Rubia adalah putri seorang baron. Karena wajahnya yang cantik dia dipersunting oleh seorang Count. Ia pikir kehidupan pernikahannya akan indah layaknya novel rofan yang ia sering baca. Namun cerita hanyalah fiksi belaka yang tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Rubia yang menjalani pernikahan yang indah hanya diawal. Menginjak dua tahun pernikahannya suaminya kerap membawa wanita lain ke rumah yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.
Pada puncaknya yakni ketika 3 tahun pernikahan, secara mengejutkan suami dan selingkuhannya membunuhnya.
" Matilah, itu memang tugasmu untuk mati. Bukankah kau mencintaiku?" Perion
" Fufufufu, akhirnya aku bisa menjadi countess. Dadah Rubi, sahabatku yang baik." Daphne
Sraaak
Hosh hosh hosh
" A-aku, aku masih hidup?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan 07
Dengan hati yang gembira dan perasaan bahagia meluap-luap, Rubia melenggang pergi keluar drai mansion. Dia didampingi oleh Mery dan satu kesatria. Nama kesatria itu adalah Sir Rudin.
" Hari ini Anda begitu bahagia Nyonya, wajah Anda dari tadi berseri-seri," ucap Sir Rudin saat hendak membantu Rubia naik ke atas kereta kuda.
" Fufufu, mata mu sangat jeli Sir Rudi, ya aku sangat senang. Setelah sekian lama akhirnya aku tidak bekerja dan itu sungguh menyenangkan. Aku ingin menikmati waktu ku yang sudah sangat banyak tersiksa karena pekerjaan."
" Pilihan yang tepat Nyonya. Jadi mari kita berangkat."
Rudin dan Mery menyusul naik ketika Rubia sudah lebih dulu di dalam kereta kuda. Rudin juga meminta kusir untuk segera berangkat, tapi kereta itu tak kunjung jalan juga.
" Sebentar Nyonya, saya tanya dulu kepada kusir kenapa dia tidak juga mulai menjalankan keretanya."
" Tenang saja Sir, Anda tidak perlu terburu-buru. Hari kita masih panjang."
Rudin mengangguk, ia kemudian turun dari kereta dan berjalan ke depan. Rudin mengerutkan alisnya ketika ada sebuah kereta yang berhenti tepat di depan kereta kuda milik mereka. Dari lambang yang tertera pada kereta kuda, Rudin bisa tahu itu adalah kereta kuda milik Baron Baimon.
" Maaf Nyonya, sepertinya Lady Baimon datang dan dia~"
" Rubi, kamu mau kemana? Bukannya hati ini kamu janji untuk minum teh denganku, kenapa kamu malah mau pergi."
Rubia menghela nafasnya. Ia tidak tahu bahwa teryata Daphne sungguh bertindak tidak sopan begini. Ya kehidupan sebelumnya, Rubia menganggap itu sebagai bentuk keramahan dna keakraban, tapi tidak dengan sekarang. Saat ini Rubia tahu bahwa Daphne sebenarnya tengah bertindak kelewat batas.
" Lady Daphne Baimon, apa kamu sungguh tidak punya etika seperti ini? Bukankah kamu juga mendapatkan pelajaran etiket, seharusnya kamu tahu cara menyapa dengan benar. Aku memang temanmu, tapi saat ini kedudukan lebih tunggu dari pada kamu. Aku adalah Nyonya Countess, seharusnya kamu menyapaku dengan benar. Bukankah begitu Lady?"
" Ya?"
Mata Daphne membelalak, ia terkejut mendengar ucapan Rubia yang seperi itu. Selama ini, tidak, selama setahun ini Daphne selalu bersikap demikian dan Rubia tidak pernah menghiraukannya. Rubia tidak pernah memrotes tindakannya, lalu mengapa sekarang seperti ini. Daphne sungguh bingung, sejenak ia bahkan terpaku menatap Rubia.
" Lancang sekali Anda berani menatap tajam pada Nyonya Countess. Janga lupakan sopan santun Anda Lady," ucap Mery tegas. Meskipun dia hanya pelayan namun dia adalah pelayan pribadi Countess dan dia merasa memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan Daphne untuk tidak berbuat kurang ajar.
Bangsawan yang lebih rendah kedudukannya tidak boleh menatap tajam ke arah bangsawan yang memiliki status lebih tinggi. Itu dianggap perbuatan tidak sopan. Sistem kasta yang masih begitu kental itu memang harus angat dijaga.
" Ma-mafkan saya Nyonya Countess Rubia Gordone. Saya Daphne Baimon memberi salam kepada Nyonya Countess, semoga Anda sellau diberkahi kesehatan dan kebahagiaan."
" Nah kalau begitu, segera menyingkir. Dan perintahkan kusir mu untuk pergi. Kereta kuda ku menghalangi kereta ku, aku ingin pergi dengan segera. Ah oya, untuk jamuan minum teh, aku hari ini sedang sibuk jadi aku batalkan. Nanti aku akan memberitahumu lagi kapan kita bisa melakukannya."
" Ba-baik Nyonya Countess. Semoga perjalanan Anda nyaman dan menyenangkan."
Klaaak
Sir Rudin masuk ke dalam kereta lagi dan kereta kuda bisa berjalan setelah kereta kuda milik Daphne menyingkir. Sir Rudin sebenarnya sangat terkejut melihat aksi dari Rubia. Selama ini ia tahu bahwa Daphne merupakan sahabat baik Rubia, bahkan saking baiknya Rubia, Daphne dibiarkan menginap dan memakai gaun-gaun milik Rubia. Namun sikap Rubia yang baru saja sungguh membuat Sir Rudin bertanya-tanya.
" Wajahmu itu, aku tahu banyak sekali hal yang ingin kamu tanyakan Sir Rudin. Kamu pasti terkejut, pun dengan Mery. Haah, selama ini aku hanya bodoh saja. Aku bodoh karena menganggap dia orang yang tulus. Padahal sebenarnya dia ular berbisa. Jadi sekarang aku akan bersikap tegas padanya."
" Aah begitu, syukurlah Nyonya. Ah maaf Nyonya, saya tidak bermaksud."
Rubia tersenyum, ia tahu beberapa orang di mansion menyukai dan memeringati dirinya. Dia baru sadar selama ini mereka berusaha memberitahu kalau Daphne itu adalah orang yang licik, namun waktu itu Rubia sangat bodoh karena terlampau percaya dengan Daphne.
Di sisi lain, saat ini Daphne sangat geram. Giginya bergemelutuk dan tangannya mengepal erat. Harga dirinya sangat terluka saat diperlakukan seperti tadi oleh Rubia. Terlebih beberapa pelayan dan kesatria kediaman Gordone melihatnya. Ia sungguh malu, amarahnya mencuat. Ia pun tidak jadi datang bertamu ke mansion dan memilih untuk pulang.
Selama perjalanan pulang Daphne marah-marah tidak jelas. Pelayan yang mendampingi Daphne hanya bisa diam dan menundukkan kepala. Dia tidak berani berkomentar, karena kalau salah bicara bisa-bisa ia akan kena pukul oleh Daphne.
Tidak ada yang tahu lady yang dikenal cantik, anggun dan bermartabat itu memiliki kebiasaan buruk yakni suka menyiksa pelayannya jika apa yang ia kehendaki tidak sesuai. Maka dari itu para pelayan memilih diam dan tak acuh.
" Sial sialan, dasar wanita jalangg. Berani-beraninya dia bersikap seperti utu kepada ku. Huh lihat saja, semua yang kau miliki pasti akan jadi milikku. Aku akan membuatmu berlutut di depan kaki ku Rubia. Aku lah yang akan jadi Countess nantinya. Ya setelah kau mati, aku akan jadi Countess yang paling cantik dan bersinar. Tunggu saja Rubia, tunggu saja. Aku pasti bisa mengalahkan mu."
Sebenarnya Daphne selalu merasa iri dengan Rubia. Rubia adalah wanita yang pintar dan juga cantik. Dan saat Rubia menikah, dia juga sangat tidak suka.
Bagaimana bisa Rubia menikah dengan seornag Count? Kenapa pria yang hebat itu harus menikah dengan Rubia? Padahal dirinya lebih cantik, seharusnya pria itu menikah dengannya dan bukan dengan Rubia.
Seperti itulah isi kepala Daphne. Rasa iri yang dimiliki Daphne semakin besar saat melihat kediaman Gordone. Dia selalu beranggapan bahwa seharusnya semua itu menjadi miliknya dan bukan milik Rubia.
" Awas saja Rubia, aku akan menendang mu dari kediaman Gordone dan juga dari posisi Countess."
TBC