Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
“Hari ini sopirku yang akan mengantarkanmu ke kantor klien,” perintah Alex pada Randy pagi ini.
Merasa aneh karena biasanya ia akan pergi dengan Geni, Randy tak ingin ambil pusing. Ia pikir, toh juga hanya sebentar saja. Ia lalu bergegas turun ke bawah untuk menemui sopir Alex.
“Mari,” sopir Alex mempersilakan Randy masuk ke dalam mobil.
“Ke PT. Wiliam Jaya ya, Pak?” lanjutnya ketika Randy sudah berada di dalam mobil.
“Ya,” jawab Randy singkat.
Selama perjalanan, sopir Alex itu seperti dengan sengaja beberapa kali melewatkan mobilnya di perlintasan kereta api. Beberapa kali juga mobil harus berhenti saat kereta lewat. Memori buruk Randy puluhan tahun pun seakan kembali terputar dalam otaknya. Saat melihat dengan jelas kereta api melintas di hadapannya, ia sungkurkan wajahnya hingga tubuhnya hampir jatuh.
Ia yang tak tenang, hanya bisa menarik kemejanya begitu kuat. Takut, cemas, gelisah ia rasakan. Sekuat tenaga ia menahan teriakan histerisnya dengan selalu memalingkan wajahnya ketika melewati rel.
Hingga puncaknya, mobil yang dikemudikan sopir Alex itu hampir saja terperangkap pada pintu perlintasan yang hampir tertutup. Syukurnya, petugas palang pintu yang berjaga segera kembali membukanya sebentar sebelum akhirnya menutup kembali pintu perlintasan itu. Memucat, jantung ayah Gio itu berdegup kencang, nafasnya tak teratur.
“Sial!” gumamnya kesal.
Sementara sopir Alex itu seakan sedang menyembunyikan kepuasannya karena telah berhasil melaksanakan perintah bosnya.
Hal itu kembali terjadi saat mereka perjalanan pulang menuju kantor, meski Randy telah mengingatkan sang sopir agar menghindari rel kereta api.
“Maaf, Pak, saya hanya tahu jalan ini,” jawab sopir Alex itu berpura-pura.
***
Mulai kembali beraktivitas seperti semula, kali ini Alya ingin menemani Gio sekolah. Ia bahkan menunggu sampai anaknya keluar dari kelas. Waktu yang telah ia lewatkan begitu saja karena mengalami gangguan psikis, seakan ingin ditebusnya.
Nana yang menemani Alya hari ini, berharap Randy juga akan menemui Gio. Ia terlihat tak tenang sedari tadi. Entah mengapa, ia ingin sekali Randy dan Alya bertemu pagi ini, setidaknya, ada ia yang akan menguatkan Alya jika temannya itu kembali takut saat melihat Randy.
"Na, ada apa?" Alya melihat Nana seperti mencemaskan sesuatu.
Menggeleng, Nana mengaku tak ada apa-apa.
Hingga beberapa waktu kemudian, Gio dan teman-temanya berlarian keluar kelas.
“Mamaaa,” teriak Gio berlari dan memeluk mamanya.
Nana celingukan, mulai pasrah karena Randy tak juga menunjukkan batang hidungnya. “Padahal ini kesempatannya.”
“Na, ayo pulang,” ajak Alya.
Mengangguk, Nana pun menggandeng anak-anak panti yang lain untuk kembali pulang.
Saat meninggalkan sekolah pun, Nana masih memastikan bahwa Randy dan asistennya itu akan segera tiba, tapi ternyata memang sepertinya mereka tak ke sekolah Gio hari ini.
Sejujurnya, ia juga ingin bertemu Geni lagi.
Sementara itu, Randy yang baru saja tiba di kantor, segera menghampiri Geni yang sudah menunggunya di mobil.
“Kita jalan sekarang, Tuan?” tanya Geni memastikan.
Ya, hari ini Randy akan melakukan pertemuan dengan Nadia juga kuasa hukum mereka masing-masing, untuk membicarakan proses perceraian mereka agar bisa rampung secepat mungkin, setelah proses mediasi dinyatakan gagal karena tak adanya kesepakatan untuk kembali bersama.
Hingga saat mereka telah bertemu secara tertutup dan diam-diam, Randy dan Nadia pun saling berpandangan.
"Terima kasih sudah mau melakukan semua ini,” ujar Randy pada mantan istrinya itu.
Meski tak saling cinta, tapi 6 tahun bukan lah waktu yang singkat untuk tak saling mengenal. Pasti ada rasa yang berat ketika mereka akhirnya harus berpisah. Tapi, ini lah yang terbaik agar keduanya bisa menjalankan hidup mereka masing-masing.
Mengangguk pelan, Nadia mencoba berdamai dengan semua ini, demi sang papa dan dirinya sendiri ke depannya.
Begitu pun dengan Randy, yang harus mengalami semua ini demi memperjuangkan apa yang seharusnya ia perjuangkan, terutama untuk Alya dan Gio.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu