NovelToon NovelToon
ANTAGONIS? NO PROBLEM!

ANTAGONIS? NO PROBLEM!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Crazy Rich/Konglomerat / Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Bad Boy
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: fasya_bby

[Colab with kak Mozarella_cha]
[Cerita dalam proses merevisi]
.
.
Cerita ini mengandung adegan yang membuat kalian geleng-geleng kepala dengan antagonis satu ini.
.
.

Rheasya Livynza Quittern, mahasiswi cantik jurusan bisnis yang namanya dikenal karena segala tingkah absurdnya.

Kelakuannya, membuat semua orang pusing tujuh keliling bahkan harus menyetok banyak kesabaran untuk menghadapinya.

Namun bagaimana jadinya kalau Rhea malah mengalami transmigrasi, usai menghirup bau kentut dosen killer.

Jiwanya merasuki tubuh yang memiliki peran sebagai antagonis sebuah novel yang sekilas membaca cerita sinopsisnya saja.

Kali ini antagonisnya sangat berbeda dengan deskripsi tokoh jahat di novel umumnya.

QUEEN BULLYING ❎
Seragam ketat dan make up menor ❎
Dibenci protagonis pria ❎

QUEEN LAVEGOS ☑️
Keluarga harmonis ☑️
Protagonis pria posesif ☑️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasya_bby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - A?NP!

Pak Wahyu melotot karena merasa tidak terima dirinya dikatai murid baru dengan kata 'jamet'.

Sialan! Cari masalah rupanya.

"Kenapa?? Nggak bisa menjawab pertanyaan saya?? Kalau bapak beneran mau mencari masalah, dengan senang hati saya ladenin. Jangan kebanyakan bacot doang bisanya."

"Bisa gila saya kalau terus berbicara sama kamu, masuk kelas saja sana." suruh Pak Wahyu sambil mengusir Rhea untuk segera keluar dari sini.

Rhea menurut? Oh tentu tidak.

Siapa pria tua mesum itu hingga dengan seenak udel menyuruh bahkan mengusirnya?

Orangtua bukan, kerabat jauh juga bukan, apalagi pasangan hidupnya. Amit-amit deh.

Rhea bersidekap dada dan memandang remeh pria tua mesum itu. Sekalian juga menatap lurus ke arah siswi yang diam di pojokan.

Nyalinya sudah ciut dari tadi, bahkan siswi itu tidak membuka mulut untuk membantu partner sex-nya.

Mental tempe ternyata. Bukan baja, pantas lembek.

"Bapak ngusir saya? Saya belum bilang urusan kita sudah selesai kan? Bapak tidak bisa meninggalkan tanggung jawab sebagai kepala sekolah seperti itu saja. Lebih baik jadi boti atau transgender aja deh."

"Siapa tahu, bapak juga lepas tanggung jawab jika siswi itu hamil? Secara kalian tadi udah pro sampe cairan kalian berceceran banyak sekali di lantai."

Skakmat! Mereka benar-benar tidak bisa dengan mudah mengalahkan Rhea yang pandai berdebat.

Apalagi siswi yang diam dipojokan sudah merasa ketakutan jika dinyatakan hamil di usia muda dan masih berstatus sebagai pelajar sekolah.

"Sepertinya tidak ada gunanya saya terus berdebat dengan bapak. Dapat ilmu juga nggak kan?! Malah buang-buang waktu saya doang."

Rhea berbalik badan untuk keluar dari ruangan itu dan mengatakan sesuatu ketika memberhentikan langkahnya sejenak.

"Ayo, dilanjut lagi. Saya tidak akan lagi mengganggu kalian yang ninu-ninu. Bye!"

Rhea tidak lupa membersihkan darah di tangannya dan mengobati lecetnya dengan lihai.

Lukanya juga tidak terlalu parah sehingga tidak perlu diperban kain kasa. Kemudian keluar dari UKS.

Setelah itu, Rhea melenggang naik lewat lift supaya cepat sampai di kelasnya.

Dia sudah tidak ada tenaga karena terkuras habis untuk berdebat jika menaiki undakan tangga.

Tentang kelas sudah diberitahu ayahnya dan sekelas dengan sahabatnya yang berada di lantai tiga.

Sesampainya di ruangan yang dituju, Rhea mengetuk tiga kali pintu yang tertutup.

Terdengar sahutan dari dalam ruangan kelas itu yang terdengar seperti suara wanita paruh baya.

"Sebentar." Kemudian, pintu dibuka guru wanita yang sedang mengajar di kelas.

Guru itu terlihat mengerutkan dahinya.

Pasalnya, beliau merasa tidak mengenal murid yang berseragam sekolah ini. Apakah murid baru ataukah murid pindahan? pikirnya.

"Maaf, kamu siapa ya?"

"Gu-saya murid baru yang hari ini sekolah di GHS dan pindahan dari Swiss. Papa saya mengatakan bahwa gu-saya ditempatkan di kelas ini."

Hampir saja dia keceplosan memakai bahasa gaul "lo-gue". Sudah mendarah daging sih.

Guru itu mengangguk paham. "Kalau begitu kamu ikut ibu masuk ke dalam."

Setelahnya, mereka masuk ke kelas XII IPA 2 dan suasana kelasnya mendadak heboh.

"Anjir! Wajahnya bening banget cok!"

"Cantiknya kebangetan, kayak bidadari yang turun dari surga. Eh, atau kembarannya Dewi Aphrodite?"

"Eneng geulis mau jadi pacar aa' nggak?"

"Jangan mau sama playboy cap badak kayak Rehan, mending sama gue yang kayak Kim Taehyung BTS."

"Halah, muka burik bin jamet gitu pamer. Sama idola gue, level lo jauh banget njing!"

"Dia murid baru yang nilainya A+ di semua mapel itu kan? Yang dipasang di mading depan ruang guru?"

"Oh yang itu? Pindahan dari Swiss juga dia pas gue baca informasinya di mading."

"Gue lupa nama sekolahnya dia. Coba lo cari di google Nay. Biasanya murid pindahan dari luar negeri pasti terkenal sampe masuk berita."

"Bentar-bentar, gue search dulu namanya. Siapa tau ketemu, apa ya nama sekolahnya di Swiss?"

"Syuutt!! Jangan berisik anying! Nanti dimarahi Bu Arisha, nyaho kalian."

...

BRAK!

Terdengar bunyi gebrakan penggaris kayu panjang yang dipukul di atas meja.

"KALIAN BISA DIAM TIDAK?! INI SEKOLAH BUKAN PASAR! IBU PUSING DENGARNYA!" bentak guru itu yang naik satu oktaf.

"Kalau pusing, minum baygon aja bu." celetuk siswa dengan rambut jambul bernama Rehan Setiawan.

"Goblok dipelihara. Yang bener itu minum stella." sahut siswa yang seperti preman pasar bernama Yusuf Aledina.

"Lo juga goblok, ege!! Nggak ada yang bener sama ucapan kalian berdua, harusnya kan obat paramex." balas siswi yang memakai gincu di bibirnya.

Bibirnya sampai merah seperti habis minum darah, sudah dilarang tetap saja membawa ke sekolah.

Nama siswi itu adalah Rina Sagitarius. Bukan nama penyanyi dangdut, Rina Nose.

Guru itu memukulkan penggaris kayunya lagi di atas meja. "Sudah diam! Jangan ada yang bicara lagi!"

Beliau menoleh dan mengalihkan pandangannya ke Rehan dengan berkacak pinggang.

"Kamu mau ibu meninggal karena saran konyolmu nyuruh minum baygon?!! Kenapa nggak kamu saja yang mencobanya?" sewot guru itu.

"Aduh, perut gue keram cok!"

"Gue ngakak sampe ngik-ngok."

"Si Rehan sih nyari gara-gara duluan. Udah tau bu Arisha galak kok masih dilawan."

Setelah itu, semua murid di kelas itu sontak tertawa ngakak bahkan beberapa ada yang berguling-guling di lantai.

Adelia ikut tertawa sambil memvideo adu debat gurunya dengan teman sengklek nya.

Rehan cengengesan tidak jelas sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal saat tahu sedang disindir oleh guru itu.

Rhea yang mendengar tentu saja menutup mulutnya agar tidak ketahuan tertawa.

Beliau menghembuskan napasnya sejenak, lalu  menatap murid baru di sampingnya.

"Maaf ya nak, murid di kelas ini rada miring otaknya. Perkenalkan nama ibu, Arisha dan mengajar mapel Sejarah untuk seluruh kelas sebelas."

Seketika suasana kelas itupun mendadak riuh saat mendengar penuturan bu Arisha.

"Loh ibu ngatain kita semua gila?"

"Tumben kalau ngomong sama murid baru langsung lemah lembut, lah kalau sama kita kayak Tarzan."

"Kita nggak terima dibilang miring otaknya. Ibu bisa kena pasal undang-udang HAM."

"Ibu kok jahat? Tidak berperikemanusiaan, betul!"

"Ayo kita soraki, huuuuu...."

....

BRAK! Sekali lagi terdengar bunyi keras yang nyaring hingga semua orang refleks menutup telinga.

Mejanya langsung terbelah dua oleh Bu Arisha dengan satu pukulan saja.

Semua murid, termasuk Adelia dan Rhea yang turut terlonjak kaget sambil mengelus dada.

Untung dadanya nggak tepos kayak triplek. Nanti Rhea malah diragukan lagi jenis gendernya.

Kelas itu mendadak menjadi hening dan sunyi seperti kuburan. "Kenapa tidak ada yang lanjut bicara? Kenapa malah diam?"

"Suara kalian bisa mengganggu konsentrasi belajar kelas sebelah. Kalian tidak malu?"

"Ok, ibu minta maaf jika perkataan ibu menyinggung perasaan kalian. Jadi jangan berisik bisa kan?"

Setiap kalimat dilontarkan bu Arisha mengandung penuh penekanan dan nada serius yang terdengar tegas hingga membuat semua orang mengangguk tanpa ada bantahan.

"Nah, gini kan bagus. Ayo nak, silahkan perkenalkan diri kamu sekarang."

"Rheavyna Lauren. Tidak terima pertanyaan. Sekian dan terima kasih."

Rhea memang sengaja tidak menyebut nama marga keluarganya agar tidak dianggap sombong.

Mendadak semua murid dan bu Arisha jadi melongo secara bersamaan mendengar perkenalan singkat.

Dengan bingung, bu Arisha berdehem. "Anak-anak, dia ini pindahan dari Swiss yang akan bergabung di kelas ini. Jadi, kalian perlakukan dia dengan baik."

"Untuk nak-" ucap Bu Arisha yang bertanya nama panggilan murid baru itu.

"Rhea saja bu, biar nggak kepanjangan saat manggil nama gu-saya." jawabnya dengan cepat.

"Ah, untuk nak Rhea semoga betah tinggal di kelas ini, lalu silahkan duduk di bangku kosong bersama Adelia. Adelia tolong kamu tunjuk tangan sebentar."

Adelia yang merasa namanya dipanggil oleh guru itu segera mengacungkan jarinya.

"Iya terima kasih bu. Kalau begitu saya mau duduk di bangku yang di sana." ucapnya yang diangguki pelan oleh bu Arisha.

Rhea berjalan dan segera duduk di bangku kosong bersampingan dengan sahabatnya.

"Ekhm! Kenapa lo bisa telat? Padahal kan ini hari pertama lo masuk sekolah."

Dia tahu sahabatnya kalau tidur kayak orang simulasi mati dan sering bangun kesiangan. Tapi masa masih telat untuk berangkat sekolah.

Tidak mungkin juga kebiasaan buruknya itu yang sering telat dan berakhir dihukum saat sekolah di Swiss dibawa sahabatnya pulang ke Indonesia.

"Gue tadi berangkat dari rumah masih bisa ngejar waktu, tapi jalanan macet total njir!"

"Gue sampe sekolah telat satu menit doang, ditahan sama satpam hampir setengah jam gara-gara nggak percaya kalau gue murid baru."

Rhea dan Adelia bicara dengan mengecilkan volume suara seperti orang bisik-bisik.

Adelia menaikkan sebelah alisnya. "Lah? Kok bisa sih?! Kenapa satpamnya nggak percaya sama lo? Ceritain dong, gue penasaran njir!"

Saat Rhea ingin berbicara, rupanya gurunya memperhatikan keduanya yang tengah asik mengobrol tanpa memperhatikan apa yang dijelaskan di papan tulis.

"Kalian yang di belakang sana kenapa tidak fokus ke depan? Kalau masih tetap ingin mengobrol, silahkan keluar kelas sekarang juga."

"Terutama kamu murid baru, apa kamu merasa pintar hingga tidak memperhatikan papan tulis?"

-TBC-

1
Wulan
bukan nya emas ya? 🤔🤔
Wulan
mampir thor 😌😌
Laily19_
semakin penasaran aku sama jalan cerita ke depannya gimana
Laily19_
Ikutan ah, huuuuuuuu....
Laily19_
Emang cuma ini pilihan yang tersisa biar Rhea peka sama perasaannya
Laily19_
Serius dah, aku pengen punya cowok sempurna kek gini buat jadi suamiku
Laily19_
Kalau checkout di keranjang Oren bisa nggak sih? huhu..
Laily19_
Banyak banget catatan kenakalannya Rhea wkwk
Lullaby_tae
Next kak author, makin seru baca dan nggak sadar udah di bab 16.

Ceritanya beberapa udah direvisi jadi sedikit beda sama yang di wp. Tetap update setiap hari ya kak😂🥰
Lullaby_tae
Hai kak author, aku pembaca lama novel kakak di wp. Aku mau maraton baca ulang soalnya di NT katanya mau dilanjutin sampe tamat.

Aku kira bakal digantung ceritanya tapi dugaan aku salah, semoga ceritanya happy ending kak author. Semangat terus ya, jaga kesehatan💜
BlueMoon_
Hai semuanya, yang pegang akun ini masih aku tapi dibantu nulis sama adikku. Jadi, sementara waktu aku nulis novel dari wp ke sini.

Bagi para pembaca lama di wp yang punya NT bisa mampir baca ulang. Pembaca baru boleh baca juga, siapa tau bikin ketagihan.

Last, jangan lupa follow akun aku, kasih like, vote dan subcribe biar semangat update cerita terus.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!