Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelenyar Aneh
Beberapa detik mereka dalam posisi yang sama, tak ada pembicaraan diantara keduanya. Mereka sama-sama menikmati momen seperti ini.
Tatapan Arin kian melunak dan berubah sayu, tangan kekar yang melilit di perutnya membawa kehangatan tersendiri untuk Arin.
Dengan dorongan dalam dirinya Arin menyentuh lengan kekar itu, meraba kulit kenyal dengan tekstur yang berurat di beberapa bagian.
Tubuh Arin memanas! Hawa seperti ini membuat tubuhnya terbakar hebat! Arin mengenal kondisi seperti ini! Ia terangsang hanya dengan sebuah pelukan.
Dengan tubuh bergetar Arin menoleh ke belakang menatap lelaki yang sudah membuatnya setengah sadar.
"Mas..... "
Cup!
Cup!
Sonny mencium bibir Arin ketika wanita itu menoleh padanya! Sonny sudah tidak bisa membendung hawa nafsunya lagi, dia dirundung gairah di seluruh tubuhnya, ia butuh Arin saat ini!
Sonny menggerakkan bibirnya mengekspor seluruh rongga mulut Arin yang sudah lama ia dambakan!
Sesekali Sonny mengigit bibir manis itu hingga Arin membuka mulutnya, memberi Sonny jalan untuk masuk.
Lidah Sonny pun tak jarang memancing Arin untuk membalas ciumannya, Sonny terus berusaha hingga sedikit demi sedikit Arin mulai menggerakkan bibir seksi itu.
Arin makin terlena, tanpa sadar ia memejamkan matanya menikmati permainan lidah Sonny.
Bibir mereka saling meluma*t, menghisap bibir atas dan bawah, lidah mereka pun dengan lincah saling membelit dengan gerakan yang amat sensual.
Saling menukar saliva seakan-akan keduanya dibuat kehausan!
Ini gila! Rasa nikmat itu kian menjalar ke seluruh area tubuh.
Ternyata Sonny tak berhenti hanya sekedar penyatuan bibir, tangannya perlahan menelusup dibalik gaun kimono tidur Arin, meraba paha mulus wanita itu dengan sentuhan menggoda.
"Hmmphhh.....!" Arin menjerit disela-sela ciuman mereka.
Tubuh Arin bagai tersengat aliran listrik beribu-ribu volt! Sentuhan Sonny membuatnya kehilangan akal sehat.
Arin tak munafik! Ia rindu belaian ini, ia menginginkan sentuhan Sonny!!!
Arin merasa pucuk dadanya mengencang, Arin sudah sangat bergairah.
Namun Sonny malah melepaskan pertautan bibir mereka, menatap wajah Arin dengan tatapan sayu. Satu lengannya terangkat membelai wajah cantik sang istri.
Sonny menebak-nebak apa yang kini tengah dirasakan Arin, wajah memerah, tatapan sayu, dengan bibir yang sedikit terbuka akibat ciuman mereka.
Nampaknya Arin menikmati kegiatan barusan!
Tatapan mereka berada dalam satu garis lurus, Arin menatap Sonny penuh dambaan, ia ingin Sonny menciumnya lagi!
Lengan Sonny bergerak membuka tali kimono milik Arin, membuat pakaian itu tersibak dan menampakkan dua buah benda sintal yang masih tertutup oleh kain berwarna hitam.
Sonny meneguk air liurnya dengan susah payah, kini ia bisa melihat daging segar itu tepat didepan matanya!
Sorot mata Sonny nampak berapi-api! Ia ingin menyentuhnya, namun apakah Arin mengizinkan Sonny?
Sonny menatap lagi netra sang istri, Arin hanya diam melihat kelakuan Sonny.
Sonny mengarahkan wajah Arin agar menatap padanya, kemudian mencium bibir lembut itu lagi. Kali ini Sonny nampak leluasa daripada sebelumnya, Arin menyambut ciuman itu dengan suka cita.
Tangan Sonny tak tinggal diam, salah satu lengannya bergerak ke atas, ingin mencapai sebuah bukit tinggi yang akan membawa Arin ke dalam suatu kenikmatan.
Dan ketika tangan Sonny sudah menggenggam bukit itu Arin refleks mendesah hebat.
"Akhhh..... Hmmphhh!"
"Ssttt...... Kecilkan suaramu, Noval bisa mendengarnya" Bisik Sonny membekap mulut Arin dengan tangan kanannya.
Arin mengangguk patuh, ia merapatkan bibirnya agar tak mengeluarkan suara-suara aneh yang bisa memancing kecurigaan sang buah hati.
Sonny mulai memainkan kedua benda sintal tersebut tanpa membuka penutupnya, sangat pas digenggaman! Sonny semakin penasaran bagaimana wujud aslinya.
Namun Sonny tak mau terburu-buru, ia merema*s kedua bukit indah milik Arin memberi pemanasan terlebih dahulu.
Arin makin mencengkram kuat lengan Sonny, merapatkan mata serta bibir sebagai bukti jika ia sangat menikmati sentuhan Sonny di salah satu areaa sensitifnya.
"M-mas Sonny..... " Lirih Arin tercekat, ia tak bisa begini terus, rasanya Arin ingin mendesahh mengeluarkan semua yang tengah ia rasakan.
Sonny paham, ia harus segera membawa Arin ke tempat yang aman.
Sonny membalikkan tubuh Arin agar perempuan itu menghadap ke arahnya, mereka saling menatap satu sama lain, melihat raut wajah lawan jenis membuka gairah mereka kian membuncah.
Sonny tak kuasa untuk tidak mencium bibir Arin, kali ini sonny menciumnya secara brutal, seolah tak ada lagi waktu untuk melakukan ini.
Arin pun demikian, ia mengalungkan kedua lengannya di leher sang suami, merapatkan tubuh mereka hingga tak ada lagi jarak yang tersisa.
Ciuman Sonny turun ke bawah, ia menjilat dan menggigit kulit leher Arin, memberi jejak di sana.
Namun kenikmatan itu harus terhenti tatkala suara bel rumah Arin berbunyi nyaring.
Ting Tong! Ting Tong!
Sontak keduanya melepaskan ciuman tersebut! Menoleh ke arah sumber suara. Mereka saling pandang beberapa detik.
Ketika keduanya mengikis jarak lagi bel rumah berbunyi kembali, kali ini diiringi suara seseorang.
Ting Tong! Ting Tong!
"Permisiiii..... Mbak Arin.... Mbak ada di rumah??" Teriak orang tersebut.
Mendengar suara seseorang di luar sana membuat Sonny menjauhkan tubuhnya, ia membenahi kembali pakaian Arin yang sempat ia kacau.
"Sepertinya ada yang ingin menemuimu, mungkin penting. Temuilah, aku akan menunggu di sini" Titah Sonny.
Arin sedikit kecewa karena Sonny tidak melanjutkan kegiatan mereka, meski memang itu bukan kesalahan yang dilakukan Sonny.
Arin pun lantas berjalan ke arah pintu utama, terlihat salah satu tetangganya berdiri disana.
"Mbak Dewi?"
"Malam mbak Arin, maaf mengganggu waktunya. Lagi ada tamu ya, mbak?" Tanyanya melihat sebuah sandal yang tergelak di depan rumah Arin.
Arin terbelalak, seketika ia jadi kelabakan menjawab pertanyaan itu.
"Emm... I-ini.... Ini sandal saudara saya mbak, tadi ketinggalan hehe.... A-ada apa ya mbak Dewi? Tumben kemari?" Sanggah Arin mengalihkan topik pembicaraan.
"Oh... Ini mbak saya mau minta salah satu tanaman hias punya mbak Arin, buat keperluan Adit sekolah. Katanya besok disuruh bawa tanaman hias, sedangkan saya gak punya tanaman di rumah. Mau beli juga sudah malam, si Adit telat ngasih taunya" Jelas Mbak Dewi panjang lebar.
Mendengar penjelasan tetangga arin langsung mengiyakan, "Iya mbak, boleh kok. Silahkan mau bawa yang mana?" Tawar Arin, sesekali pandangannya melirik ke arah dapur, melihat Sonny yang bersembunyi disana.
"Beneran boleh mbak? Kalau gitu saya mau minta bunga mawar aja, gapapa kan mbak Arin?"
"Iya mbak, gapapa. Ambil aja saya masih punya banyak kok bunga mawarnya" Kata Arin mengizinkan.
"Wah makasih banyak ya mbak, kalau gitu saya ambil pot dulu di rumah" Namun Arin langsung menahannya, akan lama jika seperti itu.
"Jangan mbak, ambil saja sekalian sama potnya"
"Serius mbak Arin?"
"Iya, mbak Dewi" Arin melangkah keluar lalu mengambil tanaman mawar miliknya untuk ia diberikan pada wanita berbadan besar tersebut.
"Ini, mbak"
"Waduh saya jadi gak enak, tapi sekali makasih ya mbak. Saya langsung pamit aja, mbak Arin lanjut istirahatnya. Saya permisi mbak, selamat malam"
"Iya, selamat malam juga"
Selepas kepergian sang tetangga Arin bisa bernafas lega, hampir saja ia ketahuan karena sandal milik Sonny.
"Hufftt.... Hampir saja"
•
•
•
•
Mana Nih Yang Belum Vote?? Masih Mamie Tunggu 😁🥰