Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Jawab Pertanyaan Saya!
"Evangeline Dorius! Lanjutkan jawab pertanyaan yang saya tanyakan tadi!" Pak Theo berucap.
Dengan gugup, Eva pun bangkit dari tempat duduknya dengan tangan kanannya memegang buku.
"Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat yang memiliki kecenderungan untuk menyumbangkan ion H+ pada zat lain adalah asam. Sedangkan zat yang memiliki kecenderungan untuk menerima ion H+ dari zat lain adalah basa." Eva menjelaskan apa yang dia baca di buku.
Hening.
Tidak ada yang berbicara setelah Eva selesai menjawab pertanyaan pak Theo. Semua orang seolah enggan berkutik karena sedari tadi Pak Theo pun diam.
"A-anu pak, saya sudah selesai menjawab. Apa saya sudah boleh duduk?" Tanya Eva memecah keheningan lalu duduk, karena sedari tadi dia lelah berdiri sementara pak Theo hanya diam.
Saat Eva hendak duduk di kursinya, perkataan seseorang mengurungkan niatnya. "Siapa yang menyuruhmu untuk duduk?!" Ujar Pak Theo dengan nada tegasnya.
"Apa saya ada salah pak?" Tanya Eva dengan gurat cemas terlihat di wajah manisnya. Sementara seluruh siswa-siswi yang berada di kelas sudah ketar-ketir dibuatnya.
Pak Theo pun bangkit dari duduknya lalu menuju ke depan papan tulis. Dengan tangan kanan memegang buku yang sudah digulung dan tangan kirinya dimasukkan ke saku celananya.
"Kamu bertanya dimana kesalahanmu? Sekarang saya bertanya kepadamu, apa saya pernah bilang boleh membaca dari buku?!"
Eva hanya diam menunduk mendengar pertanyaan Pak Theo.
"Jangan menunduk! Jawab pertanyaan saya!" Ujar Pak Theo menaikkan suaranya satu oktaf.
Dengan rasa takut serta bulir bening yang bercucuran di pelipisnya, Eva pun menjawab. "Ti-tidak ada pak." Gugupnya.
"Lalu apakah kamu paham apa yang kamu baca?" Tanya Pak Theo lagi.
Eva menggeleng, tanda tidak mengerti. Karena memang benar dia tidak mengerti apa yang dibacanya, jangan ditanya lagi, itu karena Kimia merupakan pelajaran yang paling dibenci oleh Eva si juara 2 umum.
Di semua mata pelajaran, Eva selalu saja mendapatkan nilai yang bagus namun, berbeda dengan nilai pelajaran kimianya. Hancur!
"Apakah kalian kemarin malam belajar?! Menjawab pertanyaan mudah seperti ini saja tidak ada yang bisa?!" Teriak pak Theo dengan tatapan mengintimidasinya.
Semua siswa-siswi serempak menunduk, padahal tidak ada mengheningkan cipta.
"Saya tidak mau tahu! Besok-besok kalau sudah mata pelajaran saya, kalian harus wajib belajar agar kalau saya tanya kalian bisa menjawabnya! Kalau tidak ada yang bisa menjawab, silahkan kalian menuju ruang BK dan renungkan diri kalian disana!" Ujar pak Theo.
"Satu lagi, setiap pelajaran saja sebelum dan sesudah pembelajaran akan diadakan Pre-test dan Post-test untuk mengetahui sejauh mana kalian memahami pelajaran yang saya ajarkan." Lanjutnya lagi.
Sontak itu membuat semua siswa-siswi melongo mendengarnya, ingin protes tapi takut nilai melayang. Umpamanya seperti maju salah mundur juga kena.
*
2 jam pun berlalu, seluruh Siswa XI MIPA 1 pun keluar dari ruangan kelasnya untuk beristirahat ke kantin.
Jangan ditanya bagaimana perasaan mereka semua setelah melalui 2 jam belajar Kimia with Pak Theo, yang pasti jawabannya semuanya tertekan.
Belum lagi pekerjaan rumah yang tidak masuk akal diberikan oleh Pak Theo sebelum mengakhiri pelajaran.
"Akhhh! Kesel banget gue, bisa-bisanya Pak Theo ngasih PR banyak bet." Ucap Mitha yang berjalan menuju kantin bersama Eva dan Grace.
"Sudahlah, kita pasrahkan saja pada Tuhan. Tapi, kalau dilihat saat ngajar Pak Theo ganteng juga ya." Ucap Grace lalu membayangkan Pak Theo.
"Huuuu, otak isinya cogan ya gini." Kesal Mitha.
Mitha dan Grace pun menoleh ke arah Eva yang sedari tadi diam tak menanggapi.
"Woi! Ada apa? Dari tadi diem aja." Grace menepuk pelan pundak Eva.
Eva pun menghela nafasnya. "Jangan ditanya lagi lah, males." Jawab Eva yang masih kesal terhadap guru barunya.
"Gue tau gimana perasaanmu. Sabar ya." Ucap Mitha menenangkan Eva.
Tiba-tiba Grace pun terbesit sebuah ide. "Guys, bagaimana kalau nanti kita ke mall nonton film? Yah hitung-hitung ngilangin stress habis diajarin Pak Theo, mumpung besok weekend." Ujarnya.
"Ide lu boleh juga. Eva ikut kan?" Tanya Mitha dengan puppy eyes nya yang diikuti juga oleh Grace.
Eva pun tampak berfikir. "Hmm, nanti aku gak kerja soalnya ngajak mama ke rumah sakit. Jadi, bisalah tapi gak bisa lama-lama." Jawab Eva mengiyakan.
"Yes!" Grace dan Mitha bersorak gembira.
"Ayo cepetan ke kantin, nanti keburu penuh loh gak ada tempat." Ucap Eva lalu menarik kedua tangan sahabatnya.
Bersambung……