Takdir seakan mempermaikan kehidupan Syakira Anastasia. Kehidupannya yang bergelimang harta, terlahir dari keluarga mapan, gak pernah sekali pun membuatnya menangis karena derita.
Namun takdir membawanya pada seorang pria beruban, dengan fisik bak pria matang.
Membawanya pada hubungan yang gak pernah ia bayangkan. Mampu kah Syakira menjalani perannya sebagai seorang istri di usia labilnya? Atau berakhir menderita seperti yang di inginkan Jims Prayoga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 1 jam yang lalu
Syakira mengerjapkan ke dua matanya, memaksakan ke dua matanya untuk terbuka. Dengan di sambut sinar mentari pagi yang menerobos bebas lewat jendela kamarnya.
Syakira menghembuskan nafasnya dalam, menikmati kemalasan tubuhnya untuk beranjak dari tempat tidur.
“Tumben banget mama gak bangunin aku! Apa mama dan papa juga bangun siang ya? Jadi gak bangunin aku di pagi hari!” pikir Syakira, usai melihat jam dinding di kamar yang menunjukkan pukul 8 pagi.
Syakira kembali menghembuskan nafasnya dalam, mengingat kejadian yang gak pernah ia sangka sebelumnya.
Syakira bersungut sungut kesal, “Gara gara si om busuk, acara nginep aku, Serli dan Mega jadi gagal. Belum lagi acara makan makan sama yang lain. Ihss ngejengkelin banget si itu si om tua! Bener tuh apa kata Irfan, bandot tua!”
Sreeek.
Syakira yang kini genap berusia 18 tahun, menarik selimut hingga menutupi wajah cantinya. Berniat kembali tidur mengingat ini adalah hari minggu.
"Aku bukan pembuat onar, Syakira! Tapi aku malaikat yang datang untuk menghancurkan keluarga mu!” terang Jims, mengakui tujuan kemunculannya.
Sreeeek.
Syakira menyingkirkan kembali selimut dari wajahnya. Kata kata yang terlontar dari Jims bak kaset kusut yang terus terngiang di kepalanya.
“Aaaaaaa! Kenapa aku gak bisa tidur! Aku ngantuk! Dasaaar bandot tua! Ocehan mu terus mengusik tidur ku!” sungut Syakira dengan frustasi.
Syakira beranjak dari tidurnya, menggaruk kepalanya yang gak gatal di depan meja riasnya.
Syakira membola, menatap dirinya sendiri di depan cermin, dengan rambut yang aut autan, “Buuuujuk! Itu aku? Kok kaya singa yang baru bangun tidur ya?” celetuknya.
Syakira mengangkat tangannya satu persatu. Tanpa ragu mengendus ketiaknya, “Uughhh bau asem. Seingat ku sebelum tidur, aku udah mandi looh! Kenapa masih bau keringat kalo setiap baru bangun!”
“Tau lah, biar itu jadi rahasia ilahi aja!” celetuk Syakira dengan acuh melangkah menuju kamar mandi.
Beberapa menit kemudian.
Syakira ke luar kamar, menuruni anak tangga dengan tubuh yang fresh.
“Biiii! Mama sama papa belum bangun ya?” Tanya Syakira, usai mendudukkan dirinya di meja makan.
Hidangan untuk sarapan dengan beberapa menu dan nasi putih sudah tersaji di atas meja.
“Tuan besar dan Nyonya besar sudah bangun, Nona!” cicit bi Ijah, yang baru selesai dengan cuci piringnya.
“Udah bangun? Kok gak bangun aku buat sarapan sih, bi!” Syakira mengerucut kan bibirnya.
Bi Ijah mengelap tangannya yang basah dengan kain lap.
“Tuan gak memperbolehkan Nyonya besar buat bangunin Nona. Kata Tuan besar, biar Nona kecil bisa istirahat.” terang bi Ijah.
“Oohhh gitu ya, bi! Tapi buat lain kali. Bangunin aku aja ya, bi! Kan gak enak, kalo aku sarapan sendirian!” Syakira mengerucutkan bibirnya, menatap bi Ijah dengan tatapan sedih.
Bi Ijah meringis, dengan tatapan memohon, “Bibi usahakan ya, Non! Tapi bibi gak berani kalo harus membantah kata kata Tuan Besar, Non!”
“Ihs bibi mah gitu! Sekarang mama sama papa kemana bi? Mereka lari pagi ya, bibi?” tanya Syakira, dengan ia yang menjawab pertanyaan sendiri.
Syakira mengedarkan pandangannya, mencari cari keberadaan orang tuanya di rumah yang megah itu.
“Tuan besar dan Nyonya besar sudah pergi sejak 1 jam yang lalu, Nona kecil.”
Syakira menatap Bi ijah dengan penuh tanya, “Apa mama mengatakan mereka mau ke mana, bi?”
Bi Ijah menuangkan segelas air putih untuk Syakira, “Gak Non, Nyonya dan Tuan gak bilang apa apa!”
“Bibi temani aku sarapan! Panggil juga pelayan yang lain, mereka pasti belum makan kan bi?” pinta Syakira.
“Kami sudah sarapan, Non! Sekarang Non aja yang sarapan. Selamat makan Non.”
“Beneran udah sarapan, bi? Bibi gak lagi bohongin aku kan? Inget bi, aku bukan lagi anak kecil yah bi!”
“Iya Non! Beneran kami semua udah pada makan pagi.”
Ting nong.
Bel rumah terdengar nyaring.
"Siapa ya bi, pagi pagi udah bertamu!" pikir Syakira.
“Gak tau, Non. Biar bibi buka kan pintu dulu, Non! Non lanjut makan aja!”
"Oke, kalo temen aku. Suruh masuk aja ya, bi!" pinta Syakira.
"Oke, Non!"
Bersambung…