Kuceraikan Suami Tanpa Asa
“Sayang, kamu ada uang simpanan? tadi Bude Sari chat aku katanya dia mau pinjam uang untuk biaya masuk kuliah Si Rere, uangnya kurang 4 juta kamu ada kan uangnya?” ucap Danu sambil fokus memainkan Play Stationnya tanpa melihat wajah istrinya yang kelelahan sehabis bekerja.
Alina menghela napas panjang. “Mas, tolonglah aku ini baru pulang kerja aku lelah Mas! Bisa, kamu tidak membebani aku dengan masalah keluargamu. Lagi pula bukannya bulan lalu Bude Sari sudah pinjam uang 10 juta untuk merenovasi rumahnya, uang itu saja belum dikembalikan sekarang sudah mau pinjam lagi apa gak salah Mas!” Alina tidak bisa menahan gejolak emosi di dadanya.
“Apa kamu bilang beban! Jadi kamu menganggap keluargaku itu beban untuk kamu Alina? gitu maksud kamu!” Danu terlihat kesal ia kemudian melempar keras stick PS miliknya Danu tidak menyangka istrinya yang biasanya selalu mengiyakan permintaannya kini sudah mulai bisa menolak dan berdebat dengannya.
“Bukan begitu maksud aku Mas, tapi uang itu tidak aku dapatkan dengan mudah, minimal kalau Bude kamu mau pinjam uang lagi tolonglah lunasi dulu hutang yang lalu aku ini bukan bank Mas, uang itu juga aku dapatkan dengan susah payah,” suara Alina mulai pelan ia ingin menurunkan tensi diantara keduanya dan berusaha membuat Danu agar mengerti.
“Kok kamu jadi perhitungan gini sih Alina, biasanya kamu gak susah kalau di pinjami uang, kan uang kamu banyak, kamu jangan pelit jadi orang Alina siapa tau suatu saat kita butuh bantuan keluargaku. Hidup gak selalu di atas Alina ingat itu!” Suara Danu semakin keras sembari menunjuk-nunjuk wajah Alina dan matanya yang menatap tajam Alina.
“Iya … iya Mas, maafkan aku, kamu jangan marah yah sekarang aku transfer uangnya ke Bude Sari.” Seperti kerbau di cucuk hidungnya Alina tidak bisa melawan kehendak Danu ia terlalu takut kalau Danu akan meninggalkannya.
“Nah, begitu kan bagus. Kenapa tidak dari tadi saja, jadi kita kan tidak perlu berdebat untuk hal yang sepele seperti ini,“ Danu merasa di atas angin karena Alina akhirnya menuruti keinginannya bahkan semenjak menikah dengan Alina kehidupan Danu bak raja ia tidak perlu bekerja karena istrinya senantiasa mencukupi hidupnya.
Alina sepertinya dibutakan oleh cinta. Semenjak menikah ia seperti di stir oleh suaminya, harta dan tenaga diperas habis oleh Danu dan keluarganya. Hal itu mungkin karena Alina tidak mempunyai keluarga lain selain Danu semenjak kepergian kedua orang tuanya ia merasa sendiri di dunia ini, ia takut kehilangan Danu yang merupakan keluarga satu-satunya yang ia miliki.
“Iya maafkan aku, Mas. Aku yang salah mungkin karena aku sedang lelah karena masalah pekerjaan,” keluh Alina.
“Kamu gak usah capek-capek sayang, kenapa kamu tidak serahkan saja pekerjaan kamu ke Mbak Neti, biar kamu gak cepek kaya gini kamu bisa dirumah saja sama aku kita nikmati hari-hari kita di rumah ini, biar kita cepat punya anak bukankah Mbak Neti cukup kompeten, Kakak ku itu lulusan S1 Management Bisnis loh dia anak kuliahan gak kaya kamu yang cuma lulusan SMA bisa saja di tangan dia bisnis kamu semakin berkembang iya kan?“ rayu Danu sambil menghampiri Alina dan memeluk tubuh Alina.
“Iya Mas, aku percaya kok sama Mbak Neti tapi aku masih mau bekerja, apalagi bisnis ini bisnis yang aku bangun sendiri sampai bisa seperti sekarang ini.“
“Iya, aku paham aku cuma tidak mau kamu kecapean sayang aku ingin segera punya anak,” ucap Danu sambil mengelus rambut istrinya itu.
“Maafkan aku Mas, aku belum bisa memberikanmu keturunan aku selalu berdoa kepada Allah agar segera dikaruniai anak tapi rupanya Allah belum berkenan memberikan kita buah hati, kamu yang sabar yah Insya Allah kita segera punya anak,” jawab Alina yang masih memeluk erat tubuh suaminya.
“Nggak apa-apa sayang, bagaimana kalau malam ini kita ikhtiar lagi gairahku sedang menggebu aku rindu permainan kamu,” Canda Danu sambil mencolek hidung Alina.
“Apa kamu lupa Mas, kalau aku sedang datang bulan,” protes Alina.
“Hah, apa belum selesai sayang, sepertinya sudah lama kamu datang bulan.”
“Tidak Mas, aku baru saja dapet dua hari yang lalu.”
“Oh iya, mungkin aku lupa. Ya sudah kamu mandi saja aku akan keluar sebentar. Aku ingin ke minimarket beli rokok,” ucap Danu sambil membawa kunci mobil Alina.
“Iya Mas, pulangnya jangan malam -malam yah,” teriak Alina.
“Iya, sayang.”
Malam itu Danu memacu kendaraannya dengan cepat, ia tidak pergi ke minimarket seperti yang ia katakan kepada Alina, melainkan ke tempat di mana ia akan menemui seseorang.
“Sayang… sayang buka pintunya,” bisik Danu sambil mengetuk pelan pintu rumah berwarna coklat itu.
Dengan cepat seseorang membuka pintu rumahnya secara perlahan, seakan tahu yang datang adalah tamu yang telah ia tunggu-tunggu.
“Mas Danu!” Teriak seorang wanita sambil memeluk erat tubuh Danu di depan pintu.
“Sayang, aku kangen banget sama kamu,” rayu Danu kepada wanita simpanannya itu sembari melingkarkan tangannya di pinggang perempuan itu.
“Ah, kamu bisa saja Mas, aku tahu tujuan kamu kesini pasti kamu rindu permainanku kan? kenapa? Apa istrimu sedang tidak bisa memuaskan hasratmu? Seperti nya memang seperti itu, aku sudah bisa membaca pikiranmu Mas,” ucap wanita cantik tinggi semampai bernama Astrid itu.
“Kamu memang gadis pintar nan cantik di tambah tubuh molek mu itu menambah gairahku tidak seperti istri ku yang seperti Ba*i hutan itu,” hina Danu kepada Alina.
“Ah, bisa saja kamu Mas, kalau kamu benar mencintaiku kenapa kamu dan keluargamu lebih memilih menikahi wanita itu dibanding aku yang lebih cantik ini,” rajuk Astrid.
“Hei, sayang bukankah kamu sudah tahu jawabannya lihat rumah dan mobil yang kamu miliki ini semuanya berasal dari uang Si gendut itu, jika aku tidak menikahi dia mana bisa aku, kamu dan keluarga ku bisa hidup sejahtera tanpa bekerja,” terang Danu seraya tertawa keras.
“Dasar kamu memang laki-laki brengsek Mas, tapi aku suka,” Astrid terkekeh senang.
“Sudahlah sayang, jangan basa-basi lagi ayo kita mulai aku sudah tidak tahan,” Danu kemudian menggendong wanita simpanannya itu kedalam kamar untuk menghabiskan malam panas berdua.
Setelah pelepasan yang nikmat itu selesai Danu kemudian terburu-buru untuk kembali ke rumah Alina karena ia tadi pamit hanya untuk pergi ke Minimarket akan aneh jika ia terlalu lama di luar.
“Mas, kamu sudah pulang?” tanya Alina yang terbangun karena mendengar suara pintu dibuka.
“I..iya sayang aku baru pulang,” jawab Danu agak gugup.
Alina lalu melihat ponselnya untuk melihat jam yang ternyata sudah tengah malam itu. “Kok malam banget Mas, pulangnya?” tanya Alina yang penasaran karena Danu tadi berpamitan hanya ingin ke minimarket.
“Iya tadi ketemu teman-teman aku sebentar biasalah ngobrol-ngobrol, aku mandi dulu yah badanku bau asap rokok,” kilahnya sambil melempar ponselnya tanpa sadar ke atas kasur.
“Iya Mas, aku tidur duluan yah,” jawab Alina
Alina yang tadinya hendak tidur tiba-tiba saja hatinya tergerak untuk membuka ponsel suaminya yang kini berada di depan matanya itu, rasa penasaran yang membuncah mendorongnya untuk melihat ponsel suaminya.
Ia mengambil ponsel Danu dan membuka aplikasi chat alangkah terkejutnya ia, ketika baru saja menggenggam ponsel suaminya itu. Ternyata…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments