Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
“Ah sial! kurang ajar Si Bab* hutan itu sudah berani dia melawan ku!” dengus Danu kesal.
Ia membanting barang yang ada di rumah orang tuanya.
“Astaga! Ada apa Danu? Kenapa kamu pulang marah-marah seperti ini? Terus itu kenapa kamu bawa koper segala?” tanya ibu Danu denah mata yang terbelalak melihat isi rumahnya berantakan.
“Si Alina Bu, dia sudah berani mengancam menggugat cerai Danu, dia sudah berubah sekarang entah apa sebabnya sial*n emang!” pekik Danu kesal.
“Apa! memangnya kamu berbuat apa sampai Alina marah seperti itu Danu!”
“Aku tidak berbuat apa-apa, tiba-tiba saja sikapnya jadi berubah,” jawab Danu. Lalu Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa. “Terus aku harus bagaimana sekarang, jika benar Alina melakukan gugatan itu habislah aku, tidak ada lagi pemasukan!”
Bu Dewi yang mendengar hal itu merasa khawatir ia takut hal yang paling di takuti itu benar terjadi. “Aduh Danu jangan sampai itu terjadi bisa-bisa kita miskin lagi Ibu gak mau Danu. Apa jangan-jangan Alina tahu kalau kamu selingkuh dengan Astrid Danu?”
“Ah, gak mungkin Bu,” sanggah Danu..
Di tengah pembicaraan mereka tiba-tiba rumah itu jadi ramai dengan kedatangan Neti dan keluarganya.
“Ibu …” teriak Neti sambil menangis menghamburkan tubuhnya kepada ibunya yang tengah duduk.
“Ada apa Neti? Kenapa kamu menangis seperti ini?” Bu Dewi panik.
“Itu Bu, Neti di pecat Si Alina kemarin,” jawab Neti terisak.
“Apa! kamu juga Neti?” Sentak Bu Dewi. Astaga Si Alina ini kenapa suaminya diusir sekarang Kakak ipar nya juga dipecat, kurang ajar memang manusia yang satu itu,” kecam Bu Dewi.
“Maksud Ibu? Itu lihat Adik kamu dia di usir Alina! Ada apa dengan dia kenapa sikapnya berubah. Danu kamu harus kembali kepada Alina. Ibu tidak mau tahu kamu mau memangnya hidup susah seperti dulu kalau ibu sih gak mau gak mau pokoknya jika perlu ibu yang akan memohon kepada Alina!”
“Tidak Bu, Danu tidak sudi memohon kepada Si B*bi hutan itu, lihat saja Bu, Danu punya rencana untuk memberi pelajaran kepada dia Danu yakin dia pasti akan kapok!”
“Apa memangnya rencana kamu?” tanya Ibu Dewi penasaran ia menatap wajahnya anaknya yang tampak serius.
“Nanti saja Danu beritahukan ibu. Sekarang tugas Ibu hanya menunggu.”
Neti fokus mendengarkan adiknya bicara, ia setuju akan langkah yang akan diambil Danu bagaimanapun Alina harus diberi pelajaran.
“Bagus Danu beri dia pelajaran dia sudah mempermalukan Kakakmu ini, Dasar Ba*bi hutan itu sombong sekali mentang-mentang pemilik usaha katering besar lihat saja aku juga akan membalas perbuatan kamu Alina!” Sambung Neti.
Malam harinya Danu memulai rencana yang sudah ia siapkan untuk membalas Alina ia akan merencanakan perampokan palsu untuk menakut-nakuti Alina. Danu tahu betul jika Alina hidup sendiri di rumah itu jadi akan mudah baginya untuk membuat Alina takut tanpa ada yang membantunya. Danu mengendarai mobil menuju rumah Alina sekitar jam 2 dini hari ia melompati pagar lalu membuka mudah pintu rumah Alina dengan mudah karena ia masih memegang kunci cadangan rumah itu.
Ia perlahan memasuki rumah dengan mengendap-endap dan tak lupa mengenal masker wajah agar tidak dikenali. Satu hal yang dicari Danu ya itu sertifikat rumah siapa tahu ia bisa sekalian membawa sertifikat rumah ini untuk dijual dan mendapatkan banyak uang,’pikir Danu.
Ketika ia sedang mencari-cari keberadaan sertifikat rumah. Dan benda -benda berharga Danu dikejutkan oleh cahaya lampu yang menyala. ia terkejut kemudian perlahan membalikkan badannya.
“Astaghfirullah rampok..rampok!” teriak Alina membuat Danu panik ia takut warga datang dan menghabisinya.
Danu akhirnya berlari menghampiri Alina untuk membungkam mulutnya. tetapi, kekuatan Alina cukup besar untuk ukuran seorang wanita sehingga ia terus memberontak dan membuat Danu kewalahan. Akhirnya Alina berhasil melepaskan diri dari cengkraman perampok itu yang merupakan Danu suaminya.
Danu semakin panik, akhirnya terpaksa mengeluarkan senjata tajam yang sudah disiapkan sebelumnya.
“Diam!” kata Danu sambil mengacungkan sebilah pisau kepada Alina. Tetapi wanita itu tidak ada rasa takut ia terus berteriak meminta tolong kepada warga.
Danu yang semakin panik mencoba menusukkan pisau ke arah perut Alina tetapi meleset dan hanya mengenai lengan Alina. Melihat Alina terluka Danu semakin panik ia hendak akan melarikan diri tetapi kakinya di pegang erat oleh Alina sehingga ia kesulitan untuk berlari, Danu berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari cengkraman Alina. Setelah berhasil melepaskan diri ia malah mendapat cakaran dari Alina yang membuatnya kesekian tanpa pikir panjang lagi Danu akhirnya pergi dari rumah itu tanpa membawa apa-apa.
“Sialan Si Bab* hutan itu kuat juga sampai-sampai aku kewalahan!” pekik Danu di dalam mobil.
“Aw..” ringis Danu ia melihat tangannya yang berdarah akibat cakaran Alina tadi.”lihat dia sampai melukaiku dasarnya brengsek,” maki Danu sambil memacu mobilnya menuju ke rumah ibunya.
“Bu.. Bu buka pintunya!” teriak Danu di depan rumah.
Wanita setengah baya itu dengan terhuyung berusaha membuka pintu rumahnya walaupun dalam keadaan ngantuk berat. “Danu kamu habis dari mana? Malam gini baru pulang,” kata wanita itu sambil menguap dan menggosok-gosok matanya. sementara Danu meringis kesakitan.
“itu tanganmu kenapa sampai berdarah kaya gitu?”
“Gak apa-apa tadi cuma jatoh Bu,” kilah Danu kemudian masuk ke dalam kamarnya.
“Bagaimana ini kalau Si Bab* hutan itu melaporkan kejadian itu ke polisi aku akan tertangkap sialan betul memang Si Alina itu tidak ada rasa takutnya kenapa juga aku ceroboh sekali!” geram Danu.
“Aku harus membersihkan luka ini agar tidak dicurigai,” pikir Danu.
Danu kemudian dengan segera membasuh lukanya dan mengobati luka cakaran itu ia juga menyembunyikan barang bukti berupa pisau di bawah kasur nya. Untuk sekejap ia merasa yakin jika ia tidak mungkin tertangkap.
Satu minggu setelah kajian pencurian itu di pagi hari sudah dibuat kesal oleh kegaduhan yang ada di rumahnya. Tiba-tiba saja Neti datang berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu kamar Danu.
“Danu bangun kamu! ada yang harus Mbak bicarakan Danu.. Danu..!” Teriak Neti.
“Ada apa Sih Mbak pagi-pagi gini, gak liat orang masih tidur!”
“Lihat ini Danu liat pake mata kamu!”
“Apa itu Mbak?” Danu mengucek matanya ia berusaha membaca selembar kertas putih yang diberikan Neti.
“Surat somasi… apa ini maksudnya Mbak?” tanya Danu tidak paham
“Ini surat somasi yang diberikan pada Mbak pagi ini surat somasi yang dilayangkan Alina kepada Mbak dengan tuntutan harus mengembalikan uang perusahaan sebanyak 200 juta jika tidak dikembalikan dalam waktu 4 bulan Mbak akan diproses secara hukum apa ini maksudnya Danu? Apa istrimu sudah gila bisa-bisanya dia berbuat seperti itu kepada Kakak iparnya!” cerocos Neti kesal.
“Danu juga tidak tahu Mbak itu gak ada urusannya dengan aku.”
“Kamu kan suaminya tolong bilang pada dia agar kita menyelesaikan ini secara baik-baik oke.”
Ketika pembicaraan mereka sedang sengit tiba-tiba saja pintu rumah ibunya Danu diketuk dengan kencang ibu Dewi segera membuka pintu itu alangkah terkejutnya ternyata yang datang adalah …
“Selamat pagi kami dari Kepolisian,” ujar seorang polisi tinggi besar. Membuat Danu membulatkan matanya dan berkeringat dingin.