NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 31.

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Zaki, saat ia mengantarkan tamunya pulang.

"Entahlah! Saat aku pulang, salah satu staff mengatakan kalau Zakira mengundurkan diri. Tapi, mereka semua tidak tau penyebabnya," jelas Fathan.

"Lu, yakin kalau mereka semua tidak tahu penyebabnya?" lanjut Zaki.

"Itu yang sekarang akan aku cari tahu," sahut Fathan.

"Sekarang, lebih baik lu pulang dan beristirahat. Soal Zakira, gue Ummi dan Daddy akan bantu bicara sama dia," hibur Zaki.

"Terimakasih," ucap Fathan terdengar pelan.

Setelah mengatakan itu, pemuda dengan minim senyum itu pun meninggalkan kediaman keluarga Kiano dan kembali ke apartemennya.

Keesokan harinya, Fathan memanggil seseorang yang sangat ia yakini, tahu tentang penyebab Zakira hengkang dari perusahaan.

"Bapak, panggil saya?" tanya Imam.

Di sana juga ada Risma. Ya, Fathan yakin kedua orang ini tahu, apa yang terjadi hari itu.

"Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada kalian. Terutama, kamu Risma!" tunjuk Fathan.

Risma tercegat mendengar namanya disebut secara jelas.

"Apa penyebab, Zakira keluar dari perusahaan?" tanya Fathan tanpa basa-basi.

"Maaf, saya tidak tau, Pak!" tegas Imam dengan suara lantang.

Sebaliknya, Risma terdiam. Ada sesuatu yang ingin ia utarakan. Namun, ia ragu sekaligus takut untuk mengatakannya.

"Ris, saya tau. Kamu, tau sesuatu," bujuk Fathan. Kali ini suaranya lebih rendah dan lembut.

"Tapi, kalau saya mengatakan semuanya. Apa saya akan dipecat, Pak?" tanya Risma.

"Dipecat? Tidak ada yang akan memecat kamu, selain saya. Saya yang memegang wewenang di sini," tegas Fathan.

"Tapi, Nyonya bilang, kalau saya mengadu pada Anda, saya akan dipecat," aku Risma.

"Nyonya? Maksud kamu, Mama saya?" tanya Fathan dengan nada menyelidik.

Risma terkejut, kemudian menutup mulutnya.

"Jadi, benar kalau kalian semua diancam oleh Mama saya?" tebak Fathan.

Perlahan Risma mengangguk. "Tapi, saya tidak dipecat, kan Pak? Saya masih ingin kuliah, Pak. Dengan bekerja, saya bisa sedikit meringankan beban orang tua saya."

"Tidak akan ada yang dipecat," kata Fathan dengan lantang.

Baik Risma maupun Imam, menarik napas lega.

"Sekarang, kalian boleh kembali," perintah Fathan.

Selepas, kepergian dua pegawainya. Fathan segera meraih jas dan meminta Soni untuk menghandle semua pekerjaan hari ini. Fathan memacu kuda besinya menuju kediaman keluarganya. Ia ingin berbicara serius, terutama pada Ibunya.

*****

"Maaf, Nyonya. Ada Tuan Muda," ucap Selly, salah satu pelayan rumah.

Pasangan paruh baya, yang kini banyak menghabiskan waktu bersama dirumah itu pun. Saling melemparkan pandangan heran dan aneh.

Tap... tap... tap....

Fathan berjalan masuk menemui kedua orangtuanya.

"Aku ingin bicara sama, Mama!" kata Fathan tanpa basa-basi.

"Mau bicara apa?" sahut Nyonya Yulia santai.

"Apa, Mama ke kantor, pas saat aku tidak ada?" tanya Fathan.

"Iya, Mama ada ke sana? Kenapa, apa ada masalah?" Nyonya Yulia, justru memberikan pertanyaan pada putranya.

"Apa, Mama menemui Zakira?" kembali Fathan bertanya, kali ini dengan nada lebih rendah.

"Mama menemui semua pegawai, mulai dari stafnya sampai OB. Kenapa, apa Mama tidak boleh melakukannya?" cecar Yulia.

"Tidak! Mama hanya menemui Zakira, apa yang Mama katakan padanya, sampai dia mengundurkan diri dari perusahaan?" tekan Fathan.

"Apa? Zakira mengundurkan diri? Kapan?" sela Aditya.

"Iya, tepat setelah kunjungan Mama ke perusahaan kemarin," sahut Fathan.

"Sembarangan kamu! Jangan asal tuduh, Mama ke sana hanya untuk memantau perkembangan perusahaan dan kinerja para pegawainya. Untuk apa, Mama bertemu dengan gadis itu, buang-buang waktu," kilah Yulia.

"Mama juga mengancam semua pegawai kantor, jika ada yang berani melaporkan semua kejadian hari itu," tuding Fathan.

"Apa? Siapa, siapa yang berani ngomong gitu ke kamu? Ayo, bawa Mama ketemu sama dia, akan Mama kasi pelajaran dia," sangkal Yulia lagi.

"Papa dengar sendiri, kan?" potong Fathan.

Yulia terdiam, matanya membulat. Ia termakan jebakan putranya sendiri. Secara tidak langsung, ia juga mengakui kalau memang benar ia telah mengancam para pegawai.

"Benar, apa yang Gio katakan, Ma?" tanya Aditya.

Yulia membisu, ia tidak bisa menjawab pertanyaan suaminya.

"Mama tidak mungkin bisa menjawabnya, Pa! Sebab, semua itu benar," ucap Fathan frustasi.

"Apa yang Mama katakan pada gadis itu, hingga dia memilih untuk pergi?" tanya Aditya lagi.

Yulia masih membisu.

"Apa, kamu sudah bertemu dengan Zakira dan menanyakan semuanya?" kini, giliran Fathan yang dapat pertanyaan.

"Sudah, Pa! Aku sudah menemuinya, tapi dia tidak mau mengatakannya. Ia hanya berasalan letih dan ingin fokus pada kesembuhan tangannya," jelas Fathan.

"Nah, itu dia udah ngasi alasan. Kenapa, jadi Mama yang kamu salahkan? Lagian, gadis cacar seperti dia, untuk apa kamu pertahankan? Masih banyak, wanita cerdas di luar sana yang lebih dari pada dia," potong Yulia.

"Jangan sebut dia cacat, Ma! Dia tidak cacat," kata Fathan tidak terima.

"Memang kenyataannya begitu, kan? Kamu bisa liat sendiri, dia bekerja menggunakan tangan satu, sedangkan yang satunya sama sekali tidak bisa berfungsi sama sekali. Sekali cacar, tetap aja cacat...."

"Cukup, Ma!" hardik Fathan dengan nada tinggi dan amarah yang bergemuruh di dadanya.

"Gio!" seru Aditya. Ia terkejut, melihat amarah di mata putra semata wayangnya.

"Hebat kamu, Gio. Hanya gara-gara perempuan cacat itu, kamu berani meninggikan suara kamu dihadapan Mama!" Ucap Yulia.

"Cukup, Ma! Cukup, jangan lagi mengatakan Zakira perempuan cacat," bela Aditya.

"Memang itu kenyataannya, kan? Mama mengatakan sesuai dengan fakta," jawab Yulia dengan angkuh.

"Jika saja, Mama tau siapa penyebab yang menjadikan seperti itu. Apa Mama, masih berani menghinanya?" ucap Fathan dingin.

"Apa, maksud kamu?" tanya Yulia.

"Akulah, orang yang telah membuatnya cacat, Ma!" ucap Fathan, mengakui perbuatannya dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

"Apa? Apa yang kamu katakan, Gio?" tanya Aditya.

Fathan menoleh kearah Papanya, dengan wajah bersalah sembari mengangguk.

"Jelaskan, pada kami, Gio. Apa maksud ucapan kamu barusan?" tanya Aditya penasaran.

Fathan pun mulai menceritakan kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu. Saat itu, ia pulang dalam keadaan mabuk berat. Fathan nekat mengendari mobilnya, setelah menyuruh Soni untuk pulang terlebih dahulu.

Pikiran Fathan yang kacau saat itu, di dasari oleh gagalnya rencana pernikahannya dengan wanita yang selama ini mengisi harinya. Pengkhianatan yang dilakukan oleh sang kekasih, membuatnya nekat dan hampir mencelakai dirinya.

Dalam keadaan mabuk, membawa kendaraan dalam kecepatan tinggi. Membuat Fathan, tak bisa mengendalikan laju kendaraannya dan menabrak sepeda motor dari arah berlawanan. Fathan pun tersadar, saat dua orang pengendara sepeda motor itu terpental ke pinggir jalan.

Takut jadi amukan massa, Fathan memilih untuk melarikan diri dan akan mencari tahu dilain waktu tentang korbannya. Berhari-hari Fathan meminta Soni, untuk memeriksa setiap rumah sakit yang ada di kota itu, tapi tak satupun ada korban yang seperti Fathan maksud.

Saat mendengar cerita Zaki tentang penyebab tangan Zakira cidera. Fathan pun mulai mencocokkan kejadian naas itu, dengan peristiwa kecelakaan yang menimpa kakak beradik itu. Akhirnya, Fathan pun tahu siapa yang menjadi korbannya pada hari itu.

Ia juga baru mengetahui, mengapa sampai ia tidak bisa menemukan korbannya. Pasalnya, setelah kecelakaan itu, baik Zaki maupun Zakira dibawa keluar negeri untuk mendapatkan perawatan lebih baik.

Aditya tersentak mendengar pengakuan putranya. Ia menggeleng pelan, masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.

"Ya Tuhan!" ucap Aditya panjang.

"Untuk itulah, aku berusaha untuk menebus semua rasa bersalah, aku ingin menjadikannya bagian dari hidupku." Fathan berkata penuh sesak.

"Tidak! Kalau kamu ingin menebus rasa bersalah kamu dengan menjadikannya bagian dari keluarga ini. Mama tidak setuju, kamu pasti tau apa penyebabnya. Lagipula, masih banyak cara untuk kamu menebus rasa bersalah kamu. Tapi, untuk menikahi, Mama akan menjadi orang pertama yang menolak!! tegas Yulia.

"Aku tetap dengan keputusanku," ucap Fathan tak kalah tegas.

"Jangan lupa, Gio. Saat ini semua orang tau statusmu, kamu sudah bertunangan dengan Nabila dan akan segera menikah dalam waktu dekat," kata Yulia memperingati putranya.

"Sejak dari awal, aku sudah menolaknya. Tapi, kalian yang memaksa," sahut Fathan.

"Kalau kamu menikahi, Zakira. Lalu bagaimana dengan nasib Nabila?" sekal Aditya. Pria enam puluh dua tahun yang sejak tadi hanya menjadi pendengar, akhirnya angkat bicara.

"Aku akan menemui keluarganya," jawab Fathan.

"Lalu, dengan alasan apa? Mereka pasti ingin tau, penyebabnya," sambung Aditya.

Fathan terdiam. Sejujurnya, ia tidak ingin mengatakannya. Jika saja, sang Ibu tidak kembali menghina kekasih hatinya.

"Apa lagi, kalau bukan si cacat itu jadi alasannya," potong Yulia berapi-api.

"Cukup, Ma! Jangan lagi, Mama menghina Zakira dengan sebutan itu," pinta Fathan dengan sangat.

"Lalu, apa? Memang kenyataannya dia cacat, kan?" ejek Yulia.

Fathan memejamkan matanya.

"Mama ingin tahu, apa sebabnya? Baiklah, aku akan mengatakan semuanya dihadapan kalian," ucap Fathan. Pemuda itu pun mulai bercerita.

"Nabila, berusaha untuk menjebak ku, pada malam pesta ulangtahun perusahaan," ucap Fathan.

"Menjebak bagaimana?" sela Aditya.

"Dia bersama Oma Sukma, membayar salah satu staff hotel untuk membantu rencana mereka. Mereka membubuhi minumanku dengan obat tidur, Mama tentu sudah tau, kan apa maksudnya?" Fathan menatap tajam ke arah Yulia.

"Nabila mempunyai pemikiran seperti itu? Tidak mungkin," tolak Aditya.

Ia tahu betul bagaiman perangai anak gadis dari sahabatnya itu. Dan, tentu saja bagaimana Nabila di duduk oleh kedua orangtuanya.

"Semua itu, bukan idenya Nabila, Pa! Tapi, Oma Sukma," ucap Fathan.

"Pantas saja. Sejak dari awal, aku memang sudah tidak menyukai kehadirannya," aku Aditya.

"Dari mana kamu tau, semua rencana mereka?" sela Yulia, yang penasaran dengan cerita berikutnya.

Ada rasa tidak percaya dengan semua cerita putranya. Namun, sejak awal ia juga kurang menyukai sosok Sukma yang selalu ada membuntuti Nabila dan menjadi benalu dikeluarga calon besannya.

"Nabil! Dia mendengar semua rencana mereka, awalnya Nabila menolak, karena takut. Namun, Oma Sukma kembali meyakinkannya untuk tetap melanjutkan rencananya," jelas Fathan.

"Jadi, Nabil mengetahui semua rencana mereka dan memberitahu kamu?" tanya Aditya.

Fathan mengangguk. "Setelah mendengar semuanya, apa Mama masih berharap aku melanjutkan hubungan ini?"

Yulia terdiam membisu, tidak tahu harus menjawab apa.

"Semula, seiring berjalannya waktu. Aku mulai bisa menerima sosok Nabila dan merelakan semuanya. Akan tetapi, dengan adanya kejadian itu, rasa benci dihatiku kembali tumbuh. Bahkan, semakin besar," aku Fathan dengan jujur.

Aditya menarik napas dalam dan panjang. Pria yang masih terlihat tampan di usia senjanya itu, tampak tak bisa berbicara apapun lagi.

"Papa menyerahkan semua keputusan di tanganmu. Papa yakin, apapun keputusanmu, itu pasti yang terbaik untuk semua," ujar Aditya, memberi dukungan untuk Fathan.

"Terimakasih, Pa!" ucap Fathan.

"Tunggu dulu! Mungkin, Mama setuju untuk kamu membatalkan pertunangan. Akan tetapi, jangan harap Mama akan memberikan kamu restu untuk bersama gadis itu," ucap Yulia.

"Terserah! Aku akan tetap dengan keputusanku, meskipun dengan atau tanpa restu, Mama!" tegas Fathan.

Pemuda itu lalu meninggalkan kediaman kedua orangtuanya dan kembali ke apartemennya. Yulia hanya bisa menatap punggung putra kebanggaannya. Ada rasa haru, mendengar pengakuan dari Fathan. Namun, karena rasa gengsi yang tinggi dan enggan mengakui kesalahan. Membuat Yulia, berpegang teguh pada prinsipnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!