NovelToon NovelToon
Bintang Hatiku

Bintang Hatiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:894
Nilai: 5
Nama Author: lautt_

Di antara pertemuan yang tidak disengaja dan percakapan yang tampak sepele, terselip rasa yang perlahan tumbuh. Arpani Zahra Ramadhani dan Fathir Alfarizi Mahendra dipertemukan dalam takdir yang rumit. Dalam balutan nilai-nilai Islami, keduanya harus menavigasi perasaan yang muncul tanpa melanggar batasan agama. Bersama konflik batin, rahasia yang tersembunyi, dan perbedaan pandangan hidup, mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keimanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lautt_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merawat hati dalam Doa

"Hati yang dijaga dalam doa adalah hati yang tahu caranya bersabar, bahkan saat takdir tak berpihak."

 

Antara Ikhlas dan Rindu

Hari itu, hujan turun pelan membasahi jalanan kota. Di balik jendela kamarnya, Arpa duduk sambil memegang mushaf Al-Qur’an. Ia baru saja selesai membaca beberapa ayat, namun pikirannya masih melayang jauh. Sudah berminggu-minggu sejak percakapan singkat terakhir dengan Fathir, namun bayangan tentangnya masih sering hadir.

Rindu memang aneh. Semakin ditahan, semakin kuat rasanya. Tapi Arpa tahu, ia harus tetap menjaga hati.

Di tengah lamunannya, ibunya, Siti Rahmawati, masuk ke kamar membawa segelas teh hangat.

“Lagi apa, Nak?” tanya Bu Rahma sambil duduk di samping Arpa.

“Baca Qur’an, Bu. Tapi… pikiran Arpa malah ke mana-mana,” jawab Arpa jujur.

Bu Rahma tersenyum lembut. “Masih mikirin Fathir?”

Arpa mengangguk pelan. “Iya, Bu. Kadang Arpa ngerasa udah ikhlas. Tapi ada saatnya… rindu itu muncul lagi.”

Bu Rahma memegang tangan Arpa. “Nggak apa-apa, Nak. Rindu itu wajar. Tapi yang penting, jangan sampai rindu itu membuatmu lupa sama Allah.”

Arpa terdiam, merenungi nasihat ibunya. “Arpa masih sering mendoakan dia, Bu.”

“Bagus, Nak. Mendoakan seseorang dalam diam adalah bentuk cinta paling tulus. Dan ingat, doa itu nggak selalu tentang meminta dipertemukan. Kadang, doa juga tentang meminta kekuatan untuk merelakan,” kata Bu Rahma bijak.

Air mata Arpa menggenang. Ia tahu betapa sulitnya merelakan seseorang yang masih ia doakan dalam setiap sujud.

 

Di Pondok Pesantren

Sementara itu, di pondok pesantren Al-Furqan, Fathir duduk di masjid setelah shalat Maghrib berjamaah. Tangannya memegang tasbih, sementara pikirannya melayang ke seseorang yang masih sering hadir dalam doanya — Arpa.

Ustadz Abdul Muhaimin, salah satu pengajar di pondok, mendekatinya.

“Fathir, kau terlihat gelisah. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Ustadz dengan suara tenang.

Fathir tersenyum kecil. “Sedikit, Ustadz. Saya sedang berusaha menjaga hati… tapi sulit sekali.”

Ustadz Muhaimin tersenyum bijak. “Hati memang tempatnya fitnah, Nak. Tapi selama kau menjaga niat dan tetap dekat dengan Allah, insyaAllah Dia akan membimbingmu.”

Fathir mengangguk. “Tapi bagaimana jika perasaan ini malah membuat saya semakin bimbang?”

Ustadz Muhaimin menghela napas. “Berdoalah, Fathir. Doa adalah senjata orang beriman. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk selalu berdoa, bahkan dalam hal sekecil apapun. Jika kau yakin perasaan ini murni dan tak melanggar syariat, jagalah dengan doa. Tapi jika kau merasa ini membuatmu lalai, mintalah Allah untuk menghapusnya.”

Fathir menunduk, merenungi kata-kata gurunya. Ia tahu, menjaga hati memang bukan perkara mudah, tapi ia ingin tetap berada di jalan yang benar.

 

Sebuah Undangan Tak Terduga

Keesokan harinya, Arpa menerima sebuah pesan dari sahabatnya, Nayla Azzahra.

Nayla: “Arpa! Ada acara kajian akbar minggu depan di masjid dekat alun-alun. Katanya Ustadz Muhaimin dari pondok Fathir yang bakal ceramah. Ikut yuk!”

Arpa menatap pesan itu dengan perasaan campur aduk. Ia ingin sekali hadir, tapi ada kekhawatiran dalam hatinya. Bagaimana jika ia bertemu Fathir lagi?

Setelah berpikir cukup lama, Arpa membalas pesan itu.

Arpa: “Aku ikut, Nay. Mungkin ini kesempatan buat aku lebih tenang.”

Dalam hatinya, Arpa tahu, mungkin Allah sedang memberinya jalan untuk menemukan jawaban — entah itu tentang merelakan sepenuhnya atau menjaga doa-doanya lebih kuat.

 

Persiapan Hati

Malam sebelum acara kajian, Arpa mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Tahajjud. Di dalam sujudnya yang panjang, ia berdoa,

"Ya Allah, aku pasrahkan hatiku sepenuhnya kepada-Mu. Jika besok Engkau pertemukan aku dengannya, kuatkan hatiku. Jika tidak, izinkan aku pulang dengan hati yang lebih tenang."

Di pondok pesantren, Fathir juga melakukan hal yang sama. Dalam sujudnya, ia berbisik lirih,

"Ya Allah, jika besok aku melihatnya lagi, tolong jagalah pandanganku dan hatiku. Jangan biarkan aku lalai dalam perasaan ini. Tapi jika ini adalah jalan-Mu, mudahkanlah segalanya."

Keduanya berdoa dengan harapan yang sama — agar Allah menjaga hati mereka, apapun yang terjadi.

 

“Doa adalah bahasa hati yang paling jujur. Ia berbicara langsung kepada Sang Pencipta, bahkan saat bibir tak mampu mengucapkannya.”

1
Uryū Ishida
Gemesin banget! 😍
✨♡vane♡✨
Baca cerita ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu luangku
Dandelion: Jangan bosan ya bacanya
total 1 replies
KnuckleBreaker
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!