NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelatihan Energi dan Relik Dewa Kegelapan

Beberapa hari telah berlalu sejak aku menerima Takashi sebagai guruku. Setiap hari terasa seperti ujian berat. Tubuhku sudah terbiasa dengan latihan fisik, tapi pelatihan energi... ini adalah hal yang berbeda. Hari ini, pelatihan dimulai dengan sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya energi luar dan energi dalam.

“Kaelan,” panggil Takashi dengan suaranya yang tenang tapi berwibawa. “Hari ini kita akan membahas dasar dari semua kekuatan. Sebelum kau bisa belajar teknik Ruhangis atau apa pun, kau harus memahami dua jenis energi yang ada di dunia ini: Tenryoku dan Inryoku.”

Aku mengangkat alis, mencoba menyerap setiap kata. "Apa itu?" tanyaku.

“Tenryoku,” kata Takashi, “adalah energi luar. Ini adalah energi yang berasal dari alam di sekitarmu udara, tanah, pepohonan, air, semuanya memiliki energi yang bisa kau serap dan gunakan. Sementara itu, Inryoku adalah energi dalam, energi yang sudah ada di dalam tubuhmu. Setiap makhluk hidup memiliki Inryoku yang berbeda, tergantung pada kekuatan mental, fisik, dan jiwa mereka.”

Aku mencoba memahaminya, tapi ini semua terasa begitu abstrak. Energi luar dan dalam? Bagaimana caranya aku bisa mengendalikannya? Rasanya jauh lebih rumit dibandingkan hanya mengayunkan pedang atau menghancurkan lawan dengan kekuatan fisik.

Takashi, seakan membaca kebingunganku, mengelus jenggot panjangnya sambil tersenyum samar. “Kaelan, jangan terlalu serius. Mengendalikan energi ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam satu malam. Ini memerlukan waktu, disiplin, dan ketenangan.”

Aku mengangguk, meski tetap merasa ragu.

“Cobalah untuk memusatkan pikiranmu,” lanjut Takashi. “Bayangkan dirimu seperti sungai yang mengalir. Aliran air itu adalah Tenryoku, energi luar yang mengalir dari alam. Kau perlu merasakannya, menyerapnya, tapi jangan mencoba mengendalikan terlalu cepat. Biarkan energi itu mengalir secara alami. Di saat yang sama, kau juga harus menemukan pusat dari dirimu sendiri, tempat Inryoku berada. Pusat kekuatanmu ini terletak di dalam dirimu, dan kau harus mampu merasakannya sebelum bisa mengendalikannya.”

Aku duduk bersila di tanah, menutup mata, mencoba merasakan aliran energi yang dia bicarakan. Selama beberapa saat, hanya ada kekosongan dalam pikiranku. Tidak ada angin, tidak ada suara, hanya diam.

Namun, setelah beberapa waktu, aku merasa ada yang salah. Tidak ada yang terjadi. Energi luar dan dalam yang Takashi bicarakan tidak terasa sama sekali. Aku membuka mataku, melihat Takashi yang hanya menatapku dengan senyum kecil yang sedikit mengganggu.

"Ini tidak berhasil," kataku.

Takashi tertawa kecil. “Kau terlalu tegang, Kaelan. Kau seperti seorang bocah yang mencoba menangkap angin dengan tangannya. Tidak akan berhasil jika kau memaksakannya. Mengendalikan energi ini bukan seperti menangkap sesuatu, melainkan lebih seperti mengarahkan arus sungai yang sudah ada. Kau hanya perlu menjadi bagian dari aliran itu.”

Aku menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. “Bagaimana aku bisa menjadi bagian dari sesuatu yang tak terlihat?”

Takashi tersenyum lagi. “Bayangkan seperti ini. Tenryoku, energi luar, adalah angin. Dan Inryoku, energi dalammu, adalah api kecil di dalam dirimu. Kau harus memikirkan cara menggunakan angin untuk mengipasi api itu. Tapi jika kau menggunakan angin terlalu kencang, apinya padam. Jika terlalu pelan, apinya tidak menyala. Kau perlu menemukan keseimbangannya.”

Aku mendengus, meski kata-katanya lebih masuk akal sekarang. “Jadi aku harus menjadi angin yang cukup lembut untuk menyalakan api, tapi cukup kuat untuk tidak memadamkannya.”

Takashi mengangguk. “Tepat sekali.”

Aku menutup mataku lagi, kali ini membayangkan api kecil yang ada di dalam diriku Inryoku dan angin lembut yang mengalir dari sekitarku Tenryoku. Perlahan, aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Seperti ada aliran lembut yang merambat di bawah kulitku, menghangatkan tubuhku dari dalam.

Aku membuka mata, terkejut. “Aku bisa merasakannya!”

Takashi mengangguk dengan tenang, meski aku bisa melihat kilatan bangga di matanya. “Bagus, kau sudah memahaminya. Tapi ini baru permulaan. Setelah kau bisa merasakan Tenryoku dan Inryoku, kau harus belajar mengendalikannya. Tanpa pengendalian yang tepat, energi ini bisa menjadi bencana.”

Aku mengangguk dengan semangat. “Apa langkah selanjutnya?”

Takashi menatapku dalam-dalam. “Sekarang kau bisa merasakan kedua energi itu, kita akan melanjutkan latihan untuk memperkuat kendalimu. Kau akan berlatih menyerap Tenryoku dari alam dan memperkuat Inryoku dalam dirimu. Setelah kau benar-benar menguasai keduanya, kita akan masuk ke pelajaran teknik.”

Aku merasa antusias, tapi Takashi memperingatkan dengan nada serius. “Namun, jangan pernah terlalu bangga, Kaelan. Ini baru langkah pertama dari perjalanan panjang. Masih banyak yang harus kau pelajari.”

Aku menelan ludah, merasa terintimidasi oleh tantangan di depan. Namun, semangatku tak surut. Aku sudah merasakan sedikit kekuatan, dan aku ingin lebih.

Takashi tiba-tiba menghela napas dan duduk bersila di depanku. “Kau tahu, saat aku seumuranmu, aku juga memiliki ambisi besar. Aku berkelana dari satu tempat ke tempat lain, dari satu benua ke benua lainnya, belajar banyak hal dari para praktisi di seluruh dunia. Aku berasal dari Benua Murim, tempat para praktisi seni bela diri terbesar berasal.”

Aku mendengarkan dengan penuh perhatian. “Apa kau pernah berkelahi dengan banyak orang?” tanyaku.

Takashi tersenyum tipis. “Oh, lebih banyak dari yang bisa kau bayangkan. Aku pernah menghadapi banyak lawan kuat, bahkan beberapa di antaranya hampir membunuhku. Tapi itulah esensi dari perjalanan. Pengalaman adalah guru terbaik.”

Aku mengangguk, merasa terinspirasi oleh ceritanya. Namun, tiba-tiba, aku melihat pandangan Takashi beralih ke tanganku. Dia menatap cincin yang kupakai cincin yang kudapatkan di reruntuhan gelap itu.

“Cincin itu...” kata Takashi dengan nada berbeda. “Itu bukan sembarang cincin.”

Aku menatapnya, terkejut. “Apa maksudmu?”

Takashi melirik cincin itu dengan serius. “Itu adalah salah satu dari Relik Dewa. Tepatnya, Relik Dewa Kegelapan. Ada dua belas Relik Dewa di dunia ini, masing-masing mewakili dewa-dewa kuno yang pernah menguasai dunia. Cincin yang kau pakai adalah salah satunya, sebuah peninggalan dari Dewa Kegelapan yang misterius.”

Aku menatap cincin itu dengan takjub. “Relik Dewa Kegelapan? Apa yang bisa dilakukan cincin ini?”

Takashi menghela napas. “Aku belum tahu pasti, tapi dari apa yang kulihat, Relik ini bisa memberi penggunanya kekuatan besar, meskipun mungkin ada harga yang harus dibayar. Setiap Relik Dewa memiliki kekuatan unik, dan hanya beberapa yang pernah ditemukan.”

Aku menatapnya dengan cemas. “Apa ada lagi selain cincin ini?”

Takashi mengangguk. “Ada dua belas Relik Dewa yang pernah terdokumentasi. Tapi dari dua belas itu, hanya lima yang pernah aku lihat sendiri. Sisanya masih menjadi misteri hingga sekarang.”

Aku merasa ketegangan di dalam diriku meningkat. Relik yang kupakai... Apakah ini akan membawaku pada kekuatan yang lebih besar, atau justru sesuatu yang berbahaya? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Namun, satu hal yang pasti: pelatihanku baru saja dimulai. Dan aku harus siap menghadapi apa pun yang datang di depanku, baik itu kekuatan, tantangan, atau rahasia kelam dari Relik Dewa ini.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!