NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Duka

Takdir Di Balik Duka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / One Night Stand / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Menikah Karena Anak
Popularitas:94.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

“Silakan pergi dari mansion ini jika itu keputusanmu, tapi jangan membawa Aqila.” ~ Wira Hadinata Brawijaya.

***

Chaca Ayunda, usia 21 tahun, baru saja selesai masa iddahnya di mana suaminya meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, ia dihadapi dengan permintaan mertuanya untuk menikah dengan Wira Hadinata Brawijaya, usia 35 tahun, kakak iparnya yang sudah lama menikah dengan ancaman Aqila—anaknya yang baru menginjak usia dua tahun akan diambil hak asuhnya oleh keluarga Brawijaya, jika Chaca menolak menjadi istri kedua Wira.

“Chaca, tolong menikahlah dengan suamiku, aku ikhlas kamu maduku. Dan ... berikanlah satu anak kandung dari suamiku untuk kami. Kamu tahukan kalau rahimku bermasalah. Sudah tujuh tahun kami menikah, tapi aku tak kunjung hamil,” pinta Adelia, istri Wira.

Duka belum usai Chaca rasakan, tapi Chaca dihadapi lagi dengan kenyataan baru, kalau anaknya adalah ....



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Keputusan Wira

Keesokan paginya, Wira kembali ke kamar Chaca dengan membawa dokumen. Ia meletakkannya di meja di hadapan wanita itu. “Ini surat perjanjian pernikahan. Bacalah, dan jika kamu setuju, tanda tangani. Saya akan membawa Aqila ke sini setelah itu.”

Chaca menatap dokumen itu dengan pandangan kosong. Ia merasa seperti sedang menandatangani nasibnya sendiri. “Kamu benar-benar kejam, Pak Wira!”

Wira tersenyum tipis. “Saya tidak kejam, hanya melakukan apa yang perlu dilakukan. Tidak lebih.”

Chaca menggeleng. “Saya tidak akan menandatanganinya.”

Wira menghela napas panjang, lalu mendekat. “Kalau begitu, kamu tidak akan pernah melihat Aqila lagi. Sederhana.”

Chaca merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Ia tahu Wira tidak bercanda. Namun, ia juga tahu bahwa menyerah pada permintaan pria itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.

Sesaat di antara mereka berdua masih hening. Namun, tiba-tiba saja kepala pelayan datang membawa troli makanan mengantarkan sarapan pagi untuk Chaca atas perintah Wira. Ya, wanita itu keadaannya sedang dikurung sejak semalam oleh Wira, sehingga di pagi hari Chaca tidak bisa keluar dari kamar seperti biasanya. Meski pikirannya ingin kabur, tapi pengawasan Wira begitu ketat.

Sang kepala pelayan tanpa bersuara menyajikan semua makanan di atas meja sofa, lalu membungkukkan tubuhnya saat berpamitan pada Wira, tuannya.

“Sebaiknya kamu sarapan terlebih dahulu, agar kamu bisa berpikir dengan jernih. Setelah itu tanda tangani suratnya,” titah Wira, masih memaksa.

Pandang mata Chaca menengadah, sirat matanya yang penuh luka kini agak menajam. Sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

“Pak Wira yang terhormat, sudah saya katakan, saya tidak akan menandatangani surat tersebut. Dan tidak ada pernikahan di antara kita!” Dengan lantangnya Chaca berbicara.

Pria itu membalas tatapan adik iparnya, kakinya melangkah perlahan-lahan ke tempat duduk wanita itu. “Ini penawaran saya yang terakhir, Chaca. Turuti permintaan saya, atau—“ Pria itu membungkukkan tubuhnya di hadapan wanita itu, sehingga Chaca sedikit terkesiap dan tersentak mundur ke belakang.

“Hidupmu akan ada di penjara selamanya! Saya tidak akan segan menyeret kamu ke sana dengan segala cara,” bisik Wira mengancam.

Degh!

Wajah Chaca pias saat itu juga, kedua tangannya yang ada di atas pangkuannya terkepal. Wira menyeringai tipis, lalu kembali berbisik. “Menikah, menjadi istri kedua saya atau tinggal di penjara seumur hidupmu. Hanya dua pilihan yang saya berikan!”

Perlahan-lahan kepala Chaca menoleh, tampak jelas wajah Wira yang penuh dengan kelicikannya.

“Keterlaluan Anda, Pak Wira!” sentak Chaca, emosinya meluap.

Wira menegakkan kembali tubuhnya. “Sudah saya katakan padamu berulang kali, apa pun bisa saya lakukan. Mungkin tadi saya mempersilakan kamu jika memang tidak mau menandatangani surat perjanjian itu. Tapi dipikir-pikir jika saya bebaskan ... pastinya kamu akan mencari jalan untuk meraih Aqila dari keluarga kami. Maka dari itu mungkin sebaiknya kamu tinggal di hotel prodeo,” ujar Wira dengan senyum liciknya.

Hari Chaca bergemuruh, lantas ia berdiri dan melayangkan tangannya ke pipi Wira dengan kerasnya. Pria itu terkesiap, sampai wajahnya berpaling ke samping. Untuk pertama kalinya pria itu ditampar oleh wanita, selama ini Adelia sebagai istrinya saja sangat menghormatinya dan tidak pernah menamparnya.

“Beraninya, kamu!” Suara Wira menggema.

“Kenapa? Pikir Pak Wira saya tidak berani menampar Anda! Apa salah saya pada Pak Wira ... hah! Di luar sana masih banyak wanita yang bisa Anda pilih untuk dijadikan istri kedua! Tanpa harus menikah dengan saya! Saya ingin hidup bebas, dan tidak berada di dalam keluarga Brawijaya!” pekik Chaca, dengan sisa tenaganya meluapkan isi hatinya.

Wira mengusap pipinya yang masih terasa perih, pandangannya kembali menatap wanita itu. Lalu, ia menarik tubuh Chaca dengan merangkul paksa pinggang wanita itu.

“Akh!” Chaca memekik karena tubuhnya tersentak, kedua tangannya lantas menyentuh dada Wira seakan menjadi dinding yang memisahkan tubuhnya dengan tubuh Wira agar tidak begitu menempel. Pandangan mata mereka pun bersirobok.

Sirat mata Wira tampak berapi-api menghadapi adik iparnya yang sejak awal menolaknya secara terang-terangan, dan hal itu baginya bak merendahkan harga dirinya.

“Salahnya kamu sudah terlanjur masuk ke dalam keluarga Brawijaya! Dan jangan bertanya mengapa saya memilih kamu! Sepatutnya kamu bersyukur saya memilih kamu bukan wanita di luar sana!” sentak Wira.

“Tapi saya tidak pernah bersyukur dipilih oleh Anda, Pak—Akh!”

Chaca memejamkan mata saat Wira kembali menyentak tubuhnya, hingga mereka berdua pun semakin rapat dengan sempurnanya. Dibalik sorot mata Wira yang tajam, ada percikan yang tak bisa diartikan saat memandang wanita itu.

“Berdebat denganmu tidak ada gunanya, Chaca. Menghabiskan waktu saya saja di sini. Sebaiknya kamu sarapan, isi tenaga, dan bersiap-siaplah!” perintah Wira dengan sorot matanya yang mengintimidasinya.

Tubuh Chaca menegang, menatap bingung pria itu seraya mencerna maksud perkataan Wira barusan. Apakah mungkin?

Perlahan-lahan Wira menarik napas panjang tanpa melepaskan pandangan matanya, lalu mengurai pelukannya, meski terasa lambat gerakan tangannya.

Pria itu lantas berbalik badan dan berjalan menuju pintu tanpa berbalik badan. Luruhlah tubuh Chaca ke lantai usai pertengkarannya kembali.

“Maksudnya, a-ada a-apa ini?” tanya Chaca, pikiran mendadak buntu.

Wira yang sudah keluar dari kamar Cacha memberikan instruksi untuk tetap berjaga di sana, kemudian ia menghubungi asisten pribadinya melalui ponselnya.

“Dzaki, acara dimajukan, siapkan sore ini juga di mansion orang tua saya. Hubungi semua pihak yang terkait,” perintah Wira dengan tegasnya.

“Sore ini!” Dzaki terkejut, walau sebenarnya sudah diatur untuk minggu depan.

“Ya, sore ini juga!” tegas Wira.

“Siap, Tuan Wira.”

Wira mengakhiri teleponnya, kemudian bergegas mencari kedua orang tuanya beserta istrinya. Dan rupanya mereka semua berada di taman belakang menikmati sarapan pagi dengan bermain bersama Aqila.

Adelia menangkap sosok suaminya, lantas ia melambaikan tangannya dengan senyuman lebarnya. Dari kejauhan Wira menghela napas membuang ketegangan yang sempat terjadi, lalu membalas senyuman Adelia sembari melangkah ke sana.

“Duh, cucu Oma pintar ya makannya,” puji Mama Maryam saat menyuapi cucu satu-satunya.

“Pagi Mah, Pah,” sapa Wira ketika sudah mendekat, lalu duduk di sebelah istrinya.

“Pagi juga, Wira,” balas Mama Maryam bergantian dengan Papa Brawijaya.

Salah satu maid bergegas menaruh piring untuk Wira, lalu menyiapkan kopi.

Sejenak Wira memandang Aqila yang kini tersenyum lebar padanya dengan tatapan yang tampak ceria. “Om.” Suara riang Aqila terdengar renyah. Samar-samar pria itu tersenyum, lalu mengusap lembut pipi Aqila yang belepotan.

“Semalam Aqila tidak rewelkan, Mah?” tanya Wira sembari menunggu istrinya menuangkan nasi goreng untuknya.

“Aqila,‘kan sudah terbiasa juga tidur sama Mama dan Papa, pastinya tidak rewel, hanya sesekali saja cari mamanya,” balas Mama Maryam apa adanya.

“Baguslah kalau begitu.”

“Gimana, hasil pembicaraan kamu sama Chaca? Dia setuju?” tanya Papa Brawijaya.

Wira menunda menikmati sarapan paginya, ia menatap istrinya kemudian beralih kepada kedua orang tuanya.

“Sore ini saya akan menikahinya, Pah, Mah. Dan tampaknya tidak bisa menunggu minggu depan, ketimbang nanti dia berusaha kabur seperti kemarin,” ujar Wira serius.

Bersambung ... ✍️

1
Ila Lee
kn mereka sudah halal Adelia
宣宣
jangan jerit2 terus ondel2, nanti hipertensi loh.....
Herman Lim
lebay bgt sih yg jls ga nafsu sama bini ya lah wira dpt perawan chaca dah pasti buat on terus klo dkt sama pawang nya 🤣🤣🤣
Widia Sari
ais si adel ganggu aja masukin karung aja tu si adel biar gk ada pengganggu lagi hahhahaha
ve spa
Chaca seakan mengingat kembali adegan yang sama 😔
ve spa
Wira nii sebenarnya cembokur, tapi nggak ngaku, hadihh 😁
Yuni Say
😀😀😀
boma
masih terasa ya ca
hasatsk
duh akhirnya mulai terkuak...ternyata yang memperkosa itu......
Naufal Affiq
bilang aja wira kalau kamu yang sudah perkosa chaca,maka nya gak bisa lihat chaca sama lelaki lain,kamu itu cinta,tapi selalu memungkirinya,
@arieyy
aduhhhhh...hampir aja😩...adel ganggu ihhhh🤣🤣
Kimmy Doankz
salah si adel sendiri,dri awalkn udah di peringati sama chaca,,dan selalu chaca yg salah
Ila Lee
nk wira. yg cemburu
Nurhayati Nia
thorr apa jangan" dulu yang memperkosa chaca wiraa bukan ezarr
Nurhayati Nia
ah lagi karena kamu wira sableng chaca bkl kena amuk si perekedelll
Nurhayati Nia
mom gina aku dah ngasih vote yaa
lanjut
Nurhayati Nia
adel wira kalian manusia pada tidak tahu diri ya dari awal chaca udah pernah bilang kan sama kamu adel siap tidak untuk berbagi suami nah kalo sudah gini kenapa musti menyalahkan chaca dasar kalian orang"tamak
indy
adelia datang ada untungnya bagi Chaca, gak jadi diserang Wira
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
dih munafik wira dan adelia
Esin naufal
wira sm adel sama sama egois, kasihan chaca.. pergi aja cha, bawa aqila
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!