NovelToon NovelToon
Ibu Kos Ku

Ibu Kos Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aak ganz

roni, seorang pemuda tampan dari desa terpencil memutuskan untuk merantau ke kota besar demi melanjutkan pendidikannya.

dengan semangat dan tekat yang kuat iya menjelajahi kota yang sama sekali asing baginya untuk mencari tempat tinggal yang sesuai. setelah berbagai usaha dia menemukan sebuah kos sederhana yang di kelola oleh seorang janda muda.

sang pemilik kos seorang wanita penuh pesona dengan keanggunan yang memancar, dia mulai tertarik terhadap roni dari pesona dan keramahan alaminya, kehidupan di kos itupun lebih dari sekedar rutinitas, ketika hubungan mereka perlahan berkembang di luar batasan antara pemilik dan penyewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Hari demi hari berlalu, tanpa terasa sudah satu tahun Roni berada di kota. Sekarang, banyak perubahan yang telah terjadi. Roni kini telah dipercaya oleh Bapak Bobi untuk membantunya dalam mengelola usaha. Bahkan, ia telah diberikan tanggung jawab besar untuk memegang kendali gudang besar milik keluarga Bob. Namun, semua itu tidak didapatkan dengan mudah. Sebelum memperoleh kepercayaan sebesar itu, Roni harus menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, mulai dari pekerja yang iri hingga ancaman pembunuhan. Meski begitu, dengan ketabahan dan kejujurannya, Roni berhasil melewati semuanya.

Sementara itu, di kampus, Jack semakin berani menunjukkan dominasinya. Ia berusaha untuk menguasai kampus dengan sering membuat keributan dan masalah. Geng motornya pun semakin menjadi-jadi di jalanan, terutama setelah Bobi dan kelompoknya telah lulus dari kampus tersebut.

Namun, meskipun begitu, Roni tidak pernah takut kepada Jack dan gengnya. Bahkan, beberapa kali Jack mengirim anak buahnya untuk mengganggu dan mengancam Roni agar menjauhi Miya.

"Roni, aku peringatkan sekali lagi! Jangan dekati Miya lagi! Kalau tidak, aku akan mengirimmu kembali ke kampung dalam keadaan lumpuh. Dasar anak kampung!" ujar Jack dengan ancaman serius.

Namun, Roni sedikit pun tidak gentar. Ia justru membalas dengan tenang, "Kau kira dengan kemampuan yang kau punya sekarang, hanya dengan mengandalkan gengmu, kau bisa mengancamku seperti itu? Aku tidak akan takut sedikit pun! Soal Miya, bukan aku yang mendekatinya, tapi dia dan kakaknya yang ingin aku bersamanya. Kau tidak punya hak untuk melarangku!"

Jack yang semakin kesal pun berkata, "Baiklah, kalau itu yang kau katakan. Mulai sekarang, kita akan berperang! Jangan salahkan aku jika aku berlaku kasar terhadapmu! Apalagi sekarang kau hanya mengandalkan dirimu sendiri. Aku sudah memperingatkanmu, tapi kau malah memilih melawan. Oke, aku terima tantanganmu!" ujar Jack sebelum pergi dengan mobilnya.

Roni hanya tersenyum melihat kepergian Jack dan bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Di kosnya, Roni duduk termenung sendirian. Entah mengapa, keinginannya untuk pulang ke kampung halamannya semakin besar. Sudah satu tahun ia tidak pulang, dan banyak surat yang telah ia kirimkan untuk Ayu, namun hingga kini belum ada balasan.

"Sepertinya aku harus pulang saat liburan musim ini. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku sangat merindukannya dan juga mengkhawatirkannya," gumam Roni dalam hati.

Tiba-tiba, Mbak Maya keluar dari kamar Roni sambil merapikan pakaiannya. "Roni, kenapa melamun lagi? Ada apa sih?" tanyanya penasaran.

Meskipun Roni sudah lama tidak tinggal di rumah Mbak Maya, mereka masih sering melakukan aktivitas bersama. Sejak pertama kali Roni membayar kos, Mbak Maya menolak uangnya dan justru meminta "pembayaran" lain dalam bentuk kehangatan yang diinginkannya. Awalnya, Roni terkejut dengan permintaan itu, namun ia selalu luluh dengan godaan Mbak Maya hingga akhirnya mereka membuat perjanjian bahwa Roni hanya perlu membayar setengah harga kos, sementara sisanya dibayar dengan "pelayanan" yang diinginkan Mbak Maya.

Meskipun sering berniat menolak, Roni merasa tidak enak karena semuanya sudah terlanjur, dan Mbak Maya pun tampak semakin ketagihan akan kehangatan tersebut.

"Aku ingin pulang, Mbak. Ingin menengok kampung halamanku. Aku merindukan seseorang," ujar Roni jujur.

"Soal Ayu ya?" tanya Mbak Maya, karena ia sudah mengetahui tentang Ayu setelah Roni pernah menceritakannya padanya.

"Iya, Mbak. Aku sudah sering mengirim surat, tapi tidak kunjung mendapat jawaban darinya. Aku khawatir sesuatu terjadi padanya," kata Roni dengan nada cemas.

"Sepertinya kamu memang harus pulang untuk melihat keadaannya. Tapi... apa kamu akan kembali lagi?" tanya Mbak Maya dengan nada sedikit khawatir.

"Tentu, Mbak. Aku hanya pulang sebentar saja, sekadar memastikan keadaannya. Aku tidak mungkin meninggalkan kuliah dan pekerjaanku di sini," jawab Roni.

"Ya sudah kalau begitu. Aku kira kamu nggak akan kembali lagi. Oke deh, aku siap-siap ke rumah sakit dulu ya," ujar Mbak Maya sebelum pergi.

"Iya, Mbak. Hati-hati ya," balas Roni.

Di tempat lain, Jack terlihat sedang mengadu kepada ayahnya tentang keinginannya untuk memiliki Miya. Ia meminta ayahnya untuk menjodohkannya dengan Miya dan berbicara dengan orang tua Miya. Jika permintaannya tidak dipenuhi, ia mengancam tidak akan meneruskan usaha keluarganya.

"Kamu ini sedikit-sedikit mengancam! Kamu kan tampan, masa soal asmara masih mengadu ke orang tua? Usaha sendiri dong!" ujar ayahnya kesal dengan sikap Jack yang kekanak-kanakan.

"Pokoknya aku mau seperti yang aku katakan tadi! Kalau Ayah menolak, maka aku tidak akan menuruti perintah Ayah lagi. Apa susahnya sih menemui keluarganya? Toh Ayah juga bekerja sama dengan mereka, pasti lebih mudah!" desak Jack dengan penuh paksaan.

"Kamu ini... kemarin minta dijodohkan dengan Susan, sekarang sudah bosan dan minta yang lain lagi!" ucap ayahnya kesal. Memang sebelumnya, Jack pernah meminta hal serupa ketika ingin mendekati Susan, dan ayahnya menuruti keinginannya. Namun kini, Jack kembali meminta hal yang sama untuk Miya.

"Ini beda, Yah! Ini terakhir kalinya! Aku janji nggak akan nyusahin Ayah lagi," ujar Jack meyakinkan agar ayahnya mau membantunya.

Karena Jack adalah anak satu-satunya, akhirnya ayahnya pun setuju meski dengan berat hati.

"Anak ini semakin besar, semakin manja. Menyesal aku memanjakannya sejak kecil, sekarang malah menyusahkan orang tua," gumam sang ayah, namun Jack sudah pergi begitu saja sebelum mendengarkan keluhan ayahnya.

Setibanya di kamar, Jack berencana menelepon Miya, tetapi sebelum sempat melakukannya, panggilan masuk dari Susan muncul di layar ponselnya. Jack berusaha mengabaikan, namun Susan terus menelepon hingga akhirnya ia kesal dan menerima panggilan tersebut.

"Halo! Ada apa sih? Kamu ini menelepon terus!" kata Jack dengan nada kesal.

"Kenapa kamu sekarang seperti menghindariku? Apa maksudmu, Jack?" tanya Susan dengan nada penuh kekecewaan.

"Kamu sudah tahu alasannya. Aku sudah bosan. Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi. Mengerti?" jawab Jack dingin.

"Apa?! Setelah semua yang aku berikan kepadamu? Dulu kamu yang terus meminta aku agar mau bersamamu! Dan sekarang kamu dengan mudahnya berkata seperti ini?" balas Susan dengan penuh emosi.

"Sudah ya, aku sedang sibuk. Ingat, jangan ganggu aku lagi. Oh ya, terima kasih atas kerja kerasmu saat aku membutuhkan kehangatanmu. Bye." Ucap Jack dengan teganya, lalu memutuskan panggilan.

Perasaan Susan sangat sakit setelah mendapatkan perlakuan seperti itu dari Jack. Dengan emosi yang memuncak, ia membanting ponselnya hingga terlempar ke lantai.

Sementara itu, Jack mencari nama Miya di ponselnya, lalu menekan tombol panggil. Namun, seperti biasa, Miya tidak pernah mengangkat telepon darinya, membuatnya semakin kesal.

"Kenapa sih kau tidak pernah menerima panggilanku, Miya? Awas saja, kalau nanti aku sudah mendapatkanmu, kau pasti akan menjadi milikku! Aku akan membalas semua sakit hati ini!" geram Jack sambil memukul barang-barang yang ada di kamarnya dengan penuh emosi.

Di tempat lain, Roni tampak mengendarai motor CB-nya menuju gudang untuk mulai memeriksa pekerjaan. Kini, Roni tidak perlu lagi berjalan kaki seperti dulu. Atas saran Bobi, ia akhirnya memutuskan untuk membeli motor sendiri agar tidak terlalu lelah bolak-balik dari kampus ke kos, lalu kembali lagi ke gudang. Sebelumnya, Bobi sempat menawarkan motor kepadanya, tetapi Roni menolaknya karena ingin membelinya dengan usaha sendiri.

Saat tiba di gudang, Roni melihat Miya sudah menunggunya di sana. Ia segera menghampiri Miya dengan sedikit heran.

"Kenapa datang ke sini?" tanya Roni.

Miya tersenyum manis dan menjawab, "Kenapa? Nggak boleh ya? Ini kan punya Papa juga."

"Iya sih, tapi di sini banyak pekerja ayahmu. Kalau mereka melapor, bagaimana? Aku bisa malu. Nanti ayahmu berpikir aku mendekatimu karena ingin memanfaatkanmu. Mana ada orang tua sekaya ayahmu mau anak gadisnya dekat dengan pria miskin sepertiku." ujar Roni dengan nada canggung.

"Aku tidak peduli, Roni! Aku sudah bilang kalau aku menyukaimu. Dan ingat ya, aku sudah bukan gadis lagi, kamu sudah merenggutnya setahun yang lalu, apa kamu lupa?" goda Miya sambil tersenyum menggoda.

"Miya, jangan seperti itu. Nanti aku tidak bisa menahan diri. Aku tidak mau sampai melakukannya di sini, banyak pekerja ayahmu." ucap Roni gugup saat Miya mulai menyentuhnya dengan manja.

Miya tersenyum nakal dan berkata, "Aku jadi heran denganmu, Roni. Semua pria kalau aku dekati pasti senang sekali, eh kamu malah takut?"

Roni tersenyum kecil dan menjawab, "Bukan takut, Miya. Tapi aku sadar diri. Cukup kita bersahabat saja."

Roni berkata begitu karena ia masih teringat dengan ucapan ayah Miya dulu. Saat sedang berbincang dengannya, ayah Miya pernah mengatakan bahwa ia ingin mendapatkan menantu yang setara dengannya agar bisa membahagiakan Miya. Sejak saat itu, Roni mulai sadar diri bahwa ia bukanlah pria yang pantas untuk Miya, dan orang tua Miya pasti tidak akan setuju jika mereka bersama.

Namun, Miya merasa tidak terima dengan ucapan Roni. "Kenapa kamu berubah, Roni? Aku tidak peduli soal bapakku suka atau tidak. Asalkan aku bisa bersamamu, itu sudah cukup bagiku. Sungguh, sebelum mengenalmu, aku tidak pernah sebahagia ini bersama laki-laki lain. Aku tidak peduli dengan alasan apa pun, aku hanya ingin bersamamu!" ujar Miya penuh emosi.

Roni hanya bisa terdiam. Ia merasa dilema. Jika ia menolak Miya, ia takut Miya akan marah dan kecewa. Apalagi kakak Miya selalu meminta Roni untuk menemani adiknya. Namun di sisi lain, ia sadar bahwa dirinya bukanlah pria yang pantas untuk Miya, sesuai dengan harapan orang tuanya.

Malam harinya, Miya merasa gelisah memikirkan ucapan Roni di gudang tadi. Ia mulai berpikir bahwa Roni berencana meninggalkannya. Karena tidak ingin kehilangan Roni, Miya memutuskan untuk pergi ke kosnya.

Saat Miya tiba di kos, Roni tentu saja terkejut melihat kedatangannya. Terlebih lagi, Miya bersikeras ingin menginap dan tidak mau pulang.

"Miya, kamu boleh datang ke sini, tapi jangan menginap ya. Kosku ini kecil, tidak cukup untukmu. Nanti ayahmu mencarimu lagi." ujar Roni mencoba membujuknya.

"Aku nggak peduli! Intinya, aku bisa bersamamu." kata Miya dengan tegas.

Roni hanya bisa menghela napas panjang. Dulu Miya tidak seperti ini, tetapi sekarang ia terlihat lebih agresif dan berani.

Roni tahu dirinya tidak punya banyak pilihan.

"Besar kok kamarnya! Oh ya, besok tempat tidurnya diganti yang lebih besar ya," ujar Miya saat masuk ke dalam kamar Roni.

"Kenapa harus diganti? Ini sudah nyaman kok buatku," tanya Roni heran.

"Iya, tapi kurang besar. Karena mulai sekarang aku akan lebih sering menginap di sini," kata Miya terus terang, membuat Roni hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menggelengkan kepala.

"Jangan bilang kalau kamu tidak mau aku menginap lebih sering. Pokoknya, aku tidak mau mendengar alasan apa pun. Aku harus tetap menginap di sini!" ujar Miya dengan nada tegas, tak mau menerima penolakan dari Roni.

Roni hanya bisa menghela napas panjang dan akhirnya berkata, "Baiklah, terserah kamu saja." Ia pun pasrah karena tidak punya pilihan lain.

Miya tersenyum puas, lalu menarik tangan Roni masuk ke dalam kamar dan segera mengunci pintu.

"Miya, astaga! Kamu kok agresif sekali sekarang? Tidak seperti biasanya," ucap Roni terkejut.

"Aku sudah lama tidak mendapatkannya, dan sekarang aku mau mencoba tempat tidurmu," jawab Miya dengan nada menggoda.

Di rumah sebelah, terdengar suara mobil dan mobil itu adalah milik Mbak Maya, sepertinya dia sudah pulang dari rumah sakit. Bukannya langsung masuk ke rumahnya, dia memutuskan untuk menemui Roni terlebih dahulu dengan membawa oleh-oleh di tangannya. Namun, saat Mbak Maya hendak mengetuk pintu samar-samar, dia mendengar suara berisik dari dalam diikuti oleh desahan halus seorang wanita, membuat Mbak Maya mengurungkan niatnya mengetuk pintu sambil bertanya dalam hati.

"Roni dengan siapa di dalam? Apa dia sudah memiliki pacar sekarang? Tapi siapa, kalau bukan pacar?" Lalu dengan siapa dia di dalam?" Mbak Maya merasa cemburu dan gelisah seketika. Dia meletakkan oleh-oleh yang tadinya mau diberikan kepada Roni, dan pergi, tidak mau mengganggu Roni yang sedang bermesraan di dalam.

Namun, di kamarnya, Mbak Maya malah tidak bisa tidur. Dia jadi kepikiran dan penasaran siapa yang bersama Roni, sementara Roni dan Miya masih asyik dengan aktivitas panas mereka tanpa tahu bahwa ada orang yang hampir mengetuk pintu kamar. Keringat bercucuran membasahi tubuh Roni, entah mengapa malam ini begitu lama mereka melakukannya. Apa mungkin karena sudah lama mereka tidak melakukannya?

1
Mardelis
hal bisa, pasti putuss ditengah, jejejejje
Mardelis
roni roni, baik tapi mental kurang baik, heheheeh
Godoy Angie
Asik banget!
Aak Gaming: terus ikutin ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!