilai sendiri berapa gaji yang pantas untuk saya.”
“Baiklah.”
***
Disra keluar dari ruang interview dengan wajah yang sangat bahagia, tidak menyangka dalam proses satu kali interview bisa langsung diterima dengan gaji dan juga fasilitas yang baik. Dia teriak bahagia tepat setelah keluar dari gedung.
Melvin hanya tersenyum dari tempat yang tak terlihat oleh Disra. “Kebahagiaanmu akan bertambah setelah tiba di rumah,” gumamnya.
Disra langsung menghubungi Felix. “Lix, gue diterima kerja!” serunya.
“Gila, sekali interview?” tanya Felix di seberang telepon.
“Iya, gaji gua juga dua digit! Kena mental nggak tuh yang mecat gue!” ujar Disra terkekeh.
“Keren banget loe, Dis! Kudu traktir gue pokoknya!”
“Assyiap!”
Disra terburu pulang ke rumah dengan hati yang gembira. Dia membuka pintu rumahnya setelah mengucapkan salam. Dia terkejut saat masuk ke dalam rumah, sudah ada ayahnya di ruang tamu. “Ayah!” serunya.
“Anak Ayah!” seru Roni. Dia langsung berdiri dan memeluk putri satu-satunya.
“Ayah udah keluar dari penjara?”
“Iya. Ayah dinyatakan bebas.”
“Ha? Kok bisa?” tanya Disra heran.
Tuk! Tina memukul pelan kepala Disra dengan spatulla. “Emang kamu mau ayah kamu dipenjara?”
“Bukan begitu, Bu. Disra cuma nanya doank kok! Disra seneng banget ayah bisa keluar dari penjara,” tutur Disra memeluk ayahnya lagi.
Begitu bahagia yang dirasakan Disra hari ini, dia mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi dan sang cinta pertamanya keluar dari penjara. Roni, sang ayah adalah cinta pertama putrinya, Disra.
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/