Sejak berusia enam tahun, Zakia Angelina Axeline tidak pernah merasakan bahagia Sejak sang ibu pergi untuk selamanya. Tak pernah di anggap ada oleh ayah dan ketiga kakak laki-lakinya. Di tuduh sebagai pembunuh dan pembawa sial.
Selain itu, Karena sebuah kesalahpahaman. Zakia harus menikah dengan Maxime Roberto, Pria yang ia kira sebagai pelindung justru menjadi penambah luka.
Namun siapa sangka, Tekatnya untuk pergi mempertemukan Zakia dengan Akbar RafasyaMaulana, Cucu seorang kyai besar.
Perbedaan agama sempat menjadi penghalang. Lalu? Akankah Zakia bisa hidup bahagia bersama Gus Rafa? Atau justru sebaliknya??
"Aku mencintaimu sejak pada pandangan pertama, Sejak delapan tahun yang lalu. Aku ingin kamu menjadi milikku. Maka dari itu, Bolehkah aku egois? Izinkan aku merebutmu dari Tuhanmu, Zakia..."Akbar Rafasya Maulana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Yang Mendalam
Derline dan Jessika sudah mendekam di dalam sel. Kasus yang sempat di tutup tersebut kembali di buka. Apalagi Derline yang mendapatkan pasal berlapis. Sudah bisa di tebak, hukuman ibu dan anak itu jelas berbeda.
Kabar di penjarakannya Derline dan Jessika tidak membuat seorang pria yang sejak kemarin tidak keluar dari kamarnya itu puas.
Setelah semua kebenaran terungkap. Noah lebih banyak diam, Pria itu juga tak pernah keluar dari kamarnya dab jarang bicara.
Katakanlah Noah menyesal. Namun percuma saja, Apa yang harus di sesali. Bayang-bayang kekejamannya terhadap sang putri berputar-putar di kepalanya.
"Siapa yang memecahkan Vas bunga ini? Kenapa kalian diam? Jawab!!" Bentak Noah menatap tajam Dua pelayan yang menunduk. Tidak hanya dua pelayan, Zakia yang saat itu berusia tujuh tahun juga menunduk takut.
"Maaf, Tuan.. Nona kecil tidak sengaja..Dia..
Plaaak!!
Tanpa perasaan Noah menampar Zakia sampai bocah itu terpelanting.
"Kau tahu!! Vas ini adalah Vas kesayangan istriku!! Apa selain membu-nuhnya kau juga ingin menghancurkan barang-barang kesayangannya!?
Dengan tangisnya, Zakia menggelengkan kepalanya. Noah menarik kasar tubuh kecil itu dan membawanya ke dalam gudang. Noah mengurung Zakia di dalam sana hingga tiga hari lamanya.
"Pembu-nuh! Pembawa sial!! Kenapa bukan kamu saja yang ma-ti!! Kenapa!!?
"Kenalkan, Ketiga putraku.. Mereka adalah para pewarisku..
"Daddy tidak mengenalkan Zakia kepada publik?
"Untuk apa?Dia bukan putriku.. Dia hanya seorang pembu-nuh wanita yang aku cintai..
"Dasar bi-su!! Bicaralah! Tapi baguslah. Karena sampai kapanpun aku tidak akan mau mendengar suaramu..
"Sampai kapan kau tidak membuat ulah!! Andai tidak ada hukum dinegara ini sudah lama aku buat mau menyusul istriku!
"Pembu-nuh pembawa sial!
"Anak tidak tahu diri..
"Tahu kalau akan jadi pembawa sial, Dari dulu sudah aku lenyapkan kau saat masih berada di dalam kandungan..
Ucapan-ucapan menyakitkan itu selalu keluar dari mulut pedas Noah. Mulai dari usia Zakia enam tahun sampai sedewasa sekarang.
"Maaf..Maafkan Daddy..Kamu dimana? Tolong kembali.."Kata maaf terus terucap, Tapi siapa yang mau mendengarnya. Seribu kali pun kata Maaf, Zakia sudah pergi. Andai putrinya itu tahu juga belum tentu Zakia akan memaafkannya.
Noah menangis lagi, Dia yang terlalu bodoh. Kenapa dia menyalahkan Zakia begitu saja tanpa mencari tahu terlebih dahulu. Ia kaya dan banyak uang, Kesakitan di tinggalkan oleh orang tercintanya membuatnya buta. Kebutaan itulah yang membuat Noah tega Menyakiti putrinya,,Darah dagingnya sendiri. Menyiksa fisik dan mentalnya.
PRAANK!!
PYAAAR!!
Noah kaget, Matanya membola. Tidak ada angin tidak hujan foto besar pernikahannya bersama Amara tiba-tiba saja jatuh dan pecah di lantai yang dingin itu.
"Amara...
Panik tentu saja, Air mata Noah semakin mengalir. Senyum manis istrinya membuat hati Noah sakit.
"Apa kau yang melakukannya Sayang? Apa Kau marah padaku? Katakan..Jawab Amara, Jawab aku...Apa sekarang kau tidak mencintaiku lagi dan membenciku?..Hiks..hiks..
Noah menyentuh kaca yang pecah. Karena kurang hati-hati jari Noah terkena pecahan kaca tersebut hingga jarinya mengeluarkan darah. Cairan kental berwarna merah tersebut menetes mengotori foto kenangan yang ia simpan selama puluhan tahun itu.
"DADDY!!
William masuk ke dalam kamar sang ayah yang kebetulan tidak terkunci. Pria berusia tiga puluh tiga tahun itu terkejut melihat tangan ayahnya yang berdarah. Langkahnya cepat lebar mendekati Noah yang tengah menangis tergugu.
"Daddy apa yang terjadi? Kenapa tangan Daddy terluka?" Raut wajah khawatir begitu jelas tergambar.
"Daddy kenapa Daddy.."Noah menatap sang putra sulung dengan derai air mata.
"Daddy ini ayah macam Liam? Daddy adalah Ayah yang jahat.. Bahkan Mommy mu saja kecewa pada Daddy, Dan mungkin sekarang Mommy mu membenci Daddy.."Jika di tanya apakah William menyesal atau tidak? Jelas lah menyesal.
Diantara dua adiknya, William lah yang paling parah menyiksa adik bungsunya, Zakia. Melihat sang ayah yang seperti ini tentu saja hati William begitu sakit seperti kena tusuk ribuan benda tajam.
"Liam... Daddy minta tolong. Cari adik-adikmu nak.. Bawa mereka berdua pulang kemari.. Terutama Zakia. Bawa dia pulang, Dia pasti kecewa dan benci Daddy sekarang.. Daddy mau minta maaf.."Mata William mengembun, Ia harus kuat demi orang-orang tersayangnya termasuk sang ayah.
"William sudah merintahkan beberapa orang kita untuk mencari Darrel dan Zakia.. Daddy tidak perlu khawatir. Sekarang Liam obati tangan Daddy ya... Setelah ini biar pelayan yang bereskan.."William memapah Daddy nya yang rapuh itu. Dalam hati William berjanji akan mencari dua adiknya yang sekarang William tidak tahu pergi kemana.
.
.
.
Tidak jauh berbeda dengan Noah dan dua putranya yang mengalami penyesalan yang sangat mendalam.
Maxime pun sama. Menyesal pun rasanya sudah percuma. Wanita yang dulu singgah di hatinya itu telah pergi entah kemana.
Ini sudah beberapa hari tidak ada kabar dari para anak buah Max yang mencari keberadaan Zakia. Belum lagi ayahnya, Tuan Hansen yang belum bicara padanya.
Sikap pria paruh baya itu berubah sejak mendengar bahwa Zakia telah pergi. Terlebih Video dimana Max menyiksa Zakia dan memperlakukan wanita tersebut dengan tak berperi kemanusiaan. Tuan Hansen marah besar, Tuan Hansen tidak menyangka bagaimana bisa putranya setega itu.
"Bagaimana? Apa kalian sudah menemukan keberadaan istriku.."Tanya Max seolah menganggap bahwa Zakia masih istrinya.
Pria berjumlah lima orang itu hanya diam menunduk tak menjawab. Mereka terlalu takut karena baru pertama kalinya mereka gagal.
"Kenapa kalian hanya diam saja? Jawab pertanyaan ku? Dimana keberadaan istriku sekarang?" Masih diam, Kelima pria tersebut saling melirik. Merasa tak ada jawaban, Max naik pitam.
BRAAKK!
Maxime menggebrak meja dengan emosi yang memunculkan asap di ubun-ubun.
"Ini sudah satu minggu dan kalian belum mendapatkan apapun? Dimana otak pintar kalian selama ini!? Kenapa mengurus satu wanita aja kalian tidak becus HAH!!!
",Sebelumnya kami minta maaf Tuan.. Tapi kami sudah mencari keseluruh tempat sesuai dengan yang di perintahkan anda..Tapi tidak ada nama Nona Zakia sama sekali.. "Salah satu dari mereka memberanikan angkat bicara. Max mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih.
"Pergi kalian sekarang juga.."Ucapnya dengan datar dan dingin.
"Ba..baik Tuan.."Akhirnya kelima pria itu keluar dari ruangan pria yang pernah mengalami kelumpuhan itu.
"Aaaaarrrggg!! "Max menyapu semua yang ada di atas meja. Barang-barang yang semula tertata rapi kini sudah berjatuhan dan berantakan.
Bruk!
Max kembali duduk di kursi kebesarannya dan menangis. Kepergian Zakia adalah tamparan paling keras untuknya. Tidak semua wanita itu bisa bertahan dengan pria yang telah menyik-sanya tiada akhir. Jalan satu-satunya adalah pergi, ya, Pergi sejauh mungkin sehingga orang-orang yang menyakitinya tak lagi menemukannya.
"Pulanglah Zakia, Kamu membawa pergi anakku.. Pulang, Kita mulai semua dari awal bersama anak kita dan kita akan bahagia..
Semua sudah terlambat, Andai nanti Zakia bahagia. Tentu saja wanita itu bukan bahagia bersamanya. Mungkin saja akan bahagia bersama pria lain dan keluarganya yang baru.
.
.
.
TBC