NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Warga Desa

Misteri Kematian Warga Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.

hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.

tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!

semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.

"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sosok yang menyerupai dyah

Suara burung yang bernyanyi ria, menyambut hangatnya sinar matahari yang mulai muncul di ujung timur, membuat dewi membuka mata.

Ia mulai mengedarkan pandangan, mencari-cari di mana keberadaan dyah yang semalam tidur dengannya.

"Astagfirullah halazim, aku kesiangan. Mbak dyah mana lagi, kenapa gak bangunin aku!" Gerutu dewi kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya.

Gadis manis itu meraih hijabnya, yang dia sampirkan di kursi sebelah ranjang. Sebelum kaki mungilnya berjalan keluar.

"Ibu, bapak!" Panggil dewi sembari melirik ke arah dapur tanganya sibuk mengikat tali hijabnya ke belakang.

Karena tak mendengar suara sahutan dari kedua orang tuanya. Tetapi mendengar suara orang mengobrol dari arah dapur, akhirnya dewi berjalan begitu saja masuk ke sana.

Terlihat ibunya yang sedang mengobrol dengan dyah. Sedangkan dyah sedang mencuci piring di bawah.

"Ibu, mbak dyah. Kok ndak bangunin dewi?" Protes dewi kemudian ia duduk di meja makan, sembari menegak air mineral.

"Sebenarnya kamu tadi sudah di bangunin oleh dyah. Cuma pas dicek, badan kamu panas. Makannya dyah gak bangunkan kamu, dia malah mengompres kamu tadi pagi.... gimana sekarang? Sudah membaik?" Tanya ibunya dewi sembari memotong sayuran.

"Ohhh... aku malah gak sadar. Kalau sekarang sudah baikan sih bu."

"Berarti manjur toh tangan dyah." Ucap bu aminah, ia berusaha menghibur dyah yang masih enggan mengukir senyuman.

Jelas saja kejadian semalam tak mudah untuk dia lupakan. Dia masih terus terbayang, hingga masih belum busa banyak berbicara.

"Assalamualaikum!" Terdengar suara orang di luar, membuat ibu dan anak itu lekas berjalan ke depan.

Dyah yang baru saja menatap piring, baru menyusul ke luar untuk melihat siapa yang datang.

Tepat di saat yang hampir tiba di ambang pintu, langkah dyah yang tadinya sangat cepat, berubah menjadi lamban. Matanya tertuju pada gadis cantik berkerudung pink di hadapannya.

Gadis dengan polesan tipis di wajahnya, tampak menatap tak suka ke arah dyah yang baru keluar dengan baju gamis yang di berikan kepada bu aminah kepadanya.

Kemudian gadis itu berucap, "mbak dyah kok ada di sini bu?" Tanya gadis itu lirih, sembari mengukir senyum palsu.

"Mbak dyah baru saja kehilangan rumahnya. Semua itu yang melakukan adalah warga sini, kasihan dia." Timpal dewi sembari menatap ke arah dyah.

Gadis itu hanya mengangguk lirih. Sedangkan dyah tampak sedikit kebingungan.

"Mbak tau nama saya dari mana?" Tanya dyah, ia sama sekali tidak mengenal wanita itu.

"Saya sering dengar nama mbak dari mas rizky. Bahkan dia juga menyimpan lukisan wajah mbak di kamarnya!" Jelas wanita itu dengan senyuman penuh arti.

"Oh.." dyah hanya bisa menggaruk tengkuknya dengan ekspresi wajah malu.

Sementara bu aminah justru terkejut, mendengar penuturan dari gadis yang ada di hadapanya ini.

"Siska, apa yang kamu katakan itu benar? Kenapa rizky?" Tanya bu aminah yang khawatir dengan perasaan siska. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istri rizky.

"Eh! Nggak apa-apa ibu, itu sudah lama sekali. Mas rizky membuat lukisan wajah dyah sebagai kembang desa ini. Bukan karena suka atau apa-apa!" Ucap siska sebelum rizky berhasil menjawabnya.

"Tapi kan, lukisan itu gak sejelas wajah asilnya. Kenapa kamu bisa sehafal itu ketika bertemu dengan dyah. Bukankah kalian sama sekali belum pernah bertemu?" Tanya rizky yang membuat semuanya terdiam.

"Sudahlah, sekarang sebaiknya nak siska masuk saja. Ibu mau siapkan makanan, kita sarapan bersama ya!" Ucap aminah, ia berusaha menengahi karena merasa suasana mulai tidak enak.

Bu aminah segera siska dan dyah untuk masuk ke dalam. Siska di persilahkan untuk duduk di kursi, mengobrol dengan rizky dan dewi. Sedangkan dyah di ajak ke dalam oleh bu aminah. Karena dyah tampak sekali canggung ketika ada siska di sini.

"Nduk kamu duduk saja ya. Biar ibu saja yang masak, kamu kan sudah bantu cuci piring tadi..." ucap bu aminah yang merasa tidak enak dengan dyah.

"Ndak apa bu. Dyah mau kok bantu, lagian dyah ndak ada pekerjaan. Setelah ini dyah mau lihat tanduran nenek, apakah masih ada yang bisa di tanam. Karena hanya dari situ dyah bisa makan.." ucap dyah yang menbuat bu aminah sedikit iba.

Gadis secantik dia harus menghadapi musibah sebesar ini. Rasanya sangat tidak adil, apa lagi dia sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini. Hanya mereka yang bergati batu, yang berpikir serendah itu. Kalau saja mereka mau menguburkan neneknya dengan baik mungkin semua ini tidak akan terjadi.

"Bu, kok malah bengong? Ndak apa loh. Lagian dyah juga gak ada kerjaan!" Ucap dyah yang langsung membuyarkan lamunan bu aminah.

"Iya udah, ndak apa. Mari bantu ibu." Aminah akhirnya menerima tawaran dyah untuk di bantu memasak.

Dua wanita yang berkutat di dapur itu, tampak sesekali bercanda, di selingi aktifitas memasak.

Apa yang tidak di ketahui dyah dan aminah, rizky sedari tadi menatap ke arah dyah dan ibunya.

Mereka mudah sekali akrab, sedangkan siska dia tidak bisa memasak. Dia adalah anak dari seorang haji terkaya di desa sebelah, itu sebabnya dia di manjakan dan tidak pernah menyentuh dapur.

"Mbak dyah sudah lama di sini wi?" Tanya siska kepada dewi yang sedang sibuk memakan cemilan.

"Umm.. belum mbak. Baru semalam, malan tadi rumahnya kebakaran!" Jawab dewi.

Siska tampak termenung beberapa saat, hingga tatapan dia tertuju pada rizky yang berdiri di balik lemari ruang tengah, dan menatap ke arah dapur.

Jelas ia tengah memperhatikan dyah yang ada di sana.

Siska membuang pandangan, dengan tangan yang memegangi bajunya gelisah. Ia seperti tak nyaman, melihat pemandangan di hadapanya.

"Mbak siska baik-baik saja?" Tanya dewi yang melihat gerak-gerik siska yang gelisah.

"Baik wi. Mbak cuma merasa haus, bisa tidak kamu ambilkan minuman untuk mbak?" Jawab siska.

Dewi mengangguk, dia kemudian bangkit dari duduk panjangnya, dan berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan air minum.

Sesaat setelah dyah berjalan masuk ke ruang tengah, siska bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke arah teras depan, dengan raut wajah yang sulit di jelaskan.

"Kenapa aku jadi takut, jika rizky akan membatalkan pernikahan kami! Padahal pernikahan ini hanya tinggal menghitung hari, bagaimana jika nanti rizky memilih dyah. Mengingat gadis itu sebatang kara, dan tidak memiliki apa-apa. Aku tidak mau! Tidak! Aku tidak mau!" Batin siska.

Ia bergelut dengan fikirannya sendiri, menbuat dirinya mondar-mandir kesana kemari, dengan pikiran yang tak tenang.

"Baiklah! Kalau begitu aku harus berbaut sesuatu!" Siska menarik nafas dalam sebelum akhirnya pergi entah kemana.

"Mas rizky!" Ucap dewi, ia kaget melihat kakaknya tengah mengintip. Rizky yang terkejut, gelagapan mendengar suara dewi.

"Eh kamu wi. Ngapain?" Tanya rizky.

"Mas yang ngapain? Kok ngintip-ngintip gitu?"

"Ndak kok, sudah sana!" Ucap rizky kemudian dia mendorong-dorong tubuh dewi, membuat dewi menggeleng lirih.

Dewi berjalan ke arah dapur mendekati ibunya dan dyah yang sedang memasak.

Tubuh kecil dewi sempat menutupi tubuh dyah yang sedang mengaduk sayuran.

Tepat di saat dewi berlalu, rizky terkejut sampai mundur kebelakang, kala melihat sosok mirip dyah berdiri di balik jendela dapur.

Bukan kemiripannya yang menbuat rizky terkejut, hingga membuat detak jantungnya tak beraturan, melainkan wajahnya yang hancur kehitaman, dengab mata putih polos dan melotot tajam, serta tengah menggendong sosok nenek saroh di punggungnya.

1
Anggita
thorr up ny kok cuman 1 bkin penasaran /Sob//Sob/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
kak author @abdul folback aku dong
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁: terimakasih kak🙏🙏
bedul: udah ya kak. terimaksih udah mampir
total 2 replies
Anggita
mampir thorr/Hey/
bedul: terimakasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!