Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Ami mengikuti langkah pegawai itu. Kedua nya menaiki sebuah lift, Ami menatap sekeliling nya hingga ia mengerutkan keningnya saat melihat siluet seorang laki-laki yang sangat ia kenali sebelum pintu lift tertutup.
"Loh, kak Aldo ngapain di sini?" Gumam Ami pelan. Memikirkan itu membuat Ami tak sadar bahwa Lift sudah berhenti. Ami lalu mengikuti pegawai itu, hingga kedua nya berhenti di sebuah kamar dengan nomor 1040.
"Ini kunci kamar nya, nanti kalau ada yang di perlukan lagi, nona bisa langsung hubungi kami," ujar pegawai itu memberikan sebuah kartu pada Ami, kemudian berlalu dari sana.
Ami mengangguk dan berterimakasih. Entah kenapa tiba-tiba saja perasaan nya menjadi tidak enak. Entah apa yang akan terjadi, namun jantung Ami berdetak kencang saat mendengar sebuah suara yang berasal dari dalam kamar setelah pintu terbuka sedikit.
Ami mendorong pintu itu dengan pelan hingga pandangan nya jatuh pada dua orang yang sedang bercumbu dengan panas.
Wanita itu terpaku tak tahu harus berbuat apa. Tatapan tak percaya ia layangkan saat melihat wajah dari pria itu.
Air matanya tanpa bisa di cegah langsung mengalir dengan deras.
"K-kak Aldo," ucap nya pelan, namun dua orang itu masih bisa mendengar nya hingga kedua nya berhenti lalu menatap Ami dengan terkejut.
Aldo bisa bisa menangkap sebuah kekecewaan yang ada di mata Ami.
Jangan tanya seberapa besar rasa kecewa Ami pada Aldo, yang pasti Ami sangat kecewa dengan pria itu.
Pria yang sudah ia sukai sejak pertama kali ia menginjak kan kaki di bangku kuliah.
Ami menangis sesenggukan, entah karena sakit hati melihat Aldo dengan wanita lain atau karena ingin meluapkan segala emosi yang sudah ia tahan beberapa hari ini.
Ingatan nya berputar pada kejadian-kejadian yang belakangan ini sering terjadi. Di mulai dari kedekatan Rein dengan Aldo, terus sang daddy yang selalu memberikan perhatian seperti menanyakan hari-hari nya bagaimana, namun sekarang tak lagi, dan yang terakhir adalah Rein sang sahabat, yang kini mulai berubah, lalu di tambah saat ia melihat pria yang begitu ia cinta sedang bercumbu mesra dengan wanita lain, membuat Ami sangat sakit.
Rein yang Ami kenal bukan seperti ini, dia wanita yang penuh dengan kasih sayang dan selalu memperhatikan nya meskipun itu hal kecil sekalipun.
Jujur saja Ami sangat membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah saat ini, ia ingin mengeluarkan segala unek-unek yang ia pendam, namun karena hanya mempunyai 1 teman dan itu Rein membuat Ami mengurungkan niat nya.
Bukan nya sulit untuk berteman, namun Ami hanya merasa nyaman saat berteman dengan Rein saja, karena wanita itu seperti seorang ibu bagi nya.
***
Ami berjalan dengan lunglai, ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia juga tak tahu dimana Rein dan Davin yang ternyata belum juga balik dari toilet.
Air matanya bahkan masih mengalir. Namun Ami dengan cepat menyeka nya.
Hingga tiba-tiba telinga nya menangkap sebuah suara. Ami menghentikan langkahnya, lalu menengok ke kanan-kiri.
Lagu itu, lagu kesukaan nya, membuat Ami merasa senang, sebuah lagu yang sudah tak asing lagi baginya, berharap suatu saat nanti akan ada seseorang pria yang datang lalu menyanyikan lagu itu untuk nya.
Matanya terpaku pada sebuah ruangan tempat suara itu berasal, ada sebuah dorongan dalam dirinya agar segera berjalan menuju kamar itu.
Ami berjalan menuju ke kamar itu dengan jantung yang berdetak kencang. Bahkan tangan nya sedikit gemetar, saat hendak membuka pintu tersebut.
-Marry your daughter~Brian Mcknight-
~Sir, I'm a bit nervous
'Bout being here today
Still not real sure of what I'm going to say
So bare with me please
If I take up too much of your time
But you see, in this box is a ring for your oldest
She's my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
'Cause very soon I'm hoping that I....
Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that
I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die, yeah...
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter....
She's been hear every step since the day that we met
(I'm scared to death to think of what would happen if she ever left)
So don't you ever worry about me ever treating her bad, no
I've got most of our vows done so far (so bring on the better or worse) And 'til death do us part
There's no doubt in my mind
It's time
I'm ready to start
I swear to you with all of my heart....
Gonna marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die, oh....
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter....
I'm gonna marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die....~
Ami tak bisa berkata-kata saat seseorang yang baru beberapa menit yang lalu mengecewakan nya kini berdiri di hadapan nya, dan membawakan lagu kesukaan nya.
Aldo menatap mata indah yang kini terlihat redup itu dengan teduh saat baru menyelesaikan lagu nya.
Senyum nya perlahan mengembang saat melihat wajah manis itu. Aldo merasa bahwa ia semakin jatuh cinta dengan pesona wanita yang berada di hadapannya ini.
Ada rasa senang yang Aldo rasakan, saat melihat bahwa dress yang ia berikan di pakai, dan bahkan terlihat sangat cocok sekali.
"Happy birthday," itulah ucapan yang pertama kali keluar dari mulut Aldo.
Ia menatap mata indah yang sedari tadi menatap nya. "I'm sorry and thank you!"
Ami tak tahu harus menjawab apa, bagaiman mungkin pria yang selama ini ia sukai berdiri di hadapan nya. Semuanya terasa seperti mimpi.
Saat tangan nya akan terangkat untuk mengelus rahang tegas itu, Ami seketika berhenti lalu melangkah mundur. Ingatannya tiba-tiba kembali pada kejadian di kamar hotel tadi.
Ami menggeleng pelan, lalu semua nya berubah menjadi gelap. Yang ia ingat terakhir kali adalah suara sang daddy, Rein dan suara Aldo yang berteriak memanggil nya dan setelah itu ia tak mengingat apa-apa lagi.
***
"Maaf om, semua ini salah saya!" Aldo berdiri di hadapan Davin yang sedang di tenangkan oleh Rein.
Saat ini ketiga nya berada di rumah sakit. Setelah Ami pingsan tadi, Davin langsung membawa sang anak menuju rumah sakit agar segera mendapatkan penanganan.
Aldo mengutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa ia membuat wanita itu masuk rumah sakit.
Davin menggeleng, mau marah pun ia tak bisa. "Nggak papa, kita nggak tau kalau semua ini akan terjadi." Davin berusaha bersikap dewasa, ia tak ingin pemuda di hadapannya ini babak belur karena perbuatannya.
Ia merasa bahwa ia belum bisa menjadi ayah yang baik bagi Ami. Davin menyesali semua sikap acuh nya beberapa hari ini pada sang anak. Begitu pula dengan Rein, ia tak akan bisa memaafkan dirinya kalau sesuatu terjadi pada sahabat nya.
"Makasih om. Kalau boleh, Izinin saya untuk rawat Ami. Om sama Rein bisa pulang untuk istirahat, besok om bisa datang lagi."
Rein yang melihat Davin akan menolak langsung berucap. "Iya mas, kita pulang istirahat dulu, besok baru datang lagi ke sini. Biar Aldo dulu yang jaga Ami di sini." Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Davin akan menolak permintaan sang kekasih.
Dan akhirnya Davin serta Rein berlalu dari sana, setelah Davin menyampaikan beberapa kata agar pria itu menjaga putri nya dengan baik.
Aldo memasuki ruang rawat Ami, mata nya menangkap seorang wanita yang kini terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan mata tertutup.
Aldo memegang tangan Ami yang di infus. Kemudian mengecup nya pelan.
"Maaf." Aldo membawa tangan Ami lalu menempelkan telapak tangan itu pada kulit pipi nya.
"Cepat bangun, jangan sakit lagi." Gumam nya pelan. Sebuah kecupan Aldo layangan pada kening Ami sebagai penutup obrolan nya.
"Sleep tight sayang, besok harus udah bangun ya!" Ucap nya lalu menelungkup kan kepala nya di pinggir ranjang Ami, dengan tangan yang masih setia menggenggam tangan sang wanita.
TBC...
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..