Menjadi anak broken home bukanlah cita2 seorang gadis bernama Arlita Mahesa membuatnya menjadi pribadi yang tertutup tidak mempercayai yang namanya cinta,baginya cinta hanyalah kata-kata klise
Hingga seseorang telah membuatnya berubah dia adalah seseorang yang bernama Pramudya Gilang Perdana"Aku akan buktikan bahwa cinta itu indah" ucapnya
"Tunjukan aku hanya ingin bukti bukan ucapan" ucapku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airina Nu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.Rasa apa ini
Saat pertama kali Pramudya datang ke rumahku di hati ini merasakan ada sesuatu entah apa.
Selama ini Aku hanya merasakan hampa,kesal dan entah perasaan apa lagi yang ada di hati.Mungkinkah itu semua terjadi karena adanya rasa kecewa pada sosok sang Ayah yang membuatku selalu saja menutup diri karena rasa takut jika Aku merasakan sakit hati lagi.
"Pagi semua". sapa ku saat tiba dimeja makan.
"Pagi kak," Faiz menjawabnya sambil tersenyum.
" Kamu kenapa iz lihatin kakak seperti itu?tanyaku sambil menaruh nasi goreng ke dalam piring.
"Engga kok kak".
" Yakin?
"Faiz cuma mau tanya sesuatu".
"Apa itu?
"Kira-kira kak Pram ada waktu ngga buat ajarin Faiz berlatih bola basket,kebetulan sekolah Faiz mau ikutan Turnamen kak".ucapnya panjang lebar.
" Memangnya tahu dari mana Kak Pram bisa bermain basket?
"Tahu dari Kak Pram".
" Oh gitu, ya udah nanti kakak tanyain sama orangnya ya".
"Makasih kak."
" sama-sama."
"Nak Pram itu baik ya kak"ucap ibunya.
"Iya, dia memang baik Bu."
"Cocok kalo jadi pacarnya kak Lita".celetuk Mutia.
Deg...
Aku terdiam.
Ibu dan Faiz menatap Mutia.Mutia yang merasa bersalah bicara menjadi terdiam.
"Kakak sudah kenyang,kakak berangkat duluan."pamit ku sambil mencium tangan Ibuku dengan takzim.
"Assalamu'alaikum.
"Wa'alaikumsalam"
Setelah Arlita pergi,dimeja makan suasana kembali sunyi.
"Dek,jangan pernah bicara begitu lagi sama kak Lita sepertinya kak Lita tidak nyaman jika kita membahas tentang urusan pribadinya".ucap Faiz.
" Maaf Kak sebenarnya Tia hanya keceplosan tadi,sumpah Tia tidak bermaksud seperti itu."ucapnya menyesal.
"Ya udah nanti minta maaf sama kak Lita,"ucap sang ibu.
Mutia menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai mereka berdua berangkat sekolah bersama karena mereka bersekolah ditempat yang sama.
Lita memasuki gedung sekolah,di sana sudah banyak siswa dan siswi yang datang.
" Lita..".panggil seseorang.
Aku melihat Tea dan Gea lalu tersenyum
"kalian baru datang?tanyaku.
" Iya".jawab Gea lalu menghampiri ku dan kami pun berjalan beriringan menuju kelas.
Suasana di dalam kelas sudah ramai,Aku melangkah menuju tempat duduk ku.
Aku juga melihat Pramudya sudah datang.
Pramudya melihatku dan tersenyum.
"Kenapa Ar?tanyanya.
" Apa kamu ada waktu luang?" Faiz ingin minta kamu untuk melatihnya main bola basket".
Pramudya diam sebentar karena sedang berpikir.
"Hari Sabtu dan Minggu aku free,jadi bisa buat melatih basket,soal tempat tentuin sendiri lalu kabarin aku kalau sudah siap."
"Baiklah nanti ku kasih tahu sama Faiz kalo kamu bisa ngajarin Faiz. Thanks".
"Sama-sama".
Bel berbunyi tanda masuk lalu pelajaran pun dimulai.
Setelah hari itu Pramudya mulai merasakan kalau Arlita telah sedikit berubah,entah apa yang terjadi.Arlita mulai menghindar saat tidak sengaja bertemu baik di sekolah maupun di Restoran.
Seminggu berlalu.
Suasana pagi di kantin tempatku sekolah sangat ramai banyak siswa-siswi yang makan disana.Aku,Tea dan Gia pun ikut serta meramaikannya juga dengan ikut makan di sana.
Saat asyik makan tiba-tiba seseorang berdiri dan mendekatiku.
" Wah ternyata ada orang susah makan disini."ucapnya dengan senyuman mengejek.
Aku hanya diam tanpa merespon dengan apa yang di ucapkan nya.kata-kata itu sudah sering Dia ucapkan jadi Aku sepertinya biasa saja menanggapinya.
sikapku acuh seakan -akan tidak ada orang dan melanjutkan makan ku.
"Brak." suara meja di gebrak
"Elo tuli ya sampai gue ngomong,elo tidak denger ya? tanya Yana kesal.
Gea yang kesel langsung berdiri,saat hendak menyahut untuk membalas kata-kata itu
Lita langsung ikut bicara"
"Biarkan saja."
"Tapi Lita kata-kata si Yana sangat keterlaluan,kalau tidak dibalas nanti dia bisa besar kepala".ucap Gea lagi.
Arlita berdiri berhadapan dengan Yana cs,tanpa bicara apapun Lita melangkah pergi meninggalkan kantin diikuti Tea dan Gea.
Hati Yana semakin emosi karena Lita sama sekali tidak menanggapinya."Awas lo nanti".ancamnya geram.
Saat tiba di dalam kelas Lita melihat Pramudya,laki-laki itu tersenyum
"Deg...deg..deg."
suara jantungku berdetak sangat kencang,perasaan apa ini."ucapku dalam hati.
bersambung