“Damian, ah, jangan...”
"Itu geli, jangan seperti itu."
Arissa berdiri di depan ruangan kantor direktur Miracle group, dia mendengar suara Damian suaminya yang sedang bermesraan dengan wanita lain di dalam ruangan itu, suara manja wanita yang tengah bersama dengan suaminya itu seperti belati tajam yang menghujam jantungnya.
“Nyonya, direktur sekarang sedang sibuk, nanti akan saya sampaikan jika nyonya datang mengunjunginya...” Asisten pribadi Damian, Remi dengan wajah canggung dan penuh simpati menatap Arissa.
"Damian apa yang kamu...." Belum sempat Arissa menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah di bekap oleh bibir Damian.
Ciuman Damian kali ini lebih kasar dari sebelumnya. Seperti hendak menelan Arissa bulat-bulat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 19
"Baik pa, aku berjanji tidak akan bercerai dengannya." Akhirnya hanya ucapan itu yang bisa keluar dari mulutnya meskipun sebenarnya sangat berat untuk dirinya.
Mendengar ucapan janji Damian, papa Richard tersenyum senang.
"Rissa ada di rumah ini, dia ada di dalam kamarnya. Pergilah, temui dia dan minta maaf padanya."
Damian terpaksa mengangguk pasrah, dia tidak punya pilihan lagi. Ini demi ayahnya.
Padahal jauh di lubuk hatinya, Kalau bisa, Damian tidak ingin melihat perempuan itu.
Damian meninggalkan kamar papa Richard, dengan langkah berat dia menuju kamar di mana Arissa berada.
Dengan aura dinginnya Damian menuju kamar Arissa.
Damian membuka pintu dengan kasar, membuat Arissa yang berada di dalam kamar mandi seketika menjadi kaget.
Dengan terburu-buru Arissa keluar dari kamar mandi untuk melihat siapa yang membuka paksa masuk kedalam kamar itu.
"Rissa! Sekarang kamu pasti sangat bangga diri karena terus terusan bisa memanfaatkan orang tua itu untuk memaksa ku membujuk mu, iyakan?!" Suara Damian penuh dengan amarah dan kebencian.
Namun, langkahnya terhenti saat tahu terjadi uang masuk kedalam kamar adalah Damian.
Seketika tubuhnya langsung menegang panik.
Damian! Itu suara Damian!
Oh tuhan!
Damian pulang!!!
Arissa tiba-tiba merasa semua pemikiran dan rencananya hancur, kepalanya terasa sangat sakit sekali, lalu segera memejamkan matanya, menanti musibah datang. Dia sudah siap dengan semua konsekuensi yang akan dia dapatkan.
Dia menoleh perlahan..
"Benda menjijikan apa di wajahmu itu?" Tanya Damian melihat wajah Arissa dengan jijik, wajahnya menunjukkan ketidak sukaan yang besar.
Mendengar Damian bertanya, Arissa segera membuka mata, mengulurkan tangan menyentuh dahinya, melihat ada yang menempel di ujung jarinya, dia baru sadar.
Tadi saat dia bangun tidur, dia merasa kulitnya sangat kering, dia pun mengambil masker yang dulu belum habis dipakai yang di simpannya di kamar itu, lalu ditempelkan di wajah, agar kulit wajahnya menjadi sedikit lembap kembali.
Kedatangan Damian tiba-tiba, membuatnya terserang panik hingga lupa jika dia memakai masker di wajahnya.
Arissa menghela nafas lega. Dia terselamatkan kali ini. Lain kali dia harus lebih hati-hati lagi.
Masker karakter panda yang di pakainya itu sungguh menyelamatkan dirinya.
Untung saja, dia mengenakan masker, kalau tidak, identitasnya akan ketahuan oleh pria dingin itu.
"Aku memakai masker di wajahku." Jawab Arissa dengan bangga karena dia berhasil lolos.
Damian menatap mata perempuan di depannya itu, mata itu mengingatkan pada mata bening menggoda seseorang.
Seperti milik Arissa....
"Bersihkan masker mu, aku tidak mau sekamar dengan binatang..."
Bi... bintang!
Dia memang memakai masker dengan karakter panda, tapi bukan artinya Damian harus menekankan kata binatang bukan?!
Bersihkan?
Mana mungkin???
Arissa masih berharap masker ini bisa menutupi identitasnya!
Arissa memutar otak mencari ide, dia tidak bisa ketahuan oleh Damian. Tiba-tiba Arissa ingat sesuatu.
Dia tahu jika Damian begitu tidak menyukainya, pria itu begitu membenci dirinya
"Akan aku bersihkan. Tapi, aku mau kamu membantuku... Sayang" Arissa tersenyum manis saat mengucapkan itu, persis layaknya perempuan penggoda.
Dia bahkan merasa geli dengan dirinya sendiri saat bersikap seperti itu.
Damian yang mendengar perempuan yang di benci memanggilnya dengan sebutan sayang, membuat bulu kuduknya berdiri..
Arissa terus memasang wajah genit dan menatap Damian dengan penuh keinginan seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya.
Dia harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk berakting, demi menyelamatkan nyawanya dari pria busuk di depannya itu.
"Sayang.... Ayo bangun aku bersihkan masker ku, Kitakan jarang ketemu." Arissa kembali menggoda berharap Damian yang merasa jijik akan segera pergi karena tidak tahan melihatnya bersikap semenjijikan itu.
Menatap Arissa dengan jengah, merasa jika perempuan di yang di depannya itu sungguh tidak tahu diri. Memberinya surat cerai tapi bersikap tidak tahu malu saat bertemu dengannya.
"Rissa! Kamu benar-benar tidak tahu malu!" Damian menatap Arissa seperti setumpuk sampah.
"Dan, aku tidak mau berlama-lama di dekat sampah busuk, karena tidak tahan dengan bau busuknya!" Ucap Damian lalu membalikkan badan dan pergi.
Sungguh ucapan yang memuji...
Ada rasa getir di hati Arissa saat mendengar kata-kata itu, tapi dia bisa terima. Karena, setidaknya dia sudah selamat.
Kebencian Damian terhadapnya, benar-benar makin hari semakin bertambah.
Damian yang dengan terburu-buru meninggalkan kamar, tidak suka dengan pemikirannya.
Karena yang di benaknya terus terlintas Arissa. Dia merasa jika perempuan menjijikkan itu begitu mirip dengan Arissa.
Tubuhnya, tinggi badan dan matanya, sungguh sangat mirip!
Tapi, dia kembali mencoba membuang pemikiran itu, bagaimana bisa perempuan rendahan itu dia samakan dengan perempuan yang di sukanya.
"Tidak bisa, aku tidak bisa terus berada di sini, aku harus pergi!" setelah Damian pergi, Arissa pun memutuskan untuk pergi.
Karena jika terus berada di rumah itu, pasti nanti akan ketahuan. Jadi dia harus pergi segera.
Arissa bergegas mengambil tasnya, tanpa sadar tangannya memegang masker yang ada di wajahnya, teringat kemungkinan akan bertemu dengan Damian lagi, dia memutuskan untuk membiarkan masker itu di wajahnya.
Dengan hati-hati Arissa keluar dari rumah layaknya seperti pencuri, untungnya dia bernasib baik, dia tidak bertemu lagi dengan Damian.
Setelah keluar dan cukup jauh dari rumah, Arissa ingat dia belum berpamitan pada papa Richard.
"Rissa kamu di mana? Bibi Maylin ke kamar kamu tapi kamu tidak ada di dalam." Terdengar suara papa Richard yang khawatir mengangkat panggilan Arissa.
Suara khawatir papa Richard membuat Arissa merasa bersalah.
"Papa, maaf, di tempat kerja Rissa ada pekerjaan mendadak yang harus aku selesaikan. Aku tidak sempat memberitahu papa karena terburu-buru." Kata Arissa dengan penuh perasaan bersalah.
"Papa pikir ada apa, kamu jaga diri baik-baik. Pekerjaan itu tidak ada habisnya, kalau kamu lelah istirahat saja, Jika atasan memarahi mu, berhenti saja. Papa punya perusahaan, kamu bisa bekerja di perusahaan papa, atau kalau mau papa bisa mendirikan perusahaan untukmu." Ujar papa Richard.
"Baik pa, aku tidak akan membuat diriku kelelahan, terima kasih atas tawaran papa dan maaf, aku tidak bisa makan malam dengan papa." Ucap Arissa.
Setelah berbicara sebentar, panggilan telepon itu pun berakhir.
Arissa menghela nafas berat, papa Richard memperlakukan dia sudah seperti memperlakukan putri kandungnya sendiri, hanya sayangnya, dia tidak memiliki kesempatan untuk terus menjadi menantunya.
Saat panggilannya dengan Arissa berakhir, papa Richard meminta bibi Maylin memanggil Damian.
"Apa yang kamu lakukan di kamar tadi? Apa kamu bertemu dengan Rissa? Atau kamu kembali membuatnya marah?" Papa Richard melemparkan tatapan curiga pada Damian.
Apa lagi yang perempuan itu katakan pada papa!
Damian mengira jika Arissa melapor yang tidak-tidak pada ayahnya.
"Damian! Apa kamu benar-benar ingin papa mu ini mati dengan cepat?"
Damian masih terus diam, menyimpan semua kemarahan di dalam hatinya, wanita rendahan itu, caranya sangat licik, dari awal sudah mengambil hati ayahnya, tidak peduli dia mengatakan apa, ayahnya pasti menganggap dia tidak benar, untuk apa lagi dia memberi penjelasan? Toh, tetap tidak akan di percaya oleh ayahnya.
Papa Richard yang melihat Damian hanya diam tak menjawab semua ucapannya. Akhirnya hanya bisa mengambil nafas dalam-dalam, meneguk segelas teh yang ada di mejanya.
"Tanggal 1 bulan depan, ulang tahun perusahaan ke 101, pada saat itu aku tidak peduli kamu punya pemikiran apa, papa mau Kita semua berkumpul, aku, kamu dan Rissa."
Papa Richard akan mengunakan ulang tahun perusahaan menjadi kesempatan untuk memperkenalkan menantunya itu ke publik. Dia akan mengumumkan Arissa sebagai nyonya keluarga. Dengan begitu, Anaknya tidak akan berani lagi pada menantunya itu, karena kalau sampai dia bercerai dengan Arissa, dia pasti akan di rugikan..
...****************...
Selamat membaca untuk kalian. Jangan lupa support author dengan like, komen dan vote ya, dan tolong berikan bintang 5. Terima kasih semuanya.
kita ikuti
ceritanya thor
apakah dirimu lagi sibuk?
semoga author sehat " ya
🙏🙏🙏
di tunggu up nya...
bersatu lagi thor
bikin sebucin bucinnya
mereka ber 2
lanjut thor ceritanya
semoga iya biar terkejut