NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mencintaimu

Salahkah Aku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Nawa

Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.

Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.

Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?

happy reading😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 ( Kegelisahan Hasta )

Sarah melemparkan sejumlah uang yang tidak sedikit tepat di wajah Jesan, tetapi Jesan terdiam dengan kedua tangannya terkepal menahan amarah yang ingin sekali ia keluarkan dan membalas perbuatan Sarah seraya menundukkan kepalanya.

“Saya jelaskan di sini. Kamu dan Hasta sangat jauh berbeda dan jangan berharap bisa masuk ke keluarga Nugraha. Karena kamu hanya gadis miskin, dan yang pastinya kamu menjalin hubungan dengan putra saya hanya untuk mengincar hartanya saja kan! Iya kan! Ngaku kamu?!,” Sarah terusa saja memaki-maki Jesan yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

Semua tetangganya melihat perdebatan mereka dan tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka tidak ingin terlibat serta mengenali wanita yang bernama Sarah yang merupakan keluarga Nugraha yang amat terkenal dan tidak ingin mencari masalah dengan keluarga mereka.

“Maaf, nyonya saya memang telah lancang berhubungan dengan Tuan Hasta tapi percayalah saya tidak ada niat sedikit pun untuk mengambil keuntungan ataupun yang dibilang nyonya barusan. Saya mencintai dan menyayangi Tuan Hasta dengan tulus dan tidak berniat jahat,” terang Jesan berkata dengan tangan dan tubuhnya yang bergetar hebat karena merasa takut.

Sarah tidak luluh dengan kata-kata manis yang keluar dari mulut gadis itu ia mengangkat tangannya dan ingin sekali menampar Jesan, tetapi seseorang menahan tangannya,”Jangan mah disini banyak orang,” ujar Vanes yang baru saja datang.

Jesan lagi-lagi dibuat bingung dengan kehadiran Vanes yang tidak ia ketahui siapakah gerangan gadis yang sebaya dengannya. Dengan kasar Vanes membawa Jesan masuk ke dalam diikuti Sarah dan langsung mengunci pintunya membuat Jesan bertambah panik.

“Ka-kalian mau apa?” lirih Jesan.

“Kami mau membuat penawaran denganmu! Duduk!” perintah Vanes.

Jesan menurut dan duduk berhadapan dengan kedua wanita berbeda usia itu yang kini berdiri di hadapannya dengan melipat kedua tangan di atas dada,”Ini, aku akan membayarmu 100 juta gue minta lu menjauh dari abang gue. Karena jujur gue ga bisa nerima lu berhubungan dengan abang gue yang sangat amat tidak pantas bersanding sama cewe yang tidak sederajat dengan keluarga Nugraha!”

Vanes melemparkan sejumlah uang darinya dan dari sang mama. Jesan yang mendengar gadis itu memanggil Hasta dengan sebutan abang pun terkesiap dan tidak percaya jika ia adalah adik dari kekasihnya. Mengapa Jesan berpikir demikian? Karena sangat bertolak belakang dengan sifat Hasta yang tidak pernah membedakan kasta dan juga tidak pernah merendahkan orang miskin seperti dirinya.

“Arggh … sakit,” rintih Jesan karena Vanes menarik rambutnya.

“Jawab jangan diem aja! Atau lu mau gue perlakukan lebih dari ini, hah!” geram Vanes karena gadis itu tidak kunjung menjawab permintaannya.

Dengan air mata yang menetes di kedua pipinya dan napas yang memburu merasakan sakit di dadanya sangat sesak menerima kenyataan jika memang benar dugaannya keluarga Hasta tidak akan pernah bisa menerimanya. Tidak salah ia menyembunyikan hubungannya selam tiga tahun lamanya.

Sekarang entahlah apa yang akan dia katakan, jika dia menolak pastilah Sarah dan Vanes akan berbuat lebih padanya tapi jikalau dia menurutinya itu sama saja membuat dirinya juga sakit. Bagaimana tidak dengan dia menuruti kemauan Vanes dan Sarah yang artinya hubungan mereka akan berakhir yang mana akan membuat Jesan serasa mati dan tidak bersemangat dalam menjalani hidup.

“Ak-aku … aku tidak bisa menuruti kalian. Aku sangat mencintai Hasta dan tidak akan pernah meninggalkannya sekalipun kalian tidak suka,” tegas Jesan.

“Kau …?!”

Sarah dan Vanes murka karena merasa Jesan menantang mereka berdua. Terjadilah penyiksaan terhadap Jesan yang dilakukan keduanya membuat Jesan tidak bisa melawan dan akhirnya tubuhnya tumbang tergelatk di lantai.

“Baiklah, kalau itu pilihanmu jangan salah kan saya akan membuat mu menghilang selamanya dari kehidupan Hasta,” ancam Sarah lalu ia menatap Vanes mengisyratkan agar meninggalkan Jesan yang sudah tergeletak di lantai akibat kekerasan yang ia terima.

“Dugaan ku benar kan, Tuan. Keluargamu tidak akan menyetujui hubungan kita tapi percayalah aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu dan mencintai mu pria yang selalu membuat aku merasa bahagia setiap harinya. Salahkah aku mencintaimu, Hasta putra Nugraha?”

Dalam ketidakberdayaannya Jesan berbicara lirih seraya mengingat kenangan bersama Hasta selama empat tahun ini. Disaat yang bersamaan pula ia merasa kepanasan di dalam rumah nya sendiri dan sedikit menoleh ke arah jendela.

Kedua matanya terbelalak melihat kobaran api yang sudah siap melahap seluruh rumahnya,”Ti-tidak … jangan! Tolong!” pekik Jesan berusaha bangkit berjalan tertatih-tatih menuju pintu dengan menahan dada serta perutnya yang terasa sangat sakit karena Vanes menendangnya dengan amat keras.

Tangan Jesan akhirnya bisa meraih gagang pintu dan berusaha membukanya sembari berteriak meminta tolong, tetapi pintunya tidak bisa terbuka,”Tolong … siapapun tolong aku. Ukhuk … ukhuk. Aku mohon tolong a … ku,”

Bruk

Karena menghirup asap terlalu banyak Jesan kehabisan napas dan membuatnya pingsan. Semua tetangga berhamburan keluar melihat rumah sebelah mereka terbakar dan tidak tau apa penyebabnya. Mereka berusaha memadamkan api sampai petugas pemadam kebakaran datang.

“Tidak … rumah ku!” teriak Mia pemilik kontrakan yang histeris melihat salah satu kontrakannya yang mana di huni Jesan terbakar.

“Hei , cepat-cepat hubungi pemadam suruh kesini,” panik Mia berbicara dengan semua penghuni dan warga yang membantu.

“Saya sudah menghubungi pemadam sebentar lagi mereka datang,” ucap salah satu warga yang menghampiri Mia.

“Ya tuhan kenapa bisa sampai begini, sih. Bagaimana dengan Jesan? Apa anak itu ada di dalam?” tanya Mia.

“Ia dia ada di dalam bu … tidak bisa keluar,” sambung penghuni kontrakan tepat di sebelah kontrakan yang Jesan tempati.

“Apa?! Jadi, maksudmu dia terbakar di dalam?” pekik Mia yang hampir pingsan mendengarnya.

Pria itu mengangguk dan merasa bersalah tidak bisa menyelamatkan tetangganya. Apalagi dia satu-satunya penghuni wanita yang berada di kontrakan itu.

“Nyonya, tugas kami sudah selesai. Sesuai keinginan Nyonya jika gadis itu tidak bisa selamat,” ucap seorang pria melalui sambungan telepon

“Bagus, saya akan memberikan mu bonus,” ujar Sarah dan langsung menutup teleponnya dan tersenyum lebar bersama putrinya.

*

*

“Sttt … Akhhh”

Hasta berteriak karena kopi panas yang sedang dipegangnya tersenggol orang lain dan mengenai tangannya.

“Tuan, kau tidak apa-apa?” tanya Rama.

“Tenanglah, aku tidak apa-apa,” jawab Hasta.

“Maaf, Tuan. Aku tidak sengaja,” ujar seorang gadis yang merupakan pelayan restoran dengan berbahasa inggris.

Hasta mengangkat kepalanya menatap tidak percaya dengan apa yang dia lihat,”Jesan …” lirih Hasta.

“Jesan? Siapa Tuan? Nama saya Emliy,” seru gadis itu.

“Maaf, sepertinya Tuan Hasta salah orang. Baiklah, kau bisa kembali bekerja,” ucap Rama mewakilkan bos nya yang saat ini terdiam seperti memikirkan sesuatu.

“Kita balik ke hotel. Aku merasa tidak enak badan, Rama,” titah Hasta dan di anggukkan sang asisten mereka pun beranjak pergi meninggalkan restoran itu.

Sampai hotel Hasta merendam tubuhnya dengan air hangat di dalam bathtub. Niat hati ingin merilekskan tubuh, hati berserta kepalanya yang sangat pusing, tetapi malah ia semakin gelisah. Hasta membuka kedua matanya saat sebelumnya ia merebahkan tubuhnya sembari menutup matanya. Kini pria itu segera bangkit meraih handuk yang telah di siapkan sebelumnya.

“Huh, ada apa dengan ku hari ini. Kenapa bayangan Jesan terus menghiasai pikiran ku. Tidak seperti biasanya apa aku memang sudah sangat merindukannya,” gumam Hasta melangkah keluar dari kamar mandi dan langsung meraih ponselnya untuk segera menghubungi sang gadis pujaan guna meredakan kegelisahannya. Setidaknya suara kekasihnya bisa mengobati dan menengkan hati nya malam ini agar bisa ia Istrhat dengan tenang.

Namun, beberapa kali ia menghubungi Jesan, tetapi ponselnya tidak aktif,”Aish … dia tuh kemana ya dari tadi aku telepon ga aktif-aktif? Perasaan aku ga sedang berantem sama dia. Apa dia sedang sibuk?” tidak menunggu lama Hasta berganti pakaian dan menemui Rama di kamarnya tepat di sebelah Hasta. Mereka menyewa kamar hotel masing-masing karena Hasta sangat mengutamakan privasinya pengecualian untuk Jesan karena gadis itu nantinya akan menjadi istrinya.

Hasta masuk perlahan ke dalam setelah Rama membukakan pintu,”Apa kau punya nomornya Weni?” tanya Hasta.

“Memangnya ada apa, Tuan meminta nomor Weni,” tanya Rama gugup.

Hasta menatap Rama dengan penuh selidik,”Kenapa Tuan menatap saya begitu?” ujar Rama semakin gugup.

“Kau punya nomornya, kan? Cepat berikan padaku,” pinta Hasta langsung saja Rama mengirimkannya dengan sangat cepat.

Rama hanya mengusap dadanya setelah ini pasti bos nya itu bertanya kenapa dia bisa menyimpan nomor gadis itu,”Hmm … baiklah terimakasih dan sampaikan pada Jesan suruh dia cepat menghubungiku,”

Tut Tut

“Gimana, Tuan. Apa kata Weni? Kenapa Tuan bertanya pada dia tentang Jesan. Bukan langsung menelponnya saja,” tanya Rama.

“Kalau aku bisa menghubunginya, ngapain aku minta nomor Weni pada ….” Ucapannya menggantung dan ia pun memasang wajah curiga pada asistennya itu seolah meminta penjelasan.

Rama menarik napasnya dalam dan langsung menjelaskannya kalau mereka memang sedang ada hubungan,”Sejak kapan, Ra-ma,” cicit Hasta.

“Rahasia lah, Tuan. Aku tidak bisa memberitahu banyak karena aku sendiri pun masih belum sepenuhnya diterima Weni” terang Rama.

“Kenapa?” tanya Hasta seraya melangkah kan kakinya menuju jendela besar yang memperlihatkan jalan raya London dengan lampu nya yang kerlap-kerlip begitu sangat indah jika dilihat dari atas.

“Alasannya, aku sudah berumur dia takut cepat diajak menikah. Memangnya aku sudah setua itu kah? Baru aja …” ucapannya menggantung melihat Hasta yang terlihat bersedih dengan kedua matanya berkaca-kaca.

Bug

Rama menepuk pelan bahu sang CEO membuyarkan lamunan Hasta. Pria itu langsung menoleh pda Rama dengan menarik napas dalam seolah sedang menahan tangis dan sedikit sesak di dalam dadanya.

“Apa ada masalah, Tuan?” tanya Rama.

“Tidak … aku tidak tau ada apa denganku hari ini. Aku selalu memikirkan Jesan ingin rasanya aku pulang sekarang juga tapi pekerjaan ku belum selesai,” ujar Hasta.

Dreet

Dreet

Seseorang menghubungi Rama,”Baik, Tuan Aldo saya akan sampaikan pada Tuan Hasta. Terimakasih atas infonya senang bekerjasama dengan anda,” ucap Rama melalui telepon dan berbicara dengan kliennya.

“Ada apa?” tanya Hasta sedikit kahwatir.

“Kabar baik, Tuan. Pak Aldo mengatakan jika proyek ini di tunda dulu selama dua minggu karena beliau ada urusan keluarga yang sangat mendadak. Jadi, dia meminta agar dilanjutkan di Jakarta saja. Dia juga bilang beliau sendiri nanti yang akan menemui Tuan di perusahaan,” terang Rama yang mana membuat Hasta bersemangat kembali karena akhirnya dia bisa cepat menemui pujaan hatinya lagi.

“Baiklah, kemasi barang-barangmu kita pulang hari ini juga,” titah Hasta.

“Apa?! Malam ini?” pekik Rama yang melongo menatap kepergian bosnya yang sudah pergi keluar kamarnya.

“Serindu itukah dia sama Jesan, sampai harus malam ini juga berangkat,” gumam Rama.

*

*

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!