NovelToon NovelToon
Menikahi Gadis Badung

Menikahi Gadis Badung

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Paksaan Terbalik / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:29.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Akay, pemuda yang kadang bermulut pedas, terjebak dalam pernikahan dengan Aylin, gadis badung yang keras kepala, setelah menabrak neneknya. Itu adalah permintaan terakhir sang nenek—dan mereka harus menandatangani perjanjian gila. Jika Akay menceraikan Aylin, ia harus membayar denda seratus miliar. Tapi jika Aylin yang meminta cerai, seluruh harta warisan neneknya akan jatuh ke tangan Akay!

Trauma dengan pengkhianatan ayahnya, Aylin menolak mengakui Akay sebagai suaminya. Setelah neneknya tiada, ia kabur. Tapi takdir mempertemukan mereka kembali di kota. Aylin menawarkan kesepakatan: hidup masing-masing meski tetap menikah.

Tapi apakah Akay akan setuju begitu saja? Atau justru ia punya cara lain untuk mengendalikan istri bandelnya yang suka tawuran dan balapan liar ini?

Apa yang akan terjadi saat perasaan yang dulu tak dianggap mulai tumbuh? Apakah pernikahan mereka hanya sekadar perjanjian, atau akan berubah menjadi sesuatu yang tak pernah mereka duga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Tak Pernah Belajar

Akay menggeleng, ekspresi wajahnya seperti tak percaya. "Selama jadi siswa aku selalu jadi teladan. Nilai bagus, nggak pernah langgar aturan, jadi kebanggaan sekolah."

Ia menoleh tajam ke arah Aylin. "Tapi kenapa malah punya istri geng tawuran?"

Aylin memutar matanya. "Terus kenapa?"

Akay lanjut mengeluh. "Aku merasa jadi anak yang berbakti, penurut. Nggak pernah bikin orang tua malu." Ia melirik Aylin dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Tapi kenapa istriku durhaka dan bikin onar?"

Aylin yang tadinya menatap jendela langsung berbalik menatapnya tajam.

"Kalau nggak mau punya istri durhaka dan suka tawuran, ceraikan aku!" ujarnya tajam.

Akay mendengus. "Heh, ceraikan kau? Nggak segampang itu, bocah!"

Aylin menyilangkan tangan. "Bocah, bocah, bocah! Kau tahu 'kan aku bukan anak kecil?"

Akay mengangkat alis. "Kalau bukan anak kecil, kenapa masih pakai seragam SMA?"

Aylin mengepalkan tangan. "Aku sekolah! Bentar lagi lulus dan masuk kuliah!"

Akay menyipitkan mata. "Oh? Sekolah? Sekolah macam apa yang ngajarin muridnya bawa sajam dan tawuran, hah?"

Aylin menggeram. "Aku nggak bawa sajam! Dan aku bukan bagian dari geng tawuran!"

"Terus kenapa kau ikut-ikutan lari dan pukul-pukulan?" Akay membalas cepat.

Aylin menggertakkan giginya. "Aku...Itu urusanku!"

Akay menepuk setir, frustrasi. "Kau ini keras kepala atau bebal, sih? Mau sampai kapan main-main seperti ini?"

Aylin menyeringai sinis. "Sampai kau menceraikanku."

Akay mendecih, lalu menatapnya tajam. "Kau pikir aku bodoh? Kalau aku ceraikan kau, aku harus bayar seratus miliar! Otakku masih waras, dek!"

Aylin mendengus. "Pelit!"

Akay memutar matanya. "Bukan pelit, tapi aku masih suka uangku. Aku mengumpulkannya dengan bekerja keras, bukan dengan cara menipu apalagi korupsi duit rakyat."

Aylin menyilangkan tangan, menatap jendela lagi. "Huh! Aku juga masih suka kebebasanku."

Akay mendengus, menahan diri untuk tidak mengetukkan kepalanya ke setir. "Tuhan, tolong beri hamba kesabaran."

Di Apartemen Akay

Aylin melangkah masuk ke apartemen minimalis itu, matanya menyapu seluruh ruangan. Terlalu rapi. Terlalu bersih. Seakan tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Baru saja ia hendak mengomentari betapa membosankannya tempat ini, tiba-tiba sesuatu melayang ke wajahnya.

Pluk!

Sebuah handuk, kaus, dan celana training mendarat tepat di mukanya.

"Mandi." Akay bersandar di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada, nadanya datar tapi tak bisa ditawar.

Aylin mendengus, mendelik kesal. "Kasar banget, sih! Nyuruhnya kayak bos ke anak buah!"

"Mandi," ulang Akay, kali ini dengan tekanan lebih kuat.

"Ogah! Lagian, gue tetap cantik meski nggak mandi!" Aylin menegakkan dagunya penuh percaya diri.

Akay mengangkat alis, seolah menimbang ucapannya. "Iya, sih. Tetap cantik, imut dan menggemaskan meski nggak mandi."

Aylin tersenyum puas, mengibaskan rambutnya dramatis. "Tentu saja!"

Tapi senyum Akay berubah menjadi seringai tajam. "Tapi bau."

Aylin terhenti, wajahnya menegang seketika. Matanya menyipit, tangannya mengepal. "Dasar cabai setan!"

Akay terkekeh, matanya penuh tantangan. "Mau kubantu mandi?"

"Gila! Mesum!" Aylin langsung mundur selangkah, waspada. Matanya melotot seolah Akay baru saja menyarankan hal paling menjijikkan di dunia.

Dengan wajah masih kesal, ia masuk ke kamar yang ternyata bersebelahan dengan kamar Akay.

"Nyebelin banget sih orang itu?! Pengen banget aku tendang!" gerutunya sambil melempar pakaiannya ke keranjang.

Tangannya terhenti di udara. Wajahnya mengernyit, lalu mendengus kesal.

"Tapi kenapa setiap dia muji, aku malah tersanjung? Seolah—aku haus pujian?! Padahal kalau cowok lain yang muji, aku biasa aja! Tapi kalau dia…"

Aylin menatap bayangannya di cermin, napasnya memburu.

"Argh! Sial! Kenapa aku malah jadi GeEr?! Apa-apaan ini?!"

Dengan wajah memerah dan hati berdebar, ia buru-buru masuk ke kamar mandi, seolah air bisa mencuci kebingungan dalam kepalanya.

Ia meremas handuk yang baru saja diambil, "Kenapa aku nggak pernah belajar?! Akay itu selalu begitu! Naikin aku ke awan, lalu ngehempasin tanpa ampun!"

Aylin menggeram pelan, "Dasar pria menyebalkan! Cabai setan!"

Namun, semakin ia mencoba membenci, semakin suara Akay terngiang di kepalanya. Cara pria itu memandangnya, nada bicaranya yang santai tapi menusuk, bahkan seringai sinis yang selalu sukses membuat jantungnya berdebar tanpa izin.

"Tsk! Aku nggak boleh begini terus! Aku harus kebal sama omongannya!"

Dengan penuh tekad, Aylin bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan jatuh ke dalam permainan Akay lagi. Tapi… bisakah ia benar-benar menepati janji itu?

Beberapa menit kemudian, Aylin keluar dengan rambut setengah kering, kaus kebesaran Akay menjuntai di tubuh mungilnya hingga paha.

Akay yang duduk santai di sofa dengan kaus lengan pendek dan celana pendek langsung mendongak dan melihatnya.

Sekali lagi, ia memijat pelipisnya, menahan kesabaran yang semakin menipis.

"Kenapa?" Aylin menyipitkan mata. "Pusing? Mau kubelikan Baygon?"

Akay mendengus, menatapnya dengan ekspresi lelah. "Dasar istri durhaka! Celana yang kuberikan ke mana?" Nada suaranya terdengar putus asa menghadapi gadis satu ini.

Aylin menyeringai, menaikkan satu alis. "Kenapa? Kau takut tergoda melihat pahaku?"

Akay terdiam satu detik sebelum tertawa sinis. "Tergoda? Hah! Bocah bau kencur kayak kamu?"

Aylin mendengus, melipat tangan di dada. "Kalau aku bocah, kenapa kau menikahiku dan repot-repot menyeretku ke sini?"

Akay mendecih. "Karena aku nggak mau masuk berita gara-gara istriku yang otaknya nggak dipakai ikut tawuran."

Aylin menegakkan dagunya. "Aku nggak ikut tawuran! Aku cuma—"

"Cuma apa? Cuma pamer betis di tengah lapangan?" Akay menyelanya cepat.

Aylin langsung mendelik. "Hei! Kau pikir aku apa, hah? Aku ini korban keadaan!"

Akay tertawa pendek. "Korban keadaan? Tolong, dek. Itu alasan basi."

Aylin mendengus, melangkah lebih dekat ke arahnya. "Aku nggak peduli. Yang penting sekarang aku mau makan."

Akay mengangkat bahu. "Silakan. Tapi sebelum makan, pakai celanamu."

Aylin tersenyum manis tapi dengan aura menantang. "Kalau takut tergoda, kau bisa lihat ke arah lain, tahu?"

Akay menghela napas panjang, menatap gadis yang jauh lebih pendek darinya itu lama sebelum akhirnya menggumam, "Ya Tuhan, kenapa aku dapat istri model begini?"

Aylin tersenyum penuh kemenangan. "Karena kau belum menceraikanku, SAYANGG."

Akay menutup wajah dengan satu tangan, tahu bahwa perdebatan ini tidak akan pernah berakhir.

Aylin memutar bola matanya malas. "Udah, nggak usah drama! Aku lapar! Mana makanannya? Jangan bilang kau nggak mau ngasih makan istrimu."

Akay menghela napas kasar, jelas mulai kehilangan kesabaran. "Di kulkas ada bahan buat masak."

Aylin menatapnya tajam. "Maksudmu? Kau menyuruh aku masak?"

"Sebagai seorang istri, sudah seharusnya kau menyiapkan makanan untuk suamimu," sahut Akay tanpa ragu, seolah itu adalah fakta mutlak.

Aylin mendengus. "Aku istrimu, bukan babumu!"

Alih-alih terpancing, Akay hanya mengangkat bahu dan berjalan menuju ruang kerjanya. "Kalau lapar, masak. Kalau nggak, ya udah, tahan aja laparnya," ucapnya santai sebelum menutup pintu, meninggalkan Aylin yang kini mendelik kesal.

Akay memutuskan untuk menghindari istrinya sementara waktu dan fokus pada pekerjaannya di ruang kerja. Tapi, Aylin yang tidak suka diabaikan malah sengaja masuk ke ruangan itu, duduk di kursi kerja Akay dengan santai.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Akay tajam.

Aylin mengangkat bahu. "Bosan."

"Lalu?" Akay mengerutkan kening.

"Kau suamiku, 'kan? Harusnya menghibur istrimu yang bosan," jawabnya seenaknya.

Akay menghela napas panjang, mencoba mengabaikan Aylin, tapi gadis itu malah mulai mengusik barang-barang di meja kerjanya. Aylin bahkan iseng membaca dokumen proyek yang sedang dikerjakan Akay.

"Huh? Kau sibuk banget cuma buat ini?" Aylin menatapnya dengan ekspresi mengejek.

"Itu proyek bernilai miliaran. Jangan sentuh sembarangan!" Akay reflek menarik dokumen dari tangan Aylin, tapi gadis itu malah tertawa kecil.

"Tuh, 'kan, kau gampang banget kesal." Aylin menyender di kursi dengan ekspresi puas. "Aku penasaran, sebenarnya tipe wanita seperti apa yang bisa membuatmu jatuh cinta?"

..."Ketika kamu merasa lelah menghadapi drama dalam hubunganmu, ingatlah bahwa setiap ujian adalah tangga menuju derajat yang lebih tinggi. Mungkin, dengan cinta dan kesabaranmu, kamu bisa mengubah 'pembuat masalah' menjadi 'pemecah masalah'."...

...🌸❤️🌸...

Jika cerita ini tidak sesuai dengan ekspresimu, mohon tinggalkan tanpa memberikan ulasan negatif. Jangan menabung bab karena akan merugikan penulis. Dukungan berupa "like" dan komentar positif sangat diharapkan untuk menambah semangat penulis. Terima kasih! 🤗

To be continued

1
Dwi Winarni Wina
Nenek ros merasa umurnya tidak akan lama lagi,,,ingin menyaksikan cucunya aylin menikah dan memaksa pria asing menikah dengan cucunya....

Akay merasa dijebak nenek ros menikahi cucunya...
abimasta
lebih baik tawaran jordi di terima to digantikan dengan akay
Anitha Ramto
Huh Aylin egomu dan gengsimu terlalu tinggi sehingga tidak mau menyadari jika kamu sudah ada perasaan sama Akay...dan buktinya kamu selalu nyaman dalam dekapan Akay...

Darah Akay sudah mendidih si Jordi ngajak balapan lagi sama Aylin...benar² cari mati kamu Jordi..ayo Akay bilang saja ke semua teman² Aylin kalo kalian sudah menikah
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
ganti aja Akay yg pergi balapan ...Aylin jadi penonton /Facepalm/
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
tunggu Aylin mengaku yg Akay suami benaran/Facepalm/.. segera Aylin...Akay ramai yg naksir /Slight/
Sri Hendrayani
wak kyknya bakalan ada perang ini..?
Sri Hendrayani
penasaran sm nasib papanya ay siandi?
Sri Hendrayani
lanjut
Syavira Vira
👍👍❤️👍🏻
Syavira Vira
lNjut
Hanima
lanjut kk
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
wah ganti cover 📔
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
lanjut seru banget....jika yg panas 🔥 selepas jam buka puasa ajar🤭🤣🤣
Esin naufal
bau bau ceembokur ning babang akay
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
marathon /Facepalm/ seru banget kisah Aylin dan anak Andi ini... eh namanya Akay
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
gatel si Mira...tapi bagus bikin si isteri kmkepanasan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
abimasta
tanpa mereka sadari akay dan alyn saling ketergantungan
Syavira Vira
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Syavira Vira
👍👍🙏❤️
sum mia
mereka udah sama-sama suka dan sama-sama saling merindukan tapi masih saja mengelak .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!