Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Meminta Syrat
Anindya yang berusaha untuk tenang menghadapi laki-laki yang sudah jelas sangat penasaran dengan dirinya. Kavindra yang pasti ingin melihat seluruh tubuhnya dan menikmatinya dengan harga yang sangat mahal. Anindya yang sekarang telah diuji dengan situasi dan bercampur dengan materi.
"Nona, aku sudah berbaik hati mengajukan syarat kepadamu. Kau salah orang jika meminta toleransi kepadaku. Aku akan memberikan toleransi jika kau menuruti apa yang aku mau. Jujur saja aku sangat penasaran bagaimana rasanya tidur bersama wanita yang membungkus seluruh tubuhnya. Apakah bungkusan ini hanya sebuah topeng dan ternyata di dalamnya sama saja seperti wanita zaman sekarang," ucapnya dengan kata-kata yang sangat merendahkan yang membuat Anindya hanya bersabar.
"Aku memberimu waktu satu kali 24 jam untuk memikirkan semua ini. Jika kau tidak datang menemuiku dan menyetujui persyaratan ku. Maka aku yang akan datang ke rumahmu dan akan melakukan apa yang sudah aku katakan barusan kepadamu. Jadi jangan salahkan aku jika bukan hanya kau yang akan kehilangan seluruh aset keluargamu, tetapi juga kehilangan seorang ayah yang sakit-sakitan," ucapnya yang membuat Anindya menelan salivanya.
Jujur semua itu begitu sangat menakutkan dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Bagaimana mungkin Anindya membiarkan Abinya mengatasi manusia serakah di hadapannya itu yang memanfaatkan orang-orang lemah seperti dirinya.
Anindya justru sekarang terjebak dalam perangkap dan mungkin ini maksud dari Abinya agar dirinya tidak pernah ikut campur. Karena Abinya justru ingin melindunginya.
"Nona jadi saranku lebih baik untuk memikirkan semua cara matang dan ambil keputusan yang tepat dan jangan sampai keputusan itu justru membuat kamu akan kehilangan banyak hal," bisik Kalianda.
Anindya bahkan sedikit menjauh dari pria itu, dia merasa kedekatan itu terlalu intens yang membuatnya terperangkap yang tidak bisa bertindak apapun.
"Aku tahu kau sekarang sedang tinggi, tetapi dalam kondisi seperti ini masih ada sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mengatasi masalah," Kavindra terus saja berusaha mempengaruhi pikiran Anindya dan sejak tadi Anindia hanya diam yang tidak memberikan respon apapun.
****
Malam ini Anindya yang sedang melaksanakan sholat istikharah yang minta petunjuk kepada sang pencipta atas dalam masalah yang telah dihadapi.
..."Ya. Allah yang maha mengetahui. Hamba mempercayai semua yang terjadi adalah sesuatu yang sudah ditentukan, maka pasti akan ada jalan keluarnya. Hamba meminta untuk diberikan keteguhan hati, ketenangan dalam menghadapi semua ini. Karena apapun yang akan terjadi itu adalah ketentuan darimu yang pasti untuk terbaik untuk hambamu. Tidak ada manusia yang diuji di batas luar kemampuannya dan hamba percaya engkau mempercayai hamba dengan seperti itu," ucapnya dengan lirih....
..."Hamba serahkan semuanya kepada engkau dan semoga semua ini menjadi keputusan yang terbaik. Kiranya semua jalan yang hamba ambil bisa mendapatkan ridho dari engkau. Amin ya Rabbal alamin," ucapnya dengan mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya yang mengakhiri doa itu....
"Mungkin ini adalah keputusan yang tepat. Aku harus menyelamatkan Abi dari semua hutang-hutang ini. Kondisi Abi saat ini sangat parah dan tidak mungkin beliau menghadapi semua ini sendirian. Jika bukan aku yang bertindak lalu siapa lagi. Selama ini Abi selalu melakukan yang terbaik untukku. Sebagai anak sudah seharusnya berbakti dan berkorban," ucapnya dengan keputusan yang sudah dia pikirkan untuk mengatasi masalah besar yang terjadi dalam keluarganya.
"Abi bukan hanya menjadi seorang ayah yang baik untukku, tetapi juga menggantikan sosok Umi," ucapnya lagi.
Anindya memang harus berpikir matang-matang dan tidak bisa hanya diam saja yang membiarkan para rentenir Itu menyakiti Abinya.
****
Kavindra yang berada di ruangannya yang seperti biasa sangat sibuk menandatangani beberapa berkas.
Tok-tok-tok-tok.
"Ada apa?" tanya Kavindra dengan suara berat.
"Tuan. Nona Anindya datang menemui Anda," jawab suara wanita tersebut yang masih berada diluar pintu.
Mendengar nama Anindya yang tiba-tiba saja membuat Kavindra yang tampak tersenyum miring. Ada kemenangan yang terlihat di wajahnya.
"Ternyata pertahananmu hanya sebatas kata-kata. Kau sama saja dengan wanita di luar sana. Pakaian yang kau gunakan hanya sebuah topeng," ucapnya dengan sinis.
"Suru dia masuk," sahut Kavindra.
"Baik tuan!" sahut wanita itu.
Pintu yang terbuka dan sekretaris Kavindra yang mempersilahkan masuk. Anindya menganggukkan kepala yang menarik nafas dan membuang perlahan ke depan. Lalu melangkah menghampiri Kavindra dan sekretaris tersebut langsung pergi yang tidak lupa menutup pintu.
"Aku sangat tidak percaya jika putri dari tuan Abraham sangat rajin sekali berkunjung ke kantorku. Kita baru saja bertemu dan sudah kembali lagi," ucapnya yang menghentikan pekerjaannya.
Dia kembali melihat wanita itu yang memakai cadarnya dan sayang sekali wajah cantiknya sudah tidak bisa terlihat lagi.
"Hmmmm, biar aku tebak. Apa kedatanganmu menemuiku ingin menyetujui persyaratan ku?" tanya Kavindra dengan sangat percaya diri.
"Benar sekali! tujuan saya datang kemari ingin membahas semua itu," jawab Anindya.
"Wau. Sangat cepat sekali berpikir dan mengambil keputusan yang padahal belum sampai satu kali 24 jam," ejeknya dengan tersenyum miring.
"Lalu bagaimana Nona? kau setuju tidur denganku dan melayaniku, memberi kepuasan di atas ranjangku, maka hutang orang tuamu akan lunas," ucap Kavindra.
Anindya memejamkan mata sebentar mendengar perkataan itu ah yang kembali menarik nafas dan membuang perlahan ke depan.
"Saya setuju dengan permintaan Anda," jawabnya.
"Hah!" Kavindra mendengus kasar yang tidak percaya dengan kelemahan wanita itu yang ternyata tidak sekuat yang dia duga.
"Astaga! Ternyata wanita di dunia ini memang sama saja, jika sudah berbicara dengan uang maka harga diri pun sudah tidak berarti lagi," ejeknya dengan geleng-geleng kepala.
Anindya tidak merespon yang saat ini dia hanya mencoba untuk menenangkan diri agar bisa menghadapi laki-laki yang penuh nafsu di depannya itu.
"Kemarin kau berbicara begitu sangat bijak sekali, membawa nama agama, menasehati ku dan nyatanya kau sekarang menyerahkan dirimu kepadaku hanya untuk melunasi hutang orang tuamu. Jika ujung-ujungnya kau juga setuju dengan permintaanku, untuk apa kemarin terlalu banyak berbicara dan merasa paling suci," sinisnya.
"Anda telah memanfaatkan kelemahan seorang wanita yang berbakti kepada ayahnya. Jika memang itu yang Anda inginkan dan maka saya akan melakukannya demi ayah saya. Tetapi dengan satu syarat," ucap Anindya.
"Syarat lagi," sahut Kavindra dengan menyergah nafas.
"Kau ingin aku memberikan bukti kuitansi pelunasan hutang lagi. Nona untuk itu kau harus tidur dulu denganku dan setelah itu maka hutang ayahmu akan lunas. Jangan khawatir aku bukan pria yang ingkar janji," ucapnya.
"Bukan itu. Hutang akan lunas jika saya sudah melakukan apa yang Anda inginkan," jawab Anindya.
"Kalau begitu syarat apa yang kau inginkan?" tanya Kavindra.
"Nikahi saya," ucap Anindya.
Mata Kavindra mendelik yang sangat terkejut dengan permintaan itu.
Ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha.
Tiba-tiba suara tawanya terdengar membara yang mengejek Anindya yang pasti tidak percaya dengan permintaan Anindya.
"Kau barusan mengatakan apa?" tanyanya dengan mendengus kasar.
"Apa aku tidak salah dengar jika kau sangat berani memintaku untuk menikahimu. Aku belum menyentuhmu saja dan kau sudah meminta pertanggungjawaban. Hey apa yang ada di dalam pikiranmu?" ucapnya yang benar-benar sangat frustasi sampai geleng-geleng kepala.
Bersambung...