Sena, gadis tujuh belas tahun yang di abaikan oleh keluarganya dan di kucilkan oleh semua orang. Dia bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan bullying yang setiap hari merampas kewarasannya.
Alih-alih mati menjadi arwah gentayangan, jiwa Sena malah tersesat dalam raga wanita dewasa yang sudah menikah, Siena Ariana Calliope, istri Tiran bisnis di kotanya.
Suami yang tidak pernah menginginkan keberadaannya membuat Sena yang sudah menempati tubuhSiena bertekad untuk melepaskan pria itu, dengan begitu dia juga akan bebas dan bisa menikmati hidup keduanya.
Akankah perceraian menjadi akhir yang membahagiakan seperti yang selama ini Siena bayangkan atau justru Tiran bisnis itu tidak akan mau melepaskan nya?
*
Ig: aca0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Tanganmu kenapa?" Tanya Siena setengah berlari mendekati Erlan, wajahnya cemas dan begitu ia berdiri di depan meja kerja Erlan ia pun meraih tangan yang berlumuran darah itu.
"Jadi begitu..."terdengar suara kursi bergeser, Erlan menarik kasar tangannya sehingga Siena dapat melihat dengan jelas luka macam apa yang menjadi asal dari darah itu, rupanya kulit pada buku-buku jari Erlan telah terkelupas.
"Apa yang kalian rencanakan?" Erlan mencondongkan wajahnya ke depan, menatap lekat tepat di netra Siena.
"A-apa maksudmu?" Tanya Siena gugup dan tanpa sadar meremas ujung bajunya.
"Kau menemui Cindy dan memintanya untuk menikah denganku? Kau gila, Siena. Berani sekali kau memberikan seperti barang bekas kepadanya," ujar Erlan tajam.
Deg!
Darimana Erlan tahu kalau ia habis bertemu Cindy? Jangan-jangan Erlan mengirim seseorang untuk mengikutinya dan mendengar semua pembicaraannya dengan Cindy.
Siena menguatkan diri, balas menatap Erlan dengan sorot mata tajam juga terluka, " Kau mencintainya dan aku hanya ingin membantumu-"
"Aku tidak butuh bantuanmu, aku lebih dari cukup untuk membuatnya tetap ada di sisiku." Potong Erlan dengan wajah merah padam, tangannya terkepal kuat, dan pada akhirnya ia menahan diri untuk tidak memukul apapun di dekatnya.
"Kau tidak akan bisa, Erl," Siena menggelengkan kepala, matanya berkaca-kaca. Ah, rasanya sakit sekali, perasaan ini sungguh menyiksanya. Siena juga ingin bahagia tetapi bersama Erlan apa itu mungkin? Siena rasa tidak, Erlan sangat mencintai Cindy dan bersama wanita itu adalah kebahagiaan suaminya.
" Apa maksudmu?" Erlan melangkah gontai ke dekat kaca, melemparkan pandangannya keluar. Tangan kirinya terangkat mengacak kasar rambutnya, ia sudah berpuluh-puluh kali menghubungi Cindy dan tak satupun teleponnya di angkat. Logikanya mengatakan kekasihnya itu memang sudah berubah, tetapi Erlan tidak mau melepaskan Cindy.
" Cindy tidak mau menikah denganmu," kata Siena.
"Kau tidak perlu ikut campur."kata Erlan memperingatkan.
"Ya...ya..." Siena mengangguk, lalu pergi keluar dan tak lama kemudian kembali masuk. Kali ini ia membawa kotak obat di tangannya, segera ia menghampiri Erlan yang masih setia berdiri memandangi taman.
"Lepas!" Ketus Erlan kala Siena meraih tangan kanannya yang terluka.
"Aku hanya mengobati lukamu."ucap Siena kembali meraih tangan Erlan, lalu membersihkan dengan Antiseptik setelah itu mengoleskan obat dan memberikan perban baru disana.
Erlan membiarkan saja, sesekali ia meringis saat Siena tak sengaja menekan lukanya.
"Jangan menemui Cindy lagi."
Siena mendongak untuk melihat wajah Erlan, ada kerutan samar di dahinya, apa Erlan kembali mencurigai nya menyakiti Cindy?
" Aku akan mengurus hubunganku dengan Cindy." Tangan Erlan sudah selesai di obati, ia menghela nafas panjang lalu menatap lama pada tangannya, "Terimakasih."
Siena mematung, mungkin hanya sekedar ucapan terimakasih tetapi perasaan Siena mulai menghangat. Erlan mengucapkannya dengan lembut meskipun wajahnya masih tetap datar.
"Ba-baiklah, aku keluar dulu." Siena membereskan peralatan dan obat lalu keluar dengan tergesa-gesa.
"Tidak ada perceraian,"
Tangan Siena terhenti seketika di gagang pintu, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum senang. Apa Erlan akan memperbaiki pernikahan mereka?
"Itu yang dikatakan dad dan papamu."
Huft!
Bahu Siena merosot, ia mendadak kesal, ternyata bukan kemauan Erlan. Sudahlah. Siena keluar tanpa mengatakan apa-apa.
...°°°...
Jam tujuh malam, Erlan memarkirkan mobil mewahnya di parkiran apartemen Cindy. Setelah merapikan rambutnya yang agak berantakan, pria tampan itu bergegas naik ke atas.
Erlan memasukkan password pintu dengan terburu-buru. Password salah, decakan tidak senang lolos dari bibirnya. Cindy mengubah password pintunya.
Biasanya Cindy memasukkan tanggal jadian mereka sebagai Password. Namun mengapa sekarang Cindy mengubahnya?
Terpaksa Erlan menekan bel, perasaannya kian tidak enak. Sesuatu yang buruk mungkin akan menimpa hubungan mereka.
Cukup lama menunggu barulah pintu terbuka, Cindy keluar dengan baju tidur dan rambut berantakan.
"Sayang..." Erlan meraih gadis itu ke dalam pelukannya, menghirup aroma strawberry samar di leher sang kekasih.
" Kenapa?" Tanya Cindy melepas pelukan, ia membiarkan Erlan masuk dan menutup pintu dengan cemas.
"Kenapa tidak mengangkat teleponku? Semua pesan yang aku kirim tidak ada yang dibalas," tanya Erlan duduk di sofa mahal di tengah-tengah ruangan.
" Aku sibuk, banyak pemotretan beberapa hari terakhir." Sahut Cindy ikut duduk, tidak seperti biasanya yang selalu bermanja dengan Erlan, hari ini Cindy memilih duduk di depan Erlan.
Erlan merogoh saku celananya, lalu berlutut di depan Cindy. Sebuah cincin berlian terpampang dalam kotak kecil di tangannya, hanya sekali lihat Cindy bisa tahu cincin itu di pesan khusus untuknya.
"Will you marry me?" Tanya Erlan sambil tersenyum, matanya menyipit dan ketampanan di wajahnya bertambah berkali-kali lipat.
Cindy tertegun dan membuang pandangan kearah pintu, tak berani menatap wajah Erlan.
" Kita akan menikah kan?"
"Tentu saja, tapi setelah aku menikah dengannya."
"Kenapa bukan aku yang pertama?"
"Aku mencintainya,"
"Tapi, aku mencintaimu."
" Aku tetap harus menikahinya,"
"Lalu, apa aku boleh menikah dengan pria lain sebelum menikah denganmu?"
"Tidak boleh, sayang. Aku tidak suka bekas orang lain,"
"Tapi, dia bekas orang lain,"
"Dia pengecualiannya,"
"Kalau begitu-"
"Aku tidak melarangmu, pilihan ada di tanganmu. Jika mau menikah denganku, maka kau harus menungguku menikah dengannya, setelah itu kau bisa menjadi istriku. Namun, jika kau menikah dengan orang lain, jangan pernah temui aku lagi."
Ingatan Cindy berputar pada percakapan dirinya dengan Nando beberapa tahun lalu. Pria itu akan menikahinya dan Cindy akan selalu menunggunya.
"A-aku belum mau menikah. Karir ku masih panjang dan pernikahan jelas akan menghalangiku." Tolak Cindy menutup kembali kotak di tangan Erlan.
"Kau tidak perlu berkerja lagi, aku akan membiayai semua keperluanmu. Kau boleh menghabiskan seluruh hartaku," kata Erlan serius. Sebisa mungkin menahan nyeri di dadanya, Cindy menolaknya dan jelas itu melukai nya.
" Jadi model adalah impianku sejak kecil, aku tidak bisa menyerah begitu saja, Erl." Kata Cindy menundukkan kepala. Satu-satunya pria yang Cindy inginkan datang kepadanya dengan membawa cincin adalah Nando. Selain dia, semua pria tidak ada artinya bagi Cindy.
"Baiklah," Erlan mendesah kecewa dan menyimpan kembali cincin tersebut. Ia duduk kembali di sofa, menahan gejolak perasaan yang terasa asing. Rasanya sangat sesak dan sakit, inikah yang selama ini Siena rasakan?
Keduanya sama-sama diam dengan pikiran yang berbeda, Cindy yang tak bisa sedikitpun mengenyahkan Nando dari dalam pikirannya. Sementara Erlan terluka dengan pilihannya sendiri, Cindy hanya belum ingin menikah dan seharusnya Erlan menerimanya.
Tetapi, pada akhirnya apa penolakan Cindy murni karena masih ingin berkarir atau dia sudah punya pria lain yang masih lajang? Erlan sungguh tidak ingin membayangkan tentang kemungkinan kedua.
Erlan mencintai Cindy dan luka hari ini akan ia obati sendiri. Ia yakin suatu hari nanti, ketika Cindy sudah siap, mereka akan menikah. Ya, semoga saja.
...***...
Jangan lupa like, komen dan vote