"Kulihat-lihat, Om sudah menua, apakah Om masih sanggup untuk malam pertama?" ucap Haura menatap Kaisar dengan senyum sinis.
Kaisar berjalan ke arah Haura dan menekan gadis itu ke tembok. "Harusnya saya yang nanya, kamu sanggup berapa ronde?"
-
Karena batal menikah dengan William, cucu dari konglomerat terkenal akibat perselingkuhan William. Haura Laudya Zavira, harus menerima dijodohkan dengan anggota keluarga lain atas dasar kerjasama keluarganya dan keluarga William.
Tapi siapa sangka, laki-laki yang menggantikan William adalah Kaisar Zachary Zaffan—putra bungsu sang konglomerat, pria dewasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
Haura membuka pintu kamar dan meletakan semua barang belanjaannya di lantai. Tadi mereka sempat mampir ke butik buat beli baju. Padahal dia sudah melarang suaminya, tapi Kaisar tetap mampir membeli pakaian kerja couple buat mereka. Dia seperti abege yang baru jatuh cinta sehingga ingin baju yang senada.
Mereka tadi juga membeli baju untuk pesta pernikahan William. Baju senada agar terlihat kompak.
Haura membuka lemari, dia ingin menyimpan perhiasan yang tadi dibelikan suaminya. Saat akan membuka laci, dia dikejutkan dengan pelukan Kaisar.
Haura mendorong pelan wajah Kaisar yang berada di lehernya. Dia merasa tidak percaya diri karena badannya yang penuh peluh.
"Jangan di cium lehernya. Banyak keringat, bau. Aku belum mandi, Mas!" seru Haura sambil mendorong wajah Kaisar menjauh, tapi cowok itu tetap mencium bahkan ciumannya makin dalam. Dia meninggalkan banyak jejak di leher sang istri.
Kaisar mendorong tubuh Haura, hingga jatuh telentang di sofa yang ada di kamar. Tangannya menyusup ke belakang bajunya dan menanggalkan pengait bra wanita itu. Dia lalu berdiri dan juga melepaskan satu persatu kain yang melekat ditubuhnya.
"Mas, kamu mau ngapain melepaskan semuanya?" tanya Haura. Baru menyadari apa yang suaminya lakukan.
"Sebelum mandi, aku mau memakan kamu dulu," ucap Kaisar dengan napas berat.
Kaisar membuka kancing baju Haura dan seluruh kain yang melekat di tubuh istrinya. Saat ini keduanya sudah dalam keadaan polos. Dia lalu naik ke tubuh wanitanya, dan perlahan memasuki inti tubuhnya. Dengan gerakan perlahan, dia melakukan goyangan.
Setelah cukup lama bermain di sofa yang membuat gerak keduanya terbatas, akhirnya sampailah keduanya pada puncak kenikmatan. Kaisar mengecup dahi dan bibir Haura.
Kaisar bangun dari atas tubuh istrinya. Tanpa wanita itu duga, pria itu berjongkok di samping tubuh istrinya yang masih telentang dan kembali bermain di dada Haura.
"Kamu belum puas juga?" tanya Haura sambil mengelus rambut Kaisar yang bermain di dada miliknya.
"Mana ada kata puas untuk bermain kudaan." Kaisar lalu berdiri dan menggendong Haura. Membawa masuk ke kamar mandi. Dia mendudukan tubuh Haura di closet yang telah tertutup. Dengan telaten, pria itu membasuh tubuh istrinya sambil tangannya sesekali tetap menjahili bagian tertentu di tubuh sang istri.
"Jangan bermain di sana! Nanti kamu pengen lagi!" Haura menjauhi tangan Kaisar dari tubuhnya.
"Tadi aku sudah bilang kalau kamu harus membayar dengan main kudaan lebih sering," balas Kaisar.
"Itu namanya tak ikhlas beliin aku perhiasan. Masa harus pakai imbalan," ucap Haura dengan cemberut.
"Ikhlas dong Sayang. Seisi dunia ini aja akan aku belikan dengan ikhlas untukmu. Kalau aku minta lebih, itu sebagai ucapan terima kasih darimu. Seharusnya kamu tuh yang ikhlas dong melakukan kalau emang mau mengucapkan terima kasih," kata Kaisar. Haura cemberut mendengar ucapan suaminya yang membalikan kata-katanya.
Kaisar tidak bisa menahan tawanya melihat Haura yang cemberut. Dia menyirami tubuh wanita itu. Setelah bersih dari sisa sabun, barulah gantian dirinya membersihkan tubuh.
Haura memandangi tubuh Kaisar tanpa kedip. Saat menyadari itu, pria itu lalu berjongkok dihadapan wanitanya. Istrinya itu cepat merapatkan kakinya untuk menutupi bagian inti tubuhnya.
"Kenapa memandangi aku tanpa kedip? Baru sadar jika kamu memiliki suami yang sangat tampan?" tanya Kaisar dengan memeluk pinggang istrinya.
Haura dengan lugunya menjawab dengan anggukan kepala. Kaisar jadi tertawa melihat kejujuran istrinya. Dia lalu mencubit hidung wanitanya dengan gemas.
"Setelah ini kita langsung istirahat karena besok harus menghadiri pesta pernikahan William dan Kayla," ujar Kaisar. Lagi-lagi Haura hanya menjawab dengan anggukan kepala.
**
Cuaca cerah menyinari pagi di hari pernikahan Kayla dan William. Namun, meski matahari bersinar dengan riang, suasana hati Kayla jauh dari cerah. Dia berdiri di depan cermin, mencermati dirinya yang cantik bak putri. Gaun putih yang dikenakannya menggoda perhatian setiap orang, tapi senyumnya tampak dipaksakan.
"Kayla, kamu terlihat cantik sekali!" celetuk sahabatnya, Rifah, yang memperbaiki riasan Kayla dengan penuh semangat.
"Ya, terima kasih, Rifah. Kamu juga tidak kalah cantik," jawab Kayla dengan suara datar, mata masih menatap pelaminan yang sederhana di luar.
Sebenarnya bukan sederhana, cukup mewah. Namun, jika dibandingkan dengan pernikahan Haura jauh lebih mewah sahabatnya itu. Saat ijab kabul tadi saja, dia sudah kurang semangat.
Kayla teringat betapa megahnya pesta pernikahan Haura. Semua serba mentereng, undangan berkilau, venue mahal, dan dikelilingi gemerlap lampu. Kini, dia membandingkan pesta pernikahannya dengan Haura dan hatinya terguncang.
“Pesta ini seharusnya lebih wah, Rifah! Kenapa semuanya jadi begini?" Kayla menggerutu, meremas gaunnya.
“Udah, jangan cemberut terus, Kayla. Kamu harusnya bahagia, ini hari spesialmu, ingat?" Rifah mencoba menghibur.
“Iya, tapi …," Kayla menghela napas. "Aku berharap lebih dari ini. William, seharusnya bisa lebih berani dalam bertindak. Sebagai cucu satu-satunya dalam keluarga Wijaya seharusnya pestanya lebih dari Haura."
Di sisi lain, William berdiri di depan cermin dengan setelan jasnya yang rapi. Namun, wajahnya terlihat lelah dan bingung. Untuk sekian lama, ia berusaha memenuhi harapan Kayla, tapi merasa tertekan dengan semua ekspektasi yang mendera.
Saat pesta dimulai, tamu-tamu pun mulai berdatangan. Kayla memaksakan senyumnya ketika menyapa satu per satu, tapi hatinya terasa berat. Dia tidak dapat mengabaikan perasaan cemburu yang merongrongnya.
Apa lagi saat melihat Kaisar dan Haura yang datang dengan gaun mewahnya. Dia merasa kalah saing sebagai pengantin. Matanya menatap ke perhiasan yang dikenakan Haura.
Haura duduk di depan pelaminan bersama dengan keluarga lainnya, juga Mama Kartini. Kedua orang tuanya William ternyata juga sedang menatap ke arah Haura. Terutama mamanya Kaisar. Dia merasa iri melihat perhiasan model terbaru yang dikenakan Haura.
William menatap ke samping. Terlihat wajah Kayla yang cemberut.
"Jangan cemberut. Wajahmu makin jelek!" seru William.
Ucapan William itu membuat emosi Kayla semakin memuncak. Dia menatap wajah suaminya dengan tatapan tajam.
"Apa kau menyesal menikah denganku? Aku tak secantik Haura?" tanya Kayla dengan suara penuh penekanan.
"Jika aku jawab, aku memang menyesali pernikahan ini, kamu mau apa? Mau kita pisah?" William bukannya menjawab pertanyaan Kayla justru balik bertanya.
Kayla terdiam tanpa bisa berkata-kata. Tak menyangka jika William akan menjawab begitu.
"Jelek-jelek begini aku, kau tetap mau tidur denganku," ucap Kayla sambil berbisik ke telinga William.
William jadi tersenyum sinis. Beruntung para tamu undangan sedang menikmati hidangan sehingga tak memperhatikan kedua pengantin yang sedang berdebat.
"Jangankan kau, wanita gila saja dimandikan dan diberi pewangi akan ditiduri pria. Yang terpenting dapat melepaskan napsunya!" seru William.
Tangan Kayla terkepal menahan amarah. Dia tak bisa menjawab ucapan William karena adanya tamu undangan yang mengucapkan selamat.
lanjut thor
untung bkan keturunan wijaya
tp keturunan anak pungut yg kere dr dlu dan gak tau berterima kasih 🤣🤣🤣🤣
Selingkuh penyakit yang berulang