"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Empat Belas
Cukup lama Karina dan Aluna menangis berdua saling berpelukan. Rasanya wanita ingin mendorong tubuh bocah itu. Sambil berkata, "Apakah kau tau, jika tangisku ini karena ulah kedua orang tuamu. Lukaku ini ditorehkan oleh ayah dan ibu kandungmu. Sakit hatiku ini karena orang yang telah melahirkan kamu."
Namun, bagaimana pun dia ingin membenci bocah itu, rasa sayangnya lebih kuat. Apa lagi melihat bocah itu yang juba perhatian padanya.
Karina melihat ke samping. Aluna telah terlelap. Mungkin karena kelelahan menangis. Dia bangun dengan pelan, takut mengganggu tidur anak itu.
Karina berjalan menuju kamar mandi. Dia melihat wajahnya di cermin. Matanya tampak sangat sembab. Sangat menyedihkan.
"Kenapa aku menangis? Bukankah yang salah mereka, seharusnya aku kuat dan membalas semua perbuatan mereka. s aku juga manusia Tuhan, hatiku sakit dan terluka mengetahui jika selama ini ternyata aku telah dicurangi," ucap Karina bermonolog.
Karina berjalan ke arah shower dan menghidupkan airnya. Dia berdiri di bawahnya dan membiarkan air membasahi tubuhnya. Air mata kembali jatuh membasahi pipinya.
'Ya Tuhan, izinkan aku untuk menangis sebentar, bukan aku tidak ikhlas atas takdirmu. Tetapi biarkan aku lumpuhkan segala kelelahan yang aku rasakan sebentar saja. Terlihat kuat bukan berarti aku tidak pernah meneteskan air mataku. Dalam kondisi ini aku bersyukur atas ujian, karenanya aku menjadi lebih kuat. Semoga aku bisa bersabar ketika diberikan ujian lagi."
Cukup lama Karina berdiri di bawah shower dan membiarkan tubuhnya basah kedinginan. Berharap semua akan hilang bersama air yang jatuh.
Setelah cukup lama mandi, akhirnya Karina menyudahinya. Tak mau sakit karena harus mandi begitu lama. Karina duduk di depan meja rias setelah memakai bajunya. Memberi polesan di wajahnya. Mario tak boleh tahu jika seharian ini dia menangis. Dengan tangan lemah dia menyapu bedak ke pipi mulusnya.
"Sebenarnya apa rencana-Mu Tuhan. Aku rasanya ingin menyerah dengan ujianmu ini. Mentalku benar-benar terkuras. Jiwaku tidak sedang baik-baik saja. Aku memendam semuanya tanpa seorangpun yang mengetahui keadaanku. Mereka tertipu dengan senyum manisku, wajah ceriaku, dan dengan tawaku. Kepalaku hampir pecah dan aku benar-benar lelah. Rasanya ingin berhenti sejenak untuk bernapas dengan lega," gumam Karina pada dirinya sendiri. Air matanya turun dengan deras membasahi pipinya.
Karina tersentak dari lamunannya ketika terdengar suara langkah kaki mendekati. Dia menyapu wajahnya kembali dengan bedak. Seseorang memeluk tubuhnya dari belakang. Mengecup pucuk kepalanya dengan mesra.
"Sayang, wangi banget. Istriku ini memang yang terbaik. Sudah cantik, wangi baik lagi," ucap Mario.
Karina menepis tangan Mario yang ingin meraih wajahnya, pasti tadi dia ingin mengecup pipinya. Pria itu memandanginya dengan wajah heran. Tak biasanya sang istri menolak, justru dia membalas.
Karina berdiri dan berjalan menuju ke meja makan. Dia tetap memasak untuk suaminya. Sambil menunggu hasil tes DNA, dia akan tetap melayani Mario.
Mario yang merasa heran dengan sikap istrinya mengikuti langkah wanita itu. Dia melihat Karina sibuk menata meja makan.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Mario dengan suara pelan dan hati-hati. Dia takut wanita itu menjadi semakin marah.
"Tak ada apa-apa, Mas. Memangnya kamu berharap aku ngapain?' Karina balik bertanya.
Mario tampak menarik napas dan membuangnya, itu dia lakukan berulang kali. Dia mendekati istrinya. Memeluk pinggang wanita itu dan menariknya agar tubuh mereka merapat.
"Sayang, semenjak kehadiran Aluna, aku merasa sikapmu berubah. Apakah kamu masih marah karena aku membawanya tanpa izin darimu?" tanya Mario.
"Mungkin, tapi ada masalah yang lebih besar dari itu. Aku hanya menunggu kejujuran darimu saja, Mas," ucap Karina.
"Kejujuran dariku?" tanya Mario dengan suara gugup.
Saat Karina akan menjawab, terdengar suara Aluna. Wanita itu kembali sibuk dengan kegiatannya tadi.
"Kita bicara nanti setelah makan malam dan Aluna tertidur!" seru Karina.
**
Karina lalu menyiapkan makan malam dengan tangan yang terampil. Aromanya mengisi ruangan, membangkitkan selera. Aluna dan Mario yang telah duduk di meja, menunggu Karina menyajikan hidangan.
Karina menyajikan nasi uduk dengan ayam crispy dan sayuran segar. Mereka mulai makan dalam diam, hanya suara sendok dan garpu yang terdengar. Tidak ada kata-kata yang terucap.
Mario ingin bertanya tentang keinginan Karina yang mengatakan akan bicara setelah makan, tapi dia menahan diri karena kehadiran Aluna. Dia tidak ingin membuat suasana semakin tegang.
Aluna, yang tak mengerti akan ketegangan di antara dua orang dewasa itu berkata sesuatu yang memecahkan keheningan. "Bunda, masakan Bunda enak banget. Nuna suka. Kalau mami jarang masak. Yang masak bibi," ucap Aluna.
Mario menatap putrinya saat bocah itu mengatakan hal itu. Sedangkan Karina hanya tersenyum menanggapinya.
Karina tersenyum tipis. "Terima kasih, Nuna."
"Terkadang Nuna memang bicaranya ngelantur. Yang dia bilang bibi itu pekerja di yayasan. Kebetulan memang tugasnya memasak dan membersihkan panti," ucap Mario mencoba menjelaskan.
"Kamu tak perlu menjelaskan hal itu, Mas!" seru Karina sambil terus makan.
Mario menggaruk kepalanya yang tak gatal. Terlihat sangat salah tingkah.
Makan malam berlangsung dalam kesunyian, dengan hanya sesekali kata-kata yang terucap. Setelah selesai, Karina membersihkan meja, Mario menemani Aluna bermain dan keheningan kembali menghantui rumah mereka.
Beberapa saat main, Karina meminta Aluna tidur. Dia menemani hingga bocah itu terlelap. Setelah itu kembali ke ruang keluarga di mana Mario telah menunggu di sana. Dia terlihat sangat gelisah.
Karina memilih duduk di samping suaminya. Mario lalu membalikan badan menghadap wanita itu. Meraih tangan dan menggenggamnya.
"Karin, ada apa sebenarnya? Apa yang ingin kamu katakan? Kamu membuat aku takut," ucap Mario memulai obrolan mereka.
"Aku ingin dengar kejujuran darimu, Mas. Sebelum aku mengatakan sesuatu sebaiknya kamu yang mengatakan kebenarannya. Dari dulu sudah aku katakan jika aku tak suka kebohongan!' seru Karina.
'Tapi kejujuran apa dan yang mana ingin kamu dengar, Karin?" tanya Mario dengan suara yang semakin pelan, seakan tenggorokannya tersekat.
"Apa kamu banyak menyimpan kebohongan sehingga bertanya padaku, kejujuran apa yang ingin aku dengar? Berapa banyak kamu membohongi'ku, Mas?" tanya Karina dengan suara penuh penekanan.
Kamu harus mengatakan kebenaran ini ke Mario , biar bagaimana pun Mario harus tahu kebeneran ini
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya