Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diusir Kakak
Shireen menunduk. Ternyata sang kakak sudah lebih hafal dengan kepulangannya.
"Iya Kak, sebenarnya si tidak. Tapi, Shireen gak mau bertahan di sana," lirih Shireen.
"Bodoh!" tandas Sahara. Lalu, perempuan itu menatap tajam ke arah Jasson yang masih nangkring di atas motor. "Pasti kamu sudah terhasut dengan ajakan berandalan itu 'kan!" tunjuknya garang.
Jasson mengangkat kedua tangan, dengan tampang seperti orang bodoh, kemudian ia membalas "Aku gak ngelakuin apa-apa Kak!"
"Kak jangan selalu menyalahkan orang yang selalu bersamaku! Memang tuan Samuel yang udah gak butuh aku lagi, buat apa aku bertahan di sana?!" raung Shireen.
"Oke, jadi sekarang kamu mau kembali ke rumah kakak?"
"Ini rumah ibu, rumah aku juga. Aku mau pulang, dan tinggal bersama Kakak lagi!"
Plak!
"Enak banget ya kamu bicara kayak gitu. Mengaku! Kamu pikir, apa yang kamu berikan itu cukup puas buat kakak? Hanya bekerja beberapa bulan saja kamu seakan membiayai semua kehidupan kakak. Ini rumah milikku, dan kamu hanya menumpang!" tegas Sahara dengan memberikan sebuah tamparan panas di pipi adiknya.
Shireen menangis sembari ia elus pipi mulus yang tertampar itu. Jasson tidak tinggal diam, ia turun dari motornya, kemudian merengkuh tubuh Shireen.
"Kakak yang selalu menjadikan aku mesin ATM, sekarang Kakak gak mau nerima aku kembali lagi ke rumahku sendiri. Aku bukan orang lain, aku ini adik kandung Kakak. Di mana hati nurani Kakak?!" bentak Shireen.
"Kurang ajar, tidak sopan ucapanmu itu ...." Sahara mengangkat satu tangannya, bersiap menampar pipi adiknya untuk kedua kalinya. Namun, tak terjadi, karena Jasson sudah lebih dulu menahannya.
"Kewajiban seorang kakak itu membimbing adiknya, bukan menyiksa!" tegas Jasson.
"Ya, aku ini memang kakaknya, dan selain adikku dia adalah benalu. Jadi, aku tidak mau menampung beban lagi!"
Braggh
Sahara menutup pintu begitu keras, tanpa mengucapkan ia sudah seakan mengusir adiknya. Shireen terduduk lemas, mengunci lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana.
"Reen ada gue di sini. Gue bisa ajak lo ke apartemen, lo bisa tinggal di sana," ucap Jasson.
"Gue udah jadi beban, gue gak mau ngeropotin orang lagi," balas Shireen.
"Gak sama sekali ngeropotin Reen, justru gue senang. Ayo, cepet bangun gue gak kenal sama Shireen yang lemah yang gak perkasa kayak dulu!"
Ucapan Jasson seakan memberikan sinyal dalam tubuh Shireen. Dari sekian yang membuangnya, ternyata masih ada orang baik yang mau menampungnya.
"Terima kasih, lo sahabat terbaik gue, hikksss!" Shireen memeluk pria yang dianggapnya itu sahabat, dengan begitu erat. Lagi-lagi ia menumpah air matanya di punggung lelaki ini.
"Ya, kita sahabat ...."
***
Shireen sudah singgah di sebuah apartemen milik Jasson.
"Jass, gue terlalu bebanin lo banget gak sih?"
"Iya. Karena lo itu bawel, jadi beban buat telinga gue denger ucapan lo yang gak enakan itu!"
"Issh, gue 'kan gak enak jadinya. Nanti kalo orang tua lo gak ngizinin gimana?"
Jasson menarik gemas pipi Shireen. Ia mengusap mata gadis itu yang sudah terlihat sembab akibat terlalu banyak menangis. "Gak usah kayak gitu. Ini apartemen pribadi gue, gak ada nempati selain gue. Jadi sekarang ini buat lo. Jaga baik-baik diri lo, gue mau pulang dulu. Besok gue ke sini lagi," ucapnya lembut.
Ia pun pergi menepaki kakinya untuk keluar dari apartemen ini.
"Jasson, thanks!"
Jasson menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Satu kedipan mata Shireen dapat darinya, setelahnya lelaki itu benar-benar keluar.
Kini hanya ada dirinya dan ketenangan. Ketenangan? Oh tidak dengan pikirannya. Semua memori yang terjadi hari ini akan terus repost dalam otak dan pikirannya
"Gimana dengan kehidupan gue kedepannya? Apa mudah melupakan yang udah terjadi? Kenapa bayangan kedua bayi Om, masih terngiang di otak. Gue gak bisa melupakan tangan lembut bayi itu, yang sekarang masih membekas."
Kristal bening kembali lolos. Menangis adalah salah satu cara jalan terbaik untuk melampiaskan segala hal. "Mungkin besok gue mau minta Jasson buat anter ke pantai. Supaya semua yang gue rasain, bisa gue teriakin," gumamnya.
***
Keesokan paginya.
Shireen terbangun dari lelapnya dalam mimpi. Mungkin biasanya menyusui, dan mendapati wajah kedua bayi gemas Azel Azriel, kini hanya ada mentari yang menyambut paginya.
"Lebih baik gue mandi. Udahlah, gue pegel nangis terus," gumamnya beranjak ke kamar mandi.
Setelahnya, selesai ia mengenakan pakaian biasa. Tak ada seragam sekolah untuk hari ini. Mungkin, beberapa hari ia akan alpha untuk tidak masuk sekolah.
Tiba-tiba Jasson datang. Parfum Itali yang begitu mahal menusuk indra penciuman Shireen. Sudah tentu ia hafal dengan kedatangannya itu.
"Morning cewek jelek ...," sapanya. Lelaki itu membawa sebuah bingkisan yang diyakini Shireen terdapat makanan sarapan untuknya.
"Morning playboy!" balas Shireen.
"Tau aja f*ck girls! Eh iya, kita sarapan bareng yuk. Gue bawa makanan banyak nih!"
"Ayo deh, masuk!"
Mereka pun saling bersantap untuk mengisi perut di pagi hari. Sebelum Jasson menjalani kegiatannya ngampus.
"Hmm, Jasson gue habis ini mau cari kontrakan. Mungkin pekerjaan juga, masa iya gue mau numpang terus sama lo," ucap Shireen.
"Apa apaan sih Reen! Gue gak mau ya lu anggap gue orang asing. Pokoknya gue gak mau lo pergi dari tempat ini!"
"Tapi gimana sama sekolah gue?"
"Gue bisa cariin lo, sekolah baru."
"Tanggung Jass, bentar lagi gue semester 2. Paling juga tinggal tunggu beberapa bulan lagi gue lulus!"
Jasson terdengar menghela napasnya, "Huh, Shireena cantik, kalo lo masih sekolah di KBGA otomatis si Samuel sialan itu bakal terus nyari lo. Apalagi sekolah itu milik dia. Lo jadi kayak buronan dikejar-kejar terus sama dia! Udahlah, lo tinggal di sini yang lebih aman dan jauh dari dia ...."
"Hmm, iya juga sih. Tapi gue sayang ninggalin sekolah itu, soalnya tanggung banget. Tapi, gue bakal tetep di sini kok, gue gak pergi."
"Oke bagus! Tapi, terserah lo juga sih. Setelah lulus lo harus kuliah di tempat yang sama, sama gue. Untuk masalah pekerjaan gampang, gue bisa bawa lo ke cafe milik abang gue. Kerjaannya mudah kok, lo cuma ngukir kopi di bagian barista aja. Gue yakin itu pekerjaan yang mudah buat lo."
Shireen tersenyum. Di balik wajah berandalan Jasson, ternyata tercetak hati malaikat juga di dirinya.
"Gak usah salut sama kebaikan gue, kayak baru tau aja asli gue," ucapnya merasa bangga.
Inilah salah satunya dari kekurangan lelaki ini. Selalu percaya diri setelah melakukan sesuatu hal kebaikan.
"Narsis banget sih!"
***
Sedangkan di dalam ruangan kekuasaan seorang Samuel, terdapat kegelisahan dari sang pemilik.
"Kau kenapa?" tanya Tansoon, dia adalah teman sebisnis Samuel bisa dibilang sahabat juga. Kehadirannya di sini pun hanya mengganggu Samuel bekerja.
"Aku kehilangan seorang wanita."
Bersambung ....
Jangan lupa uang parkirnya 👍