NovelToon NovelToon
Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Cerita ini mengisahkan sepasang suami isteri yang sudah dua tahun lamanya menikah namun tidak kunjung diberikan momongan.
Mereka adalah Ayana dan Zulfahmi.
Namun karena desakan sang ibu yang sudah sangat mendambakan seorang cucu dari keturunan anak lelakinya, akhirnya sang ibu menyarankan untuk menjodohkan Fahmi oleh anak dari sahabat lamanya yang memiliki anak bernama Sarah agar bisa berpoligami untuk menjadi isteri keduanya
Rencana poligami menimbulkan pro dan kontra antara banyak pihak.
Terutama bagi Ayana dan Fahmi sendiri.
Ayana yang notabenenya anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara sama sekali, harus berbesar hati dengan rencana yang mampu mengguncangkan jiwanya yang ia rasakan seorang diri.
Bagaimanakah kelanjutan kisah Ayana dan Fahmi?
Apakah Ayana akan menerima dipoligami dan menerima dengan ikhlas karena di madu dan tinggal bersama madunya?
Ikuti kisahnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Khawatir

"Entahlah, Mal. Aku ingin menebus kesalahanku dengan cara merawatnya. Namun, Ayana sepertinya marah denganku." Jelas Zidan kembali.

Kamal merasa iba terhadap apa yang menimpa Zidan dan Ayana.

"Yang sabar ya, Kyai. Semoga keadaannya segera membaik. Kalau ada apa-apa, bisa segera menghubungiku, Kyai." Pinta Kamal kepada Zidan.

"Siap, Mal. Aku jalan dulu ya. Titip Pesantren, assalamu'alaikum." Zidan kemudian masuk kedalam mobilnya dan segera melaju dengan kecepatan sedang.

"Astaghfirullah, Umi. Semoga lekas pulih kembali." Ucap lirih Kamal.

"Ada apa, Kamal?" Tanya Difa yang tiba-tiba datang menemuinya.

Kamal yang memperhatikan kepergian mobil Zidan, kemudian tersentak ketika mengetahui Difa telah berdiri didekatnya.

"Hmmm.. Umi semalam terserempet mobil, Difa. Kasihan sekali Umi." Jelas Kamal.

"Ya Allah, pantas saja Kyai sampai izin untuk beberapa waktu karena ternyata Umi sedang mendapatkan musibah seperti itu." Sahut Difa.

"Ya sudah, setelah mengajar, kita lanjutkan kembali obralan kita ini. Ada yang ingin aku bahas."

***

"Assalamu'alaikum." Zidan tampak memasuki ruangan milik Ayana.

Bu Fatimah sedang menyuapi buah jeruk kepada Ayana. Ayana tersentak kedatangan Zidan yang begitu mengagetkan dirinya.

Zidan melihat bagaimana reaksi Ayana ketika terkejut atas kedatangannya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Bu Fatimah dan Ayana.

"Maaf, Ay. Sudah buat kamu terkejut!" Ucap Zidan yang kemudian duduk di sofa empuk yang telah disediakan untuk ruangan VIP.

Bu Fatimah menoleh kearah Zidan.

"Kamu kenapa, Zidan? Seperti terburu-buru begitu?" Tanya Bu Fatimah.

"Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya ingin sembari meremote pekerjaanku saja." Ucapnya seraya mengeluarkan laptop dan ponselnya dari tas.

"Kamu sudah ke Pesantren?" Tanya Bu Fatimah kembali.

"Sudah, tadi aku sudah izin kepada semuanya untuk beberapa waktu sampai Ayana sembuh." Jelas Zidan yang sudah membuka layar laptopnya seraya menekan tombol power on.

"Baiklah kalau begitu." Jawab Bu Fatimah.

"Pentingkan Pesantren saja, Kak. Aku gampang bisa sendiri kok disini." Sahut Ayana.

Zidan seketika menoleh kearah Ayana. Bu Fatimah juga menatap Ayana.

"Jangan, Nak. Kamu masih butuh pengawasan." Ucap Bu Fatimah.

"Yakin kamu bisa sendiri? Kondisi kamu saja masih seperti itu, bagaimana bisa mengendalikan dalam keadaan sendiri. Yang ada malah membuat dirimu tidak kunjung sembuh." Cerocos Zidan yang sepertinya tidak menyukai ucapan Ayana.

Biar bagaimana pun dengan keadaan hubungan antara Zidan dan Ayana sedang kurang baik, Zidan tetap perhatian kepada Ayana.

Walaupun sikap masih saja dingin layaknya lemari pendingin.

"Tuh, dengarkan Zidan. Apa yang diucapkan Zidan ada betulnya, Nak." Sahut Bu Fatimah.

"Tapi, kalau memang Ayana mau sendirian, kita tinggal saja, Bu. Biarkan dia sendirian!" Zidan berucap dengan nada ketusnya. Dengan mata melirik kearah Ayana seolah sedang meledek Ayana.

"Ih, apa-apaan sih kamu?" Protes Bu Fatimah.

"Jangan didengarkan kalau ucapan yang barusan ya, Nak. Zidan memang suka seperti itu, tapi aslinya Zidan anak yang baik kok." Imbuh Bu Fatimah meyakinkan Ayana, ia tidak ingin Ayana mengiyakan ucapan Zidan.

Zidan terkekeh dalam hati.

(Jahat sekali kamu, Kak.)

Batin Ayana membuang mukanya.

"Oh iya, Zid. Ibu mau pesan teh panas. Kamu mau tidak?" Bu Fatimah menawarkan kepada Zidan.

"Hmm.. Boleh deh, Bu. Zidan kopi hitam ya. Sama beberapa cemilan boleh deh, lapar soalnya. Aku belum sarapan." Jawab Zidan dengan mata sudah fokus mengarah kelayar laptop.

"Ya sudah, Ibu tinggal dulu ya." Ucap Bu Fatimah.

"Bu, aku boleh menitip?" Ucap Ayana menarik tangan Bu Fatimah.

"Menitip apa, Ayana?" Tanya Bu Fatimah.

"Menitip mie goreng pedas boleh kah, Bu." Jawab Ayana.

Seketika Zidan dan Bu Fatimah menatap Ayana dengan mata membulat.

"Apa? Mie goreng pedas? Kamu tidak sadar kalau masih sakit, Ay? Kamu harusnya makan makanan yang sehat, jangan aneh-aneh deh!" Hardik Zidan seketika kesal dengan permintaan Ayana yang diluar jalur.

"Mulut aku pahit, aku mau yang berasa pedas. Makanan rumah sakit rasanya hambar semuanya." Jelas Ayana bersungut.

"Ya tahan dulu lah, nanti kalau sudah sembuh kamu boleh makan apa saja. Aku yang belikan khusus untukmu kalau perlu!" Tegas Zidan.

"Iya, jangan dulu ya, Ayana. Tahan dulu sampai kamu benar-benar sembuh total." Imbuh Bu Fatimah.

Ayana menunduk karena apa yang ingin ia mau belum bisa dikabulkan.

"Ya sudah, Ibu keluar dulu ya. Nanti kalau butuh apa-apa, minta bantuan Zidan dulu sementara." Bu Fatimah hendak melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.

Ayana mengangguk tanda mengerti.

Bu Fatimah telah pergi meninggalkan Zidan dan Ayana dalam satu ruangan.

"Kak Zidan jahat!" Sungut Ayana kesal.

Zidan mengalihkan pandangannya mengarah ke Ayana.

"Jahat kamu bilang? Justru aku melarang kamu karena aku say..... Sudah lah." Ucapan Zidan tidak ia lanjutkan karena ia tidak ingin membuat Ayana semakin murka karena dirinya menyayanginya.

Ayana menarik nafas panjangnya.

"Aku tahu, Kak. Tapi, makanan disini semuanya tidak enak." Jawab Ayana.

"Nanti, kalau kamu sudah sembuh. Aku janji bakal belikan kamu makanan yang kamu inginkan itu." Janji Zidan pada Ayana.

Ayana mengangguk.

"Janji ya?" Tanya Ayana untuk memastikan kembali

"Iya, Janji. Tapi, ada syaratnya!" Jawab Zidan dengan memasang wajah jahilnya.

"Kenapa harus pakai syarat?" Protes Ayana.

"Ya sudah kalau tidak mau!" Jawab Zidan.

"Ya sudah, apa syaratnya?" Ayana akhirnya pasrah.

Zidan tampak berpikir sejenak.

"Syaratnya, seharian full kamu harus temani aku." Pinta Zidan kepada Ayana.

Ayana membelalakkan kedua bola matanya.

"Bagaimana bisa?" Tanya Ayana.

"Bisa saja kalau ada niat, yang penting ikhlas!" Jawab Zidan

Ayana harus pasrah dengan syarat Zidan. Ia paham dengan Zidan, pasti Zidan juga tidak akan berbuat hal-hal yang aneh diluar dari prediksinya.

"Baiklah, deal!"

***

Ting..

Sebuah pesan masuk ke ponsel Zidan.

Zidan yang masih asyik dengan pekerjaannya segera menghentikan sejenak untuk menengok ponselnya.

Sebuah pesan dari Difa.

(Difa: Assalamu'alaikum, Kyai. Maaf jika Difa lancang telah mengganggu. Difa ingin menanyakan bagaimana keadaan Umi? Apakah sudah membaik?)

Zidan kemudian melirik kearah Ayana. Ayana sedang tertidur pulas efek usai minum obat yang diberikan kepada perawat.

Zidan kemudian mengetik balasan untuk Difa.

(Zidan: Wa'alaikumsalam, Difa. Keadaan Umi masih belum stabil. Butuh observasi dulu untuk beberapa hari kedepan.)

(Difa: Ya Allah, syafakillah untuk Umi ya, Kyai. Oh iya, apakah boleh Difa menjenguk Umi?)

(Zidan: Aamiiiiin, syukron atas do'a nya. Boleh, Difa. Kenapa tidak?)

(Difa: Alhamdulillah, boleh kirimkan share lokasi, Kyai? Dan Umi ada diruang apa?)

(Zidan: Baik, setelah ini akan aku share lokasi. Umi ada di ruang tulip VIP nomor 2)

(Difa: Syukron, Kyai. Assalamu'alaikum.)

(Zidan: Wa'alaikumsalam.)

Zidan dan Difa mengakhirinya.

Tiba-tiba, Bu Fatimah datang menghampiri Zidan yang kembali dengan pekerjaannya.

"Zidan, Ibu pulang sebentar ya. Nanti, Ibu kembali lagi." Ucap Bu Fatimah kepada Zidan.

Zidan mengalihkan pandangannya kearah Bu Fatimah.

"Iya, Bu. Ibu istirahat saja di rumah. Ibu kembali lagi besok juga tidak apa-apa. Biarkan Zidan yang menjaga Ayana." Jawab Zidan.

"Tidak apa jika begitu, Zidan?" Tanya Bu Fatimah.

"Tidak apa-apa dong, Bu. Ibu juga kan butuh istirahat yang cukup. Nanti malah Ibu yang ikut-ikutan sakit. Bingung nanti Zidan kalau semuanya sakit, hehehee...." Jawab Zidan dengan diselingi candaan.

"Hehe, iya ya. Ya sudah, kalau begitu Ibu pulang dulu."

"Ibu bisa kan pulang sendiri?" Tanya Zidan.

"Bisa dong. Nanti Ibu tinggal naik taksi saja." Ucap Bu Fatimah.

"Baik, Bu. Hati-hati di jalan ya. Kalau sudah sampai rumah kabari Zidan segera!"

***

"Kamal, kita jenguk Umi yuk!" Ajak Difa pada Kamal.

Kamal terlihat begitu sibuk dengan aktifitas kali ini. Karena, Zidan dan Ayana tidak berada dilokasi, membuat Kamal semakin banyak tugas yang harus diselesaikan dengan segera.

"Kapan?" Tanya Kamal.

"Bagaimana kalau hari ini?" Jawab Difa.

"Hari ini? Tapi, tugas sedang banyak-banyaknya, Difa. Bagaimana dong?" Jawab Kamal.

"Ih, sebentar saja kok. Tidak enak lah, masa kita sebagai karyawannya, tidak langsung menjenguk. Tidak akan makan waktu banyak juga, yang penting kita sudah hadir menjenguk, pasti Umi akan senang melihat kedatangan kita." Difa sedang membujuk dan sedikit mencoba memberikan penjelasan kepada Kamal.

Kamal tampak berpikir sejenak.

"Ya sudah deh, nanti aku bilang sama yang lain. Nanti sore saja ya menjenguknya." Jawab Kamal

"Baiklah, Kamal. Terima kasih, aku lanjut mengajar ya." Sahut Difa dengan melangkahkan kakinya menuju madrasah para santriwati.

"Iya, Difa." Kamal yang hendak melanjutkan pekerjaannya, mengurungkan niatnya ketika tiba-tiba ada seorang perempuan berpakaian syar'i datang berkunjung ke Pesantrennya.

"Assalamu'alaikum, betulkah ini Pesantren Ar-Rahman yang di asuh oleh Kyai Zidan Amar, anak dari Ibu Fatimah?"

1
♡Ñùř♡
kmu kurang garcep sih,mk nya keduluan fahmi😁
Mahkota Pena: hihihi iya nih 😁
total 1 replies
♡Ñùř♡
aku mampir thor...
Mahkota Pena: thank you yaa.. semoga terhibur dengan alur ceritanya ☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!