bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Tiga Puluh Dua
***
Maxim menepati Janjinya, dimana Pagi ini ia membawa Laudya ke rumah sakit bersama Bu Mayang.
Kalau hasilnya bagus, makan besok baru boleh masuk kerja lagi. Tapi kalau kata dokternya jangan dulu, Maka Laudya harus menuruti nya.
Laudya berharap semuanya aka baik-baik saja dengan hasilnya, ada beberapa agenda yang ia ingin lakukan setelah sembuh nanti.
Sebelum Ke rumah sakit mereka akan mengantarkan Marvel sekolah dulu, kebetulan satu arah.
“Ini kita gak kepagian Mas?” Tanya Laudya.
“Enggak, Mas sudah hubungi Dokternya kalau kita mau datang Pagi.” Jawab Maxim.
Mereka baru saja mengantarkan Marvel, dan sekarang kembali melanjutkan perjalanan nya menuju Rumah Sakit.
“Nanti gak di suntik kan?” Tanya Laudya. Ia sangat sakit dengan yang namanya jarum suntik, makanya kalau di bawa Berobat selalu menolak kalau ke Rumah Sakit. beruntungnya sekarang mau.
Maxim terkekeh, Ia sudah tahu dari Bu Mayang soal Laudya yang takut dengan Jarum Suntik. “Ya Mas gak tahu, tapi seperti nya iya, kan mau Cek Darah sama ambil Sampel nya buat di bawa ke ruangan laboratorium.” Jawab Maxim.
Tubuh Laudya menegang, kenapa ia lupa soal itu. padahal kan sebelum nya Maxim sempat memberitahu soal apa saja yang akan di lakukan nanti di Rumah Sakit.
Maxim melihat ketegangan tersebut, “Jangan khawatir, sakitnya cuma sebentar kok.”
“Nanti Ibu temenin, peluk Ibu saja jangan di lihat.” Ucap Bu Mayang yang berusaha menenangkan Putrinya.
Selama di perjalanan Laudya menjadi banyak diam, ia terus memikirkan soal nanti di rumah sakit. Mau kabur juga tidak mungkin.
Mereka sudah sampai, Laudya langsung di minta untuk segera bertemu Dokter dan mulai pemeriksaan.
Selama pemeriksaan, Maxim dan Bu Mayang selalu berada di samping Laudya untuk memberikan semangat dan menenangkan.
“Kita tunggu Sembilan Puluh menit lebih ya untuk mengetahui Hasilnya, Bu Laudya bisa menunggu nya di dalam kamar inap yang sudah di pesan oleh Pak Maxim.” Ucap Dokter tersebut.
Setelah semuanya selesai dan tinggal menunggu hasilnya, Maxim membawa Laudya masuk ke dalam kamar Inap yang sudah ia pesan sebelumnya.
“Padahal bisa nunggu di luar atau dimana gitu.” Ucap Laudya.
“Lebih nyaman disini, atau mau di taman rumah sakit aja?” Tanya Maxim.
“Disini aja.” Jawab Laudya. Ia masih lemas, lemas kali ini karena tadi tidak sengaja melihat saat proses pengambilan darah nya. padahal sudah di minta untuk memejamkan Matanya, tapi karena sangat penasaran. jadi ia memberanikan diri untuk melihatnya walaupun hanya sebentar.
“Ibu mau ke kantin dulu ya, mau nge-teh sepertinya enak.” Kekeh Bu Mayang.
“Boleh Bu, mau Makan lagi juga boleh.” Balas Laudya.
“Udah Sarapan masa Makan lagi, nanti yang ada malah gemuk.” Ucap Bu Mayang.
Bu Mayang melirik Maxim. “Nak Maxim mau sekalian pesan sesuatu gak?” Tanya Bu Mayang.
“Kalau gak ngerepotin Tante, mau titip Kopi susu aja ya Tan” jawab Maxim.
“Kaya sama siapa aja, gak repot kok.” Balas Bu Mayang.
“Kalau gitu ibu pergi dulu.” Pamit Bu Mayang.
Kini hanya ada Maxim dan Laudya saja, “Masih pusing?”
Laudya menggelengkan kepalanya, “Cuma lemas. Itu juga gara-gara tadi gak sengaja ngintip dikit.” Jawab Laudya.
“Kan tadi sudah di kasih tahu jangan lihat, malah ngintip lagi. Jadi lemaskan.” Kekeh Maxim.
“kan penasaran.”
“Yang bikin lemas itu, liat darah atau jarum suntik nya?” Tanya Maxim.
“Mas ini ya, ya jarum suntik nya lah. Kalau Darah gak terlalu, kan kalau lagi datang bulan sering lihat.” Jawab Laudya.
“Ah iya juga ya, tapi kenapa Seina takut sama Darah ya? itu gimana kalau lagi datang bulan?” ucap Maxim.
“Sambil merem mungkin.” Jawab Asal Laudya.
“Udah ih jangan bahas darah, jorok tahu.” Lanjut Laudya.
Maxim teringat soal temannya yang akan Menikah dua Minggu lagi. ia rencana nya ingin membawa Laudya, semoga saja mau.
“Dua Minggu lagi kira-kira kamu sibuk gak?” Tanya Maxim.
“Sepertinya enggak, sibuk juga sibuk ngapain coba. Paling cuma bantu-bantu Ibu kalau ada pesanan.” Jawab Laudya.
“Kenapa memangnya?” Tanya Laudya.
“Teman Mas ada yang mau nikah, Rencana nya Mas mau ngajak kamu. Mau kan?”
“Kenapa gak bawa Seina aja?” Tanya balik Laudya.
“Dia pasti diajak sama salah satu teman Mas yang satu nya lagi, soalnya teman Mas ini Suka sama Seina.” Jawab Maxim.
“Teman dekat atau teman Jauh?” Tanya Laudya.
“Teman dekat, bisa di bilang sahabat.”
“Berarti Mas jadi groomsmen dong, kalau gitu nanti aku berangkat nya gimana?”
“Katanya gak ada yang namanya begituan, Pernikahan nya juga cuma dari pagi sampai Sore. sederhana gak terlalu mewah, karena mereka menikah juga kerena perjodohan. Jadi katanya gak mau mewah-mewah, sayang uang nya.” Jawab Maxim.
“Mau dari pagi atau siang?”
“Pagi aja ya, soalnya Mas pengen ikut rombongan Pria nya sama pengen lihat pas Akad nya.”
“Ini berarti kamu mau kan?” Tanya Maxim.
Laudya menganggukan kepalanya, “Iya, kalau gak. nanti Mas kasian gak ada pasangan nya.”
“Ngeledek lagi, kan pasangan nya kamu.” Balas Maxim. keduanya sama-sama tertawa.
.
Hasil nya sudah keluar, semuanya normal dan sehat. Dokter nya juga mengatakan Laudya sudah bisa beraktivitas lagi, tapi harus tetap di jaga asupan makanan nya. Dan jangan dulu kerja yang berat-berat.
Laudya bisa bernafas lega saat tahu Hasilnya, ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri. kalau sudah sembuh ingin berbagi di Panti yang sering ia datangi ketika mendapat Rejeki lebih.
Maxim hanya mengantarkan Pulang Laudya dan Ibu nya, setelah itu ia tidak mampir dulu. Karana harus segera ke kantor, dari masih di rumah sakit terus di teror oleh Nanda, katanya banyak berkas yang harus segera di tandatangani.
Setelah mengantarkan Laudya dan Bu Mayang, Maxim langsung berpamitan. Ia sudah mengabari Nanda kalau ia sedang berada di perjalanan menuju Rumah sakit.
Laudya tidak langsung masuk kamar, ia memutuskan untuk berdiam diri di ruang tengah.
“Ibu Mau mulai buat bumbu dulu ya baut di masak nant siang.” Ucap Bu Mayang.
“Mau aku bantu?”
Bu Mayang melototi Putrinya itu, “Jangan ngada-ngada ya Kak, baru juga dari rumah sakit sudah mau bantu-bantu. lebih baik kamu istirahat saja.” larang bu Mayang.
Laudya meringis mendapati tatapan Ibu nya, “Hehe, Iya Ibu.”
Bu Mayang pergi ke dapur, Sementara Laudya. Seperti nya ia akan nonton Film kartun yang sering ia tonton bersama Adik nya. Untuk menghilangkan kebosanan, mau buka media Sosial nya agak sedikit malas, apalagi kalau fyp nya Orang yang mukbang Makanan pedas, nanti bisa-bisa ia jadi ikut pengen.