Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat dari Devan
Clara terbangun dari tidurnya ia mengucek matanya perlahan, wanita itu kemudian menatap sekelilingnya, ternyata dirinya masih berada dikamar tuannya.
Clara meraba-raba perutnya ia merasa memegang sebuah tangan kekar yang melingkar di perutnya, segera Clara menatap ke bawah melihat tangan siapa yang memeluknya.
Dan ternyata benar Devan lah pelakunya. Clara juga merasakan hembusan nafas di lehernya.
Apa-apaan ini! Kenapa tuannya tidur dengannya, dan pakai memeluk segala lagi.
Dreett... dreett.
Entah ponsel milik siapa yang bergetar di atas nakas, Clara berusaha mengambilnya dengan susah payah karena Devan memeluknya begitu erat, dan ia juga merasa tak enak jika menyuruh Devan untuk bangun.
"Ternyata ponsel aku," gumam Clara, di layar ponselnya tertera nomor tak dikenal.
"Hallo dengan siapa ini," tanya Clara dengan suara lirih takut tuannya bangun.
"Kapan anda mau melunasi hutang Bapak anda?!" tanya orang yang diseberang sana dengan nada emosi.
"Maaf saya belum punya uangnya," jawab Clara.
"Saya tunggu besok, kalau anda tidak segera melunasi hutang bapak anda. Saya akan menyuruh anak buah saya untuk menghancurkan rumah dikampung anda sampai habis!"
Mata Clara melotot ia tidak mau rumahnya dihancurkan karna itu satu-satunya peninggalan dari orang tuanya.
"J-jangan! Saya mohon jangan hancurkan rumah saya, saya janji besok bakal saya lunasi hutangnya," jawab Clara dengan cepat meskipun dirinya tidak tau harus mencari uang kemana.
"Saya tunggu besok." setelah mengatakan itu orang tersebut langsung mematikan sambungan telponnya.
Clara meletakan ponselnya di atas nakas kembali saat teleponnya sudah di akhiri.
Perempuan itu sedang kebingungan sekarang, bagaimana ia mendapatkan uang.
"Kamu butuh uang berapa?"
Clara langsung menegang saat merasakan suara orang di telinganya.
"Eh Tuan," ucap Clara dengan gugup.
"Saya bisa membantumu mendapatkan uang." ujar Devan.
Clara langsung mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang dan menatap tuannya.
"Benarkah tuan?! Bagaimana caranya tuan?" tanya Clara dengan begitu semangat.
Devan menunjukkan senyum misterius, tangannya yang masih berada di atas perut Clara kemudian mengelusnya dengan lembut.
"Tapi saya yakin kamu tidak akan mau untuk melakukan ini," ucap Devan dengan senyum meremehkan Clara.
Clara langsung menggelengkan kepalanya."saya mau kok tuan!" jawabnya dengan tegas.
"Saya bisa memberikanmu uang 1Miliar untuk melunasi hutang orang tua kamu, Clara. Dan kamu tidak perlu mengembalikannya. Tapi itu tidak gratis, ada satu syarat yang harus kamu penuhi," ucap Devan.
Clara menatap kedua mata Devan apakah pria itu benar-benar serius.
"Apa tuan serius?" tanya Clara.
Devan mengangguk serius.
"Lalu syarat apa yang harus saya penuhi tuan?" tanya Clara penasaran.
Devan semakin mendekatkan tubuhnya kepada Clara, wanita itu hanya terdiam dengan perasaan gugup, karena saat ini tubuh mereka tidak ada celah sedikitpun, dan tangan Devan juga tak beralih dari perutnya.
"Syaratnya adalah kamu harus melayani saya," bisik Devan ditelinga Clara dengan suara seraknya.
"Ma-aksud tuan?" tanya Clara dengan gugup, dia kaget saat mendengar kata melayani.
"Kamu harus mau melayani saya di ranjang!" ucap Devan lagi.
tubuh Clara menegang mendengarnya, jantungnya berdetak kencang, apa dia tidak salah mendengar.
"Bagaimana apa kamu mau? Kita bisa memulainya dari sekarang." goda Devan dengan senyum devil yang tak di ketahui oleh Clara.
Clara hanya bisa mematung memang dirinya butuh uang tapi ia tidak mau menjajalkan tubuhnya hanya untuk uang, ia masih memiliki harga diri sebagai seorang wanita.
"Aa-pa syaratnya bisa di ganti tuan?" tanya Clara.
"Tidak! Jika kamu merasa keberatan ya sudah tinggal tolak saja, dan kamu cari uang sendiri," ucap Devan dingin.
"Saya yakin tidak ada orang yang mau menerima kamu bekerja selain saya karena kamu sedang dalam kondisi hamil." lanjutnya.
Clara semakin terdiam, yang di katakan oleh tuannya ada benarnya juga, siapa yang mau menerima dirinya dalam kondisi hamil seperti ini, tapi ia tidak ingin menjual tubuhnya hanya untuk uang. Apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Tuan, em saya tidak bisa melakukan itu," ucap Clara pelan tapi masih bisa didengar oleh Devan.
"Baiklah saya tidak akan memaksa. Jika suatu saat terjadi sesuatu kepada rumah kamu, saya tidak akan ikut campur, silahkan kamu cari saja pinjaman ke luar, saya tidak akan mencegah. Tapi jika kamu berubah pikiran kamu bisa datangi saya," ucap Devan kemudian dia beranjak dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi.
Sebenarnya di hatinya saat ini benar-benar merasa dongkol, ia kira Clara akan mau begitu saja karena yang ia tau Clara adalah wanita polos, akan tetapi ternyata salah. Clara juga wanita yang sok jual mahal.
Padahal saat ini juniornya sudah turn on, ingin sekali di belai. Ia sudah menahan hasratnya dari semalam apalagi mereka tidur seranjang semalaman dan Devan dengan modus selalu memeluk tubuh Clara semalaman karena ia merasa begitu nyaman dan empuk.
"Ck, dasar jual mahal padahal semalam sudah aku raba kemana-mana," gumam Devan kemudian masuk kedalam kamar mandi.
Entahlah Clara mendengarnya atau tidak, Devan tidak peduli yang terpenting dirinya beruntung semalam karena ia bisa menggerayangi tubuh Clara saat Clara tengah tortidur nyenyak.
Clara yang masih terdiam dengan pikirannya, lantas segera turun dari ranjang. Ia perlu bekerja hari ini.
Clara membereskan tempat tidurnya dan juga menyiapkan perlengkapan Devan untuk berangkat ke kantor, seperti jas baju dan lain sebagainya.
Setelah dirasa semuanya sudah beres dia kemudian berjalan keluar dari kamar Devan.
"Dira." panggil seseorang.
Suara seseorang mengagetkan Clara yang baru saja keluar dari kamar.
Clara menoleh ke samping, ternyata Mira yang memanggilnya.
"Selamat pagi nyonya," sapa Clara dengan senyum ramahnya.
"Pagi. Kamu habis ngapain di kamar Devan?" tanya Mira.
"Em....itu nyonya, saya habis membereskan tempat tidurnya Tuan Devan," jawab Clara tak sepenuhnya berbohong memang dia tadi membereskan tempat tidurnya Devan.
"Ouh begitu," ucap Mira.
Mira sedikit tidak percaya dengan omongan Clara, masalah penampilan Clara saat ini acak-acakan seperti baru bangun tidur, masa iya mau mulai bekerja tidak mandi dulu. Dan satu lagi ia melihat tanda merah di leher Clara, ia tentu tau itu tanda apa, tapi siapa yang buat Clara seperti itu, kan wanita itu idak memiliki suami.
"Nyonya saya ijin ke kamar ya," pamit Clara ang berhasil menyadarkan Mira dari lamunannya.
"Eh iya silakan," jawab Mira.
Clara tersenyum pada Mira lalu berjalan pergi meninggalkan Mira yang masih berdiri di depan pintu kamar anaknya.
***
Kini Devan dan Mira sedang sarapan pagi.
Sedangkan Clara berada di dapur tengah mencuci buah segar untuk tuannya.
"Van, semalam kamu tidur sama Clara ya?" tanya Mira kepada Devan yang tengah menikmati sarapannya.
"Uhuk-uhuk."
Devan terbatuk mendengarnya, bagaimana ibunya bisa tau dirinya tidur bersama Clara.
"Enggak lah mah," jawab Devan bohong.
"Masa sih. Tapi mamah lihat tadi Clara keluar dari kamar kamu pagi-pagi sekali, dan juga penampilannya masih acak-acakan kaya baru bangun tidur," ucap Mira menatap putra satu-satunya dengan tatapan mengintimidasi.
"Mah, itu memang kebiasaan Clara, maklum dia masih muda sifat kekanakannya juga masih ada, jadi jika dia bekerja terserah dia mau mandi dulu atau tidak," jawab Devan.
"Ouh begitu, memang berapa usia Clara?"
"19 tahun mah."
"Ya ampun masih muda banget dan harus hamil anak kembar," ucap Mira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dira!" panggil Mira sedikit keras supaya Clara mendengarnya.
"Iya nyonya ada apa? "tanya Clara mendekati Mira.
"Kamu belum sarapan kan? Sini duduk samping saya dan sarapan bareng-bareng, kamu lagi hamil nggak boleh sampai telat makan," ajak Mira.
"Iya nyonya," jawab Clara kemudian duduk di samping Mira.
"Clara jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan bilang sama Devan, dia pasti akan membantu kamu. Iya kan Van?"
Devan hanya mengangguk dan menatap Clara yang tengah melirik padanya.
"Em iya nyonya, terima kasih," ucap Clara.
Sekarang memang ia sedang butuh bantuan, tapi bantuan dari Devan tidak bisa menerimanya.
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga