Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Underground II
Malam makin gelap, namun Hanif dan kedua temannya masih menyusuri jalanan ibu kota. Lampu-lampu makin bersinar dan lalu lalang kendaraan tetap padat. Tujuan selanjutnya adalah rumah Yahya Fathoni, komisaris di Bardi Hara Holding.
Saat sampai di rumah yang cukup besar dan asri mobil yang dikendarai Darwin melambat lalu berhenti. Tidak ada satpam yang terlihat berjaga. Namun terlihat adanya orang mungkin ART yang sedang duduk di teras dekat pintu garasi rumah.
kali ini Hanif yang keluar dari mobil, sementara kedua temannya hanya di mobil mengawasi.
"Permisi" ucap Hanif sedikit berteriak membuat si penjaga melihatnya yang berdiri di balik pagar, lalu dia bangun mendatangi Hanif
"Ya, mau ketemu siapa Pak" Tanya pria setengah baya tersebut
"Pak Yahya, tolong Katakan Hanif Azhar keponakan Pak Gazali ingin bertemu" Jawab Hanif tak mau bertele-tele.
"Tunggu sebentar saya tanyakan dulu ya Pak" ucapnya sebelum kembali berjalan masuk ke dalam rumah melalui garasi.
Lina menit kemudian dia kembali dan membuka gerbang lalu mempersilahkan masuk. Hanif menunggunya mengunci kembali gerbang baru mengikutinya jalan.
"Silahkan masuk dan tunggu dulu Pak" ucapnya sopan mempersilahkan Hanif masuk ke ruangan teras yang sedikit tertutup dengan satu set kursi kayu antik . Hanif duduk di kursi terdekat sementara si penjaga rumah kembali masuk memberitahukan majikannya.
Tak lama sosok yang ditunggunya datang, Hanif berdiri untuk bersalaman dengannya.
"Maaf saya datang tiba-tiba" ucap Hanif setelah duduk kembali di kursi
" Jujur saya kaget, tapi mengingat siapa kamu juga seharusnya saya tidak perlu kaget" jawabnya menatap Hanif " Jadi apa yang membawamu kemari " tambahnya tidak mau berbasa-basi.
Hanif membetulkan duduknya dan menatap balik Yahya sebelum bersuara. " Saya tahu anda dan om saya berteman baik sejak masih sekolah. Dan dengan alasan ini saya datang berharap anda berbaik hati membantu saya atas nama beliau dan adik saya Hana"
"Lanjutkan" ujar Yahya saat Hanif menghentikan ucapannya menunggu respon Yahya.
"Anda pasti tahu jika saham milik Hana dialihkan kepada saya, dan dengan ini berarti saya merupakan pemilik saham terbesar kedua setelah Bardi sekeluarga. Jadi saya minta bantuan supaya saat RUPS dan pemilihan direksi dan komisaris, nama saya dimasukkan untuk dipilih sebagai anggota direksi atau komisaris" Ujar Hanif langsung tanpa basa-basi. Terlihat Yahya sedikit kaget.
"Bukannya keluarga Bardi akan membelinya, dan lagi apa kapasitasmu untuk menjadi direksi ataupun komisaris, Hana saja tidak pernah memintanya" Jawab Yahya terlihat tak suka. Namun Hanif tak mau menyerah
" Saya mungkin tidak sehebat anda ataupun Om Gazali. Tapi selain saya tidak akan pernah melepas saham saya untuk mereka, saya juga tidak mau warisan Om Gazali tidak bertahan karena keserakahan keluarga menantunya yang brengsek" ucap Hanif berapi-api.
"Siapa kamu berani menilai mereka seperti itu" Ucap Yahya terlihat marah.
"Saya tahu anda tidak mengenal saya langsung, tapi saya yakin sebagai sahabatnya om Gazali pasti bercerita tentang saya pada anda. Saya sama sekali tak menginginkan harta dari beliau ataupun Hana. Sampai detik ini semua harta yang diwariskan pda saya masih utuh tak tersentuh. Bahkan saat Nyonya Halima dan kroninya memaksa dengan segala cara untuk mendapatkan sahan yang menjadi milik saya sekarang, tidak saya lepas. Apakah karena saya serakah? No.. Karena saya tidak mau apa yang dibangun dan diwariskan om Gazali hancur. Anda tak perlu menyangkal, perusahaan terancam bangkrut jika tak segera dapat investor. Jika saya berhasil masuk ke jajaran direksi ataupun komisaris, maka saya yakinkan anda bahwa saya akan membawa investor." Ucap Hanif penuh tekad dan keyakinan.
Yahya menatapnya ragu. Dia sama sekali tidak mengenal sepak terjang anak muda di hadapannya. Tapi Sahabatnya sering menceritakan kepintaran dan kemandirian anak muda di depannya ini. Yahya juga pernah bertemu dengan ayah Hanif saat masih hidup. Dia tahu anak ini lahir dari seorang Ayah yang pekerja keras dan bukan penjilat. Bahkan dia tetap bekerja keras membesarkan toko miliknya tanpa sepeserpun minta bantuan kepada saudaranya yang sudah berhasil.
"Saya yakin, anda juga tidak akan rela perusahaan yang kalian ikut besarkan hancur karena sekelompok manusia busuk dan tamak hanya karena merasa lebih berhak sebagai anak dan keluarga pendiri perusahaan. Mereka lupa ada darah dan air mata para partner lain dan karyawan demi membesarkan perusahaan. Hanya menang karena menyandang nama, tapi tak becus kelola" Ucap Hanif penuh amarah.
Yahya kembali terhenyak, namun masih diam. Dia yakin anak muda di depannya sudah memiliki data dan informasi perusahaan yang akurat. Terlebih semua yang dikatakannya adalah benar, dan dia sendiri sudah muak menghadapi benalu keluarga Bardi.
" Baiklah, aku akan coba mempercayai mu atas nama persahabatanku dengan Gazali. Tapi kuharap kamu bisa memegang janji dan kata-katamu. Jika kamu berbuat curang maka aku sendiri yang akan menghabisimu anak muda " ucap Yahya tegas.
Hanif menatapnya, sedikit kaget karena tidak menyangka akan semudah ini. Dia kira akan sangat sulit membuat sahabat almarhum omnya ini setuju dan berada di pihaknya.
" Om bisa pegang kata-kata saya" ucapnya tanpa ragu.
"Baiklah. Tapi dukunganku saja tidak cukup. Karena masih ada yang lain yang jelas akan menjegalmu" Ucap Yahya mengingatkan.
" Saya minta bantuan anda untuk membantu meyakinkan Pak Bachri. Sebagai sahabat saya yakin beliau juga bisa mengambil keputusan yang bijak, apalagi jika anda yang menyampaikan" Ucap Hanif. Tadinya dia berencana akan mendatangi Bachri Faisal besok, tapi sepertinya kalau Yahya Fathoni bisa membantu dia bisa menghemat waktu.
" Baiklah aku akan coba menghubunginya. Tunggulah disini" ucap Yahya sebelum masuk. Hanif yakin dia akan menghubungi sahabatnya melalui telpon .
15 menit berlalu Yahya baru menemuinya kembali. Hanif melihat dia membawa handphone di tangannya. Dugaannya pasti benar bahwa dia baru saja menghubungi sahabatnya. Hanif menunggunya sampai Yahya duduk di kursinya kemudian berbicara.
" Aku sudah bicara dengan Bachri dan Kau dapat kepercayaannya. Tapi seperti kataku, kau rusak kepercayaan kami, maka siap-siap saja dengan akibatnya" ancam Yahya.
Hanif mengangguk
"kau sudah dapat dua pendukung masih perlu dukungan dari beberapa orang pemegang saham supaya pasti duduk di kursi pimpinan" Lanjut yahya.
" Basuki harusnya akan mendukung. Sore tadi saya memberi sedikit kejutan supaya dia memihak pada saya" ucap Hanif menampakkan seringainya dengan jelas.
Yahya tidak ingin bertanya. Saat ini dia yakin keponakan sahabatnya ini bukan cuma pintar dan berani tapi juga berbahaya. .
" Setidaknya kau butuh dua suara lagi. Aku sarankan kau mendekati Paramita dan Danang. Bagaimana caranya. Kurasa kau lebih tahu"
" Baik. Terimakasih. Saya akan pastikan mereka di pihak saya" ucap Hanif yakin.
Kepercayaan diri yang sangat hebat. Mau tak mau Yahya kagum. Semoga pilihannya tidak salah.