Bukan cerita poligami... Ini cerita dua orang wanita yang tidak mau mencapai surga dengan cara berbagi suami...
Shanshan mengira, menjadi cucu dari keluarga kaya raya, dan model seksi ternama, bisa membuatnya mudah mendapatkan Emyr; pria yang dicintainya...
Rupanya tidak, karena background kehidupannya, justru menjadi masalah bagi hubungan cintanya...
Shanshan harus menyaksikan pernikahan kekasihnya bersama wanita surga pilihan orang tua Emyr...
Meski nyatanya cinta Emyr masih untuknya, tapi ia tidak rela menjadi madu dari salah satu kaumnya (perempuan). Jangan sampai ada surga tak terindu: baginya dan Adeeva.
“Sekalipun aku tidak berpikir untuk menyentuhnya, rasaku masih tulus padamu, Shan," ucap Emyr.
“Allahumma baid baini wa baina.” Berkaca-kaca Shanshan merapalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak pantas
Tergesa-gesa Emyr berlari menerobos barisan teman temannya, mendatangi Adeeva yang masih berdiri di antara kendaraan mewah.
Adeeva tersenyum menyambut, lalu senyum manis itu meredup setelah raut kesal Emyr terpahat di wajah tampannya.
"Kamu ngapain di sini? Ini negara orang, lain kali, jangan pergi tanpa izin dariku, harusnya kamu tahu aturan itu." Bagaimana pun, Emyr memiliki tanggung jawab besar terhadap istrinya ini.
Adeeva menunduk bersalah, bukan sengaja membuat Emyr khawatir, sejatinya ia hanya ingin menjadi istri yang baik bagi suaminya, itu saja.
Emyr mengutak-atik ponsel, ia memesan taksi, demi memastikan kenyamanan dan keamanan istri pilihan orang tuanya.
...{[<<
Dari lantai tiga, Shanshan berdiri di sisi jendela kaca ruang kelas, mengamati bahasa tubuh Emyr dan Adeeva yang berdiri berhadapan di area parkir.
Terlihat jelas bahkan seakan transparan, seberapa besar Emyr mengkhawatirkan istrinya.
Lumrah saja, Ning Adeeva berhak atas lelaki itu, bukankah mereka sudah halal sedang ia tak lebih dari sebutir hama masa lalu.
Shanshan cukup sadar diri. Dan seharusnya tak perlu lagi bicara apa pun, Shanshan tahu Emyr takkan mungkin berani melawan orang tua yang telah membesarkan dirinya.
Apalah arti Shanshan? Hanya wanita yang ditemui setelah besar dan tampan. Lazim, jika Emyr patuh pada perintah Abah dan Ummi.
Masalahnya adalah, kenapa Shanshan harus merasakan sesak yang sesakit ini, terlebih ketika bertemu dengan pria itu? Apa ini berarti, ia masih belum bisa rela melepas?
Melihat lirikan dan tolehan kepala Emyr yang tiba-tiba mengarah padanya. Sesegera mungkin Shanshan menjauh dari jendela.
Shanshan berlari keluar, lelahnya berakhir pada bangku yang terletak di sudut taman berhias pohon-pohon tinggi menjulang.
"Ehm."
Lama termenung, dahaman berat seorang pria meleburkan keheningan. Meski tak menoleh, Shanshan paham betul; bahwa bukan Emyr yang ada di sisinya.
Sungguh sial memang, bahkan untuk aroma tubuh Emyr dzemir saja Shanshan masih terlampau hapal.
Termasuk, wangi damai dari parfum non alkohol yang entah apa namanya, jelasnya Shanshan candu aromanya.
"Kau lupa tagihan mu," kali ini Shanshan menoleh pada wajah tampan berlesung dengan gigi bergingsul.
Untuk kedua kalinya, Haikal menyatroni dirinya bahkan kedua kalinya pula pria itu tersenyum manis padanya.
Shanshan sendiri bingung, kenapa tiba-tiba saja Haikal sok kenal sok akrab padanya.
Padahal ia tahu, dahulu Haikal sama seperti Emyr yang enggan menatapnya. Namun...
Setidaknya sekarang Shanshan paham, bahwa ada sebagian laki-laki yang menjauh karena sedang menjaga pandangannya.
Lagi-lagi ia mengakui, berkat Emyr, ia tahu, bahwa tanpa sadar, selama ini ia dilecehkan mata laki-laki.
Yah, mungkin juga itu alasan Haikal. Pria itu enggan menyapa meski acap kali mereka bertemu di acara talk show televisi Indonesia.
Selain kuliah di sini, Haikal seorang publik figur yang berkiprah dengan syi'ar agamanya. Sesekali terjun ke jalanan negara tercintanya, menilik bagaimana hidup masyarakat kelas bawah.
Sedikit banyak Shanshan mendengar cerita para media, Haikal terkenal akan ketinggian sosialnya. Ramah tamah, dermawan, dan cepat akrab dengan siapa saja.
"Tagihan apa?" Gadis itu menatap tak paham wajah nyengir Haikal. Apa seakrab itu kah mereka, sampai Haikal harus mengingatkan dirinya soal tagihan.
"Kemarin kau pergi begitu saja. Kamu lupa bayar americano, bahkan buku yang kau baca, belum sempat dikembalikan. Kau tahu, aku yang membayar tagihan kopi dan buku mu."
"Astaghfirullah, aku lupa Kal!" Shanshan menepuk kepala berkhimar miliknya.
Haikal menyengir, kepuasan batinnya nampak ketika Shanshan menunjukkan gurat bersalah dan gerakan gusar.
Pilu yang barusan ia lihat di wajah cantik itu, kini membuyar berantakan. Bukankah ini berarti, misinya menghibur telah berhasil?
"Jadi berapa tagihannya?"
"Satu kosong."
"Hah?" Mata dan mulut bulat itu melebar. Shanshan tak cukup paham dengan kode- kode pemuda santri. "Aku tanya berapa tagihan kopi ku, bukan skor bola!"
Haikal tergelak semu. "Aku tidak suka di bayar langsung Shan, jadi lebih baik, traktir balik lagi saja, setelah itu, kita satu seri," ujarnya.
Shanshan terkekeh samar. Rupanya Haikal berani trik juga. "Kamu lagi modus?"
"Yang bener sih lagi usaha Shan." Keduanya tertawa bersamaan, bahkan Haikal melihat tawa Shanshan begitu renyah. "BTW, kamu cantik kalau tersenyum begitu," pujinya.
"Ini definisi, ustadz juga manusia... Gombal."
"Aku serius Shan, kamu cantik, cocok kalau dijadikan istriku." Sontak, Shanshan tertawa lebih lama dari sebelumnya.
Haikal tergelak geli setelah itu, ia sendiri mengutuk keras dirinya, sejak kapan ia berani cosplay menjadi buaya rawa.
Tawa Shanshan yang berangsur-angsur mereda digantikan dengan terbitnya senyum manis. "Btw makasih, traktirannya kemarin."
Shanshan akui, ia cukup terhibur. Meski belum begitu dekat, setidaknya masih ada seseorang yang pandai merawat hati terluka miliknya.
Lebih-lebih, kata-kata mutiara Haikal selalu membuat Shanshan sadar akan arti dari sebuah proses pendewasaan.
Tak dipungkiri, mengenal Emyr dan Haikal, menjadikan ia merasa miskin atas ilmu yang tidak seberapa.
Banyak hal yang tidak Shanshan ketahui sebelumnya, dan menjadi tahu setelah bertemu mereka.
Haikal tak berhenti tergelak, di sela candaan mereka, Haikal merapal kalimat syukur. Yah, ia bersyukur telah menjadi teman baik Shanshan.
Haikal yakin, satu sama lain dan dengan perlahan-lahan keduanya saling mengenal lebih dalam.
Satu yang mungkin sedikit sulit untuk Shanshan ketahui; bahwa telah lama sudah ia mengamati gadis cantik itu dari kejauhan.
Gadis yang begitu pintar menindas dirinya untuk tidak lagi menyeleksi. Dari Shanshan, ia menemui segalanya, segala apa pun yang diperlukan nalurinya bahkan raganya.
Senyuman Shanshan, mata indah Shanshan, kebaikan Shanshan, ketulusan Shanshan, Haikal bahkan mengenal lebih dalam; apa dan bagaimana gadis itu. Substansi yang ia cari dari seorang teman hidup, seolah ada pada gadis itu.
Emyr sang tampan sempat membuat Haikal patah arang. Haikal urung mendekat, dan seperti pengecut, ia hanya berani menatap dari kejauhan.
Bukan tak pernah mencoba untuk mendekati gadis itu. Sebab sudah ada momen, di mana sebuket bunga mawar yang ingin sekali ia berikan pada Shanshan, layu di kamarnya setelah tahu, Emyr dzemir lah pilihan gadis itu.
Kali ini, biar Emyr mundur meninggalkan bekas sakit di hati Shanshan, Haikal yang akan maju dengan penawarnya.
Sepertinya tak sia-sia, jika sebutan harap dalam setiap doa yang terpanjat, selalu ada nama Shanshan di bibirnya.
"Jadi kapan traktir aku balik? Aku cukup buru-buru," kata Haikal. "Baiklah, sore ini, di cafe kemarin, aku memaksa," timpalnya.
Shanshan menggeleng, pemuda itu cukup tergesa-gesa. Tapi entahlah, bersama Haikal, ia seperti merasa ada yang membawa lari luka lukanya.
...{[<<
"Myr," panggil Berg.
Pria itu menggeleng saat tangannya meraih pundak sahabatnya. Emyr baru saja akan mengayun langkah ke arah bangku taman.
Jelas, Emyr hendak mendatangi Shanshan dan Haikal, yang bahkan tidak sadar akan keberadaannya.
"Kamu sudah beristri, tidak pantas kamu terus mengejarnya," imbuh Berg menasehati.
Emyr mendengus. "Tapi aku perlu bicara dengannya, masih banyak hal yang ingin aku sampaikan," lirihnya.
Berg menggeleng ringan. Orang yang biasanya bijak dan pandai menjaga diri, seolah hilang kendali atas dirinya sendiri.
Demi apa saja, ini kali pertama Emyr tak bahagia melihat senyuman Shanshan. Yah, senyum cantik yang berasal dari pemuda selain dirinya.
^^^📌 Terima kasih sudah pada mampirr di sini.... Selamat bersahur....^^^