Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.
"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."
"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"
Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?
Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?
Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Bab 28. In Festival
Dengan senyuman tipis, Leon kembali menarik napas panjang, menahan gejolak dalam dadanya setelah momen mengejutkan di depan lift. Wajah perempuan tadi masih terpatri jelas di benaknya. Tapi belum sempat dia mengejarnya, pintu lift sudah tertutup. Ia terpaku sejenak, hingga Eric menepuk bahunya.
"Bro? Kenapa lo diem gitu? Ayo balik, nanti kelewatan perform-nya!" seru Eric sambil menarik lengan Leon.
Leon hanya mengangguk, mencoba mengusir bayangan perempuan itu dari pikirannya. "Iya … ayo," ucapnya perlahan, lalu mereka kembali turun ke lantai dua menuju area utama festival.
Begitu mereka tiba, panggung sudah ramai. Musik pembuka dari anime Naruto menggema, disambut sorakan riuh para penonton. Di atas panggung, dua bocah kecil muncul mengenakan kostum mini Naruto dan Hinata. Leon terpaku.
“Xaviera dan ... Xaviero …” bisiknya tanpa sadar sambil tersenyum lebar.
Xaviera tampil penuh percaya diri dengan kostum Hinata, rambut panjangnya ditata menyerupai karakter tersebut, lengkap dengan headband kecil. Ia tersenyum manis dan melambaikan tangan pada penonton, lalu bergaya jurus lembut ala klan Hyuga. Sementara itu, Xaviero jauh lebih enerjik. Ia meloncat ke depan, memperagakan gerakan Rasengan, lalu berteriak, “AKU AKAN MENJADI HOKAGE!” dengan suara lantang.
Sorak-sorai meledak di seluruh ruangan.
Leon berdiri membatu, matanya berkaca-kaca. Di sekelilingnya, pengunjung ramai bersorak, tertawa, dan bertepuk tangan, namun semua itu seolah menghilang. Hanya dua bocah itu yang ada dalam fokus pandangannya kini.
“Leon, itu mereka, kan?” bisik Eric di sampingnya sengaja memancing. Eric sebenarnya merasa kagum dengan ikatan batin antara Leon dan kedua anaknya. Padahal Leon belum tahu kalau kedua bocah itu merupakan anak biologisnya, tetapi ia sudah merasakan ikatan yang begitu erat terhadap mereka.
Leon hanya mengangguk. Tanpa berkata-kata, ia mulai menyusup masuk di antara kerumunan. Mendorong pelan orang-orang di depannya, sesekali meminta izin. Tak peduli seberapa sempit jalan yang harus ia lalui, ia ingin berada di depan panggung—sejajar dengan anak-anak itu. Melihat keduanya dengan lebih jelas.
Salah satu pengunjung yang melihat kostum Leon langsung berteriak, “Lihat! Hokage datang!”
Riuh makin memuncak. Penonton seolah mengira ini bagian dari pertunjukan.
Leon akhirnya berhasil berdiri di barisan paling depan. Matanya terus tertuju ke arah panggung. Xaviera yang melihat ke arah kerumunan, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Matanya membulat. Kemudian senyumnya merekah. Lalu, Xaviero pun mengikuti arah pandang saudara kembarnya.
Begitu melihat sosok dengan jubah putih dan rambut pirang—yang bagi mereka bukan hanya cosplay, tapi impian yang jadi nyata—Xaviero langsung berteriak,
“MINATOOOOOO!!”
Xaviera menutup mulutnya tak percaya, lalu berbisik ke saudaranya, “Itu ... Minato beneran?”
Leon tak kuasa menahan senyum. Ia mengangkat dua jarinya, memberi salam ala ninja, dan melambaikan tangan. Xaviero langsung membalasnya dengan gaya serupa, lalu melompat-lompat kegirangan di atas panggung.
Penonton tertawa bahagia, mengira itu bagian dari show. Tanpa mereka ketahui ... ini lebih dari sekadar cosplay. Ini merupakan takdir semesta untuk mempertemukan ketiganya dalam satu tempat yang sama.
Eric berdiri di samping Leon, matanya ikut berkaca. “Kamu gila banget, Leon. Tapi ... ini keren. Gokil banget.”
Leon mengangguk pelan. "Aku memang gila. Demi melihat mereka secara langsung, aku sampai rela melakukan hal tak terduga seperti ini. Seakan ... ada sesuatu dari balik pertemuan ini. Aku sendiri heran. Kenapa mereka rasanya tidak asing bagiku? Aku seakan begitu mengenal mereka. Sebenarnya siapa mereka? Aku akan segera mencari tahu."
Eric tertegun mendengar itu. Ia pun tersenyum. Ia senang sebab tanpa bersusah payah, Leon akhirnya akan bergerak sendiri mencari tahu tentang siapa kedua bocah itu sebenarnya.
...***...
Satu jam kemudian
Kerumunan pecinta anime bersorak riang saat MC festival mengangkat mikrofon dan berkata lantang, “Dan pemenang utama Festival Cosplay tahun ini jatuh kepada… duet kecil Naruto dan Hinata: Xaviera dan Xaviero!”
Seketika, sorak-sorai meledak. Tepuk tangan menggema dari setiap sudut mall, menyambut kemenangan dua bocah yang dengan penuh semangat menampilkan aksi ninja mereka. Xaviera menatap saudara kembarnya dengan mata berbinar, lalu mereka saling berpelukan kegirangan. Keduanya melompat-lompat kecil, memeluk piala kecil yang diserahkan langsung oleh panitia.
Di lantai dua, Sharon berdiri dengan tangan menutup mulutnya, nyaris tak percaya. Matanya berkaca-kaca menyaksikan dua anaknya berdiri penuh percaya diri di panggung, menerima penghargaan. Di sampingnya, Dion menepuk pelan punggung Sharon. “Keren banget mereka, ya,” ucapnya hangat. “Selamat, ya.”
Sharon mengangguk pelan. “Terima kasih sudah temani kami hari ini,” jawabnya dengan suara lirih namun penuh rasa syukur.
Tak lama kemudian, MC kembali mengangkat mikrofon. “Dan tampaknya, kita semua sudah melihat penampilan keren dari Yondaime Hokage di sini! Wah, luar biasa sekali! Mungkin ... beliau adalah ayah dari Naruto kecil kita, ya?” serunya sambil menunjuk ke arah Leon yang masih berdiri di depan panggung.
Tawa penonton pecah, lalu diiringi tepuk tangan yang makin kencang.
“Pak Hokage,” panggil MC, “bolehkah naik sebentar? Sebentar lagi kita akan menyanyikan soundtrack Naruto sebagai penutup festival. Akan sangat seru jika sang Minato bisa berdiri bersama Naruto dan Hinatanya!”
Leon sempat tersenyum ragu, lalu menoleh ke Eric, yang hanya mengangkat bahu dan mengangguk menyemangati. “Naiklah. Mereka menunggu kamu.”
Akhirnya, Leon melangkah naik ke panggung. Sorakan makin meriah saat dia berdiri di samping dua bocah itu. Xaviero langsung menggenggam jari Leon, menatapnya seolah ingin memastikan bahwa sosok ini benar-benar nyata.
Xaviera pun tak kalah bahagia. Ia menoleh ke arah MC. Dalam hati ia berkata, “Alangkah senangnya kalau dia memang ayah kami."
Seketika, suasana terasa lebih hangat. Beberapa orang menatap dengan senyum haru, bahkan ada yang bertepuk tangan lebih keras dari sebelumnya sebab semua orang mengira laki-laki berkostum Minato itu benar-benar ayah Xaviera dan Xaviero. Meskipun benar, tapi belum ada yang tahu mengenai fakta itu termasuk Leon sendiri. Hanya Eric dan Mischa yang tahu. Tak ada lagi yang lain.
Musik pun mulai dimainkan.
Alunan lagu “Blue Bird” dari Ikimono Gakari mengalun pelan, lalu mengalir kuat di ruangan. MC memberi aba-aba, dan para penonton mulai bernyanyi bersama. Di atas panggung, Leon menggenggam tangan Xaviera dan Xaviero. Ketiganya menari dengan gaya khas Naruto yang lincah dan lucu. Leon bahkan menirukan beberapa gerakan jutsu dengan dramatis, membuat penonton tergelak.
Xaviero menirukan Shadow Clone Jutsu, sementara Xaviera melompat kecil meniru gaya bertarung Hinata. Musik mengalun cepat, dan semua ikut melompat-lompat dan bersenang-senang dalam euforia warna-warni cosplay.
Sharon yang masih menyaksikan dari lantai atas tak kuasa menahan air matanya. Ia menatap panggung itu khususnya anak-anaknya yang tertawa, menari, dengan sosok yang entah siapa itu. Namun, ia senang melihat anak-anaknya bisa bersenang-senang di sana.
"Kau mengenal orang itu?" tanya Dion.
Sharon menggeleng dengan tatapan mata terfokus ke arah panggung di mana anak-anaknya sedang menari ceria.
"Nggak. Kenapa?"
"Nggak papa. Tapi kok bisa kompak banget sama anak-anak. Sampai MC pun mengira dia ayah Xaviera dan Xaviero."
Sharon tersenyum kecil. "Ayah? Mana mungkin. Laki-laki sombong itu mana mungkin bisa seperti itu. Ah, lagipula bukankah hari ini hari pernikahan laki-laki sombong itu?" batin Sharon tersenyum miris.
Bersambung...
vote, vote, vote ....💃🏻💃🏻💃🏻
bener apa kata Djaya...
anaknya terlalu terobsesi
gawat kl sampai aki2 yg hobinya selingkuh sampai berhasil nyari tau masalalu leon dsn berdampak sama kembar